Mengubah padang pasir menjadi daerah pertanian dan kolam
pemancingan seperti sesuatu yang mustahil. Tetapi bagi He Yanzhong, pria
asal Tiongkok, hal itu bisa dilakukan. Tentunya dengan kerja keras.
Sejak beberapa tahun terakhir, terjadi perubahan alam yang mengkhawatirkan di daratan Tiongkok. Karena kekeringan, daerah yang dulunya subur berubah menjadi kering dan bahkan akhirnya menjadi padang pasir (desertifikasi). Provinsi Gansu merupakan daerah yang paling parah. Hampir separuh wilayahnya berubah menjadi padang pasir.
Sejak beberapa tahun terakhir, terjadi perubahan alam yang mengkhawatirkan di daratan Tiongkok. Karena kekeringan, daerah yang dulunya subur berubah menjadi kering dan bahkan akhirnya menjadi padang pasir (desertifikasi). Provinsi Gansu merupakan daerah yang paling parah. Hampir separuh wilayahnya berubah menjadi padang pasir.
Yanzhong lahir di pedalaman Gansu. Sejak muda, ia sukses menjadi petani dan berhasil mengembangkan industri perikanan air dingin di Gansu. Ikan yang dikembangkannya meliputi salmon, sarden, dan ikan air tawar lainnya jenis rainbow trout (trout pelangi). Bisnisnya terus berkembang hingga pada tahun 2000-an ia sudah menjadi miliarder di Tiongkok.
Pada tahun 2001 ia diundang untuk berinvestasi di daerah Dunhuang (barat laut Gansu) yang tandus. Tawaran itu terasa agak mustahil pada awalnya. “Tidak ada apa-apa di sana kecuali pasir. Tak ada air, tak ada jalan, tak ada listrik,” kenangnya. Tetapi entah kenapa ia percaya, ia bisa melakukan sesuatu.
Di dekat wilayah itu ada dua gunung yang sering diliputi salju yaitu Gunung Qilian dan Gunung Altun. Ia membayangkan bisa mengalirkan air dari sana, ke Dunhuang. Ia bercita-cita membangun daerah perikanan di padang tandus itu. Dalam bayangannya ia bisa menciptakan sesuatu yang kedengarannya mustahil yaitu “memancing di padang pasir”.
Maka mulailah ia bekerja. Aliran irigasi dibangun. Puluhan kolam ikan digali. Terbangunlah 100 kolam ikan air tawar di Dunhuang. Banyak yang tak percaya ia bisa melakukan itu. Tetapi kehadiran kolam-kolam itu benar-benar sebuah bukti nyata. Ia mempekerjakan ratusan orang yang sebagian tinggal di sana.
Namun bencana terjadi pada tahun 2011. Sebuah banjir besar memporak-porandakan daerah perikanannya. Segalanya habis. Ia merugi sampai 160 juta yuan. Tetapi itu tak membuatnya kapok. Ia mencari ahli irigasi untuk membangun saluran banjir jika kejadian seperti itu terulang. Maka dibangunlah sungai-sungai buatan (saluran irigasi). Tak tanggung-tanggung, ia membuat 13 saluran yang bisa mengalirkan air banjir jika musim hujan tiba. Total saluran itu sepanjang 90 km. Di kiri kanannya ditanami pohon-pohon hingga tampak hijau.
Investasi besar-besaran itu membuat anaknya keheranan. “Saya tidak mengerti bagaimana ayah mau habis-habisan membangun kolam air tawar di padang pasir yang jauh dari rumah,” kata anaknya, He Yuting. “Tapi sekarang saya paham maksudnya,” ujarnya setelah melihat keberhasilan sang ayah.
Setelah bencana banjir itu, usaha He Yanzhong memang kian berkembang. Sekarang dari usaha perikanannya di sana, bisa dihasilkan 800 ton ikan rainbow trout setiap tahunnya yang dipasarkan ke seluruh Tiongkok. Selain itu daerah tersebut juga jadi banyak dikunjungi orang, termasuk yang ingin bertani di sana.
Sekarang “memancing di padang pasir” bukan lagi olok-olok. Berkat investasi sekitar US$46 juta (sekitar Rp460 miliar), He Yanzhong bisa mewujudkannya.
“Orang bilang saya ini gila karena menginvestasikan uang sebanyak itu di padang pasir, bukannya di real estate atau bank. Tetapi uang bisa mengubah lingkungan yang tadinya tidak layak bagi manusia menjadi layak. Bagi saya, ini nilai uang sebenarnya,” katanya.
sumber andriewongso
No comments:
Post a Comment