Seorang teman mengeluhkan sikapnya yang kerap
mengorbankan diri karena perasaan nggak enak terhadap orang lain atau
sebuah situasi dan kondisi. Ia mencontohkan sebuah situasi ketika ia harus
membatalkan sebuah acara yang musti ia tandangi hanya karena ada tamu tak
diundang bertandang kerumahnya ketika ia hendak berangkat, ketika ia membiarkan
seorang pelayan restoran yang salah menghitung jumlah kembalian uang yang
semestinya ia dapatkan, ketika ia enggan menegur seorang karyawan hanya karena
mengetahui latar belakang keluarganya kurang mampu, ketika ia sulit mengatakan
"tidak" kepada tetangga atau kerabat yang meminta bantuan finansial
dan beragam peristiwa lainnya.
Dalam beberapa kasus memang kita bisa memaklumi
sikap-sikap yang diambil oleh teman saya tetapi baginya, too much is enough,
sesuatu di dalam hatinya berteriak meminta tolong. Selain telah merasakan
kerugian langsung baik materiil, ia juga sudah tidak lagi mampu mengatasi dampak
dari kerugian tenaga dan waktu yang menjadi akibat dari sikap yang ia sebut Nggak
Enakan.
Nggak Enakan atau Tidak Berprinsip?
Budaya timur dalam masyarakat kita memang telah
menanamkan harmonisasi dan tenggang rasa dengan sesama namun ini bukan berarti
karena adanya nilai-nilai ini kita lantas bisa dengan mudah mengabaikan
nilai-nilai prinsipil tiap pribadi yang juga harus dijaga dan dipertahankan
oleh seseorang, apalagi jika sudah berkaitan dengan hak-hak asasi yang
dimilikinya. "Mengorbankan diri" demi menghindari konflik atau
situasi yang tidak nyaman tidak dibenarkan. Harmonisasi dan tenggang rasa itu
tidak benar adanya jika tercapai diatas keuntungan satu pihak dan kerugian di
pihak lain.
Sebelumnya kita musti melihat terlebih ke dalam diri.
Apakah saya memiliki prinsip hidup? Darimana prinsip itu berasal? Pendidikan
dalam keluarga dan Religi tentu saja telah menanamkan kejujuran, keadilan,
disiplin dan lain sebagainya. Prinsip ini menjadi bagian dari sikap dan
kepribadian seseorang. Berbeda dengan aturan, prinsip sifatnya lebih
instrinsik. Prinsip adalah keyakinan yang mendasari aturan yang kita pakai
dalam menjalani kehidupan. Di kantor atau organisasi Anda pasti ada banyak
aturan kerja. Dengan beragam alasan, rasionalisasi atau karena memang masa
bodoh, Anda bisa saja melanggar aturan-aturan itu. Anda bahkan bisa melanggar
aturan tanpa menyadarinnya. Tetapi, ketika prinsip dilanggar, tidak mungkin
Anda tidak menyadarinya. Hati Anda akan bergejolak, ada perasaan tarik-menarik
antara kenyataan diluar dan kecamuk dalam dada. Ketika prinsip dilanggar, orang
akan dengan normal merasakan kebimbangan, perasaan bersalah dan kecewa pada
diri sendiri. Dalam kasus teman saya, ia sudah sampai taraf kehilangan jati
dirinya sendiri.
Jika memang kejujuran, keadilan, disiplin dan lain
sebagainya adalah betul menjadi prinsip hidup Anda dan Anda sendiri tidak
memiliki keberanian untuk mempertahankannya, maka nilai-nilai itu bukanlah
sebuah prinsip tetapi hanyalah tujuan hidup yang tidak cukup suci. Jadi, apakah
Anda betul-betul nggak enakan atau memang orang yang tidak berprinsip?
Silahkan tanyakan pada diri Anda sendiri. "Apa sih hal-hal yang
akan membuat Anda berani berjuang untuk mempertahankannya?"
Berprinsip tanpa Konflik
Tanpa prinsip, maka cara Anda mengambil keputusan dalam
kehidupan ini akan selalu didasarkan pada emosi, situasi dan kondisi sehingga
ego akan mengalahkan etika. Meski mempertahankan prinsip itu sesuatu yang sulit
dilakukan oleh sebagian orang tetapi tidak mempertahankannya akan jauh lebih merugikan.
Seseorang yang berani mempertahankan prinsipnya akan
merasakan sebuah kepuasan diri. Ia akan tahu potensi dirinya dan posisinya dan
bisa bersikap sedikit keras kepala untuk tidak bergeming. Hal ini tentu saja
bukan sikap negatif jika konteksnya adalah mempertahankan prinsip hidup Anda
yang suci. Tapi tentu saja dengan catatan, Anda melakukannya bukan karena demi
keuntungan pribadi (hal ini mudah dilakukan tanpa memiliki prinsip hidup) namun
Anda melakukannya karena karakter, kesadaran dan batin Anda mengandalkan Anda.
Anda melakukannya seolah hidup Anda bergantung pada prinsip itu.
Pada akhirnya jika Anda berani mempertahankan prinsip
hidup, Anda akan merasakan kedamaian dan percaya diri yang membantu pada
penemuan jati diri Anda. Jika Anda adalah seorang pemimpin perusahaan, anak
buah Anda akan "melihat" ini sebagai sebuah sikap kewibawaan dan
kepemimpinan yang profesional, jika Anda adalah seorang Ibu atau Ayah tentu
saja ini adalah sebuah sikap keteladanan yang luhur. Sebagai sebuah pribadi,
Anda tidak akan lagi menjadi pribadi yang plin-plan, lemah, pengecut, tidak
lagi mudah dimanfaatkan dan mudah dilecehkan hak-haknya oleh orang lain.
Semoga bermanfaat.
Sumber e-psikologi
No comments:
Post a Comment