Kabar gembira bagi para wanita di Indonesia. Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan telah menjamin pemeriksaan deteksi dini kanker leher
rahim dan payudara bagi para wanita, khususnya yang sudah terdaftar
menjadi peserta.
Demikian pernyataan Direktur Pengandalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, Dr. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes pada Temu Media dalam rangka Hari Kanker Sedunia di Kantor Kementerian Kesehatan RI, Jakarta (4/2). Hari Kanker Sedunia diperingati setiap tanggal 4 Februari setiap tahunnya.
Program JKN yang dijalankan oleh BPJS Kesehatan sudah menjamin pemeriksaan IVA, papsmear, bahkan cryotherapy. Pemeriksaan dilakukan sekali dalam kurun waktu lima tahun, ungkap Dr. Ekowati.
Dr. Ekowati menambahkan, ini merupakan salah satu bentuk kepedulian pemerintah untuk mengendalikan penyakit kanker di Indonesia melalui pentingnya deteksi dini.
Menemukan penyakit lebih awal melalui deteksi dini, selain memperbesar peluang kesembuhan penderitanya, juga merupakan upaya yang lebih murah. Kita bisa bayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya pengobatan bila sudah menjadi kanker stadium lanjut, terang Dr. Ekowati.
Berdasarkan data Subdit Kanker Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kemenkes RI per 20 Januari 2014, jumlah perempuan seluruh Indonesia umur 30-50 tahun adalah 36.761.000. Sejak tahun 2007-2013 deteksi dini yang telah dilakukan sebanyak 644.951 orang (1,75%) dengan jumlah Inspeksi Visual dengan Asam Asetat 3-5% (IVA) positif berjumlah 28.850 orang (4,47%). Dari data tersbeut, suspect kanker leher rahim sebanyak 840 orang (1,3 per 1000 penduduk) dan suspect benjolan (tumor) payudara 1.682 orang (2,6 per 1000 penduduk).
Ini merupakan tantangan yang besar, mengingat target yang harus dicapai pada 2025 adalah 80% wanita. Kita tahu, untuk meyakinkan wanita untuk mau memeriksakan diri tentu tidak mudah, tandas Dr. Ekowati.
Lebih lanjut, Dr. Ekowati menyatakan bahwa terdapat banyak hal yang dapat mempengaruhi rendahnya capaian deteksi dini kanker leher rahim dan payudara. Mulai dari masih rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kanker; ketakutan para wanita terhadap pemeriksaan; belum adanya program deteksi dini massal yang terorganisasi secara maksimal; sulitnya suami untuk mengizinkan istrinya menjalani pemeriksaan; serta faktor sosial kultur di masyarakat, seperti mitos ataupun kepercayaan terhadap pengobatan tradisional yang belum terbukti secara ilmiah.
Demikian pernyataan Direktur Pengandalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI, Dr. Ekowati Rahajeng, SKM, M.Kes pada Temu Media dalam rangka Hari Kanker Sedunia di Kantor Kementerian Kesehatan RI, Jakarta (4/2). Hari Kanker Sedunia diperingati setiap tanggal 4 Februari setiap tahunnya.
Program JKN yang dijalankan oleh BPJS Kesehatan sudah menjamin pemeriksaan IVA, papsmear, bahkan cryotherapy. Pemeriksaan dilakukan sekali dalam kurun waktu lima tahun, ungkap Dr. Ekowati.
Dr. Ekowati menambahkan, ini merupakan salah satu bentuk kepedulian pemerintah untuk mengendalikan penyakit kanker di Indonesia melalui pentingnya deteksi dini.
Menemukan penyakit lebih awal melalui deteksi dini, selain memperbesar peluang kesembuhan penderitanya, juga merupakan upaya yang lebih murah. Kita bisa bayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya pengobatan bila sudah menjadi kanker stadium lanjut, terang Dr. Ekowati.
Berdasarkan data Subdit Kanker Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kemenkes RI per 20 Januari 2014, jumlah perempuan seluruh Indonesia umur 30-50 tahun adalah 36.761.000. Sejak tahun 2007-2013 deteksi dini yang telah dilakukan sebanyak 644.951 orang (1,75%) dengan jumlah Inspeksi Visual dengan Asam Asetat 3-5% (IVA) positif berjumlah 28.850 orang (4,47%). Dari data tersbeut, suspect kanker leher rahim sebanyak 840 orang (1,3 per 1000 penduduk) dan suspect benjolan (tumor) payudara 1.682 orang (2,6 per 1000 penduduk).
Ini merupakan tantangan yang besar, mengingat target yang harus dicapai pada 2025 adalah 80% wanita. Kita tahu, untuk meyakinkan wanita untuk mau memeriksakan diri tentu tidak mudah, tandas Dr. Ekowati.
Lebih lanjut, Dr. Ekowati menyatakan bahwa terdapat banyak hal yang dapat mempengaruhi rendahnya capaian deteksi dini kanker leher rahim dan payudara. Mulai dari masih rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kanker; ketakutan para wanita terhadap pemeriksaan; belum adanya program deteksi dini massal yang terorganisasi secara maksimal; sulitnya suami untuk mengizinkan istrinya menjalani pemeriksaan; serta faktor sosial kultur di masyarakat, seperti mitos ataupun kepercayaan terhadap pengobatan tradisional yang belum terbukti secara ilmiah.
Sumber Depkes
No comments:
Post a Comment