Wednesday, 3 September 2014

Anak Kurang Gizi tak Selalu dari Orang Miskin

Kemiskinan memang terkait dengan kondisi kurang gizi hingga gizi buruk. Namun anak yang kurang gizi belum tentu berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi kurang. Ini karena gizi masih belum menjadi prioritas dalam sebuah keluarga, sehingga alokasi dana untuk mencukupi gizi pun sangat minim.

Staf Khusus Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP & PA) Pinky Saptandari mengatakan, seringkali ditemukan keluarga dengan kondisi ekonomi yang terbilang cukup justru memanfaatkan alokasi anggaran rumah tangga mereka untuk kebutuhan lainnya yang tidak sehat.


"Alokasi dana mereka digunakan untuk jajan, bahkan untuk membeli rokok. Ini sebenarnya masalah gaya hidup saja," ungkap Pinky dalam Nutritalk dengan topik "Dukungan Budaya dan Keluarga dalam Pemenuhan Gizi Ibu dan Anak" akhir pekan lalu, di Yogyakarta.

Padahal, seandainya alokasi dana tersebut digunakan untuk membeli makanan yang bergizi, maka problem kekurangan gizi mungkin akan lebih terkurangi. Apalagi makanan bergizi sebenarnya tidak perlu mahal.

"Asal ibunya sadar gizi bagi keluarga itu penting, sebenarnya ia bisa memanfaatkan bahan-bahan yang murah untuk mencukupi gizi keluarga," tutur Pinky.

Guru Besar dalam bidang Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Endang L Achadi mengatakan, seorang ibu yang sadar gizi dengan keuangan minim bisa memanfaatkan bahan makanan sederhana tapi bernilai gizi tinggi. Misalnya saja ceker atau leher ayam yang dibuat kaldu untuk memasak sup. Ceker dan leher biasanya menjadi bagian yang dibuang sehingga dijual dengan harga yang relatif lebih murah. Ibu juga bisa memanfaatkan ikan-ikan kecil yang dibuang oleh tukang ikan padahal masih mengandung protein.

"Parutan kelapa bisa dibuat serundeng, sayurnya bisa mengambil dari sayur yang ditanam sendiri, daun singkong, katuk, atau kelor. Itu kan bagus karena mengandung vitamin," tuturnya.

Sumber protein lain yang murah dan bergizi lengkap antara lain telur, tahu, tempe, kacang-kacangan, serta ikan. Pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama usia bayi juga bisa membuat bayi tumbuh sehat dan tak gampang sakit.

Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, diketahui angka malnutrisi yang ditandai dengan anak-anak bertubuh pendek rata-ratanya adalah 37,2 persen untuk nasional. Ada 20 propinsi yang angka malnutrisinya di atas angka rata-rata tersebut.

Bahkan propinsi-propinsi di pulau Jawa tak terlepas dari kasus malnutrisi. Propinsi yang cukup banyak ditemukan angka malnutrisi yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, dan Jawa Tengah.
sumber kompas

No comments:

Post a Comment