Putra pasangan sopir taksi dan guru ini menjadi sosok panutan di
Singapura. Lim Siong Guan namanya, dikenal sebagai pejabat pemerintahan
yang sangat berpengalaman dari era Lee Kuan Yew hingga era Goh Chok
Tong.
Saat ini Lim menjabat sebagai Group President perusahaan dana investasi pemerintah GIC. Dia menjabat posisi itu sejak Juli 2009 setelah sebelumnya sebagai direktur pelaksana di tempat yang sama.
Saat ini Lim menjabat sebagai Group President perusahaan dana investasi pemerintah GIC. Dia menjabat posisi itu sejak Juli 2009 setelah sebelumnya sebagai direktur pelaksana di tempat yang sama.
GIC adalah perusahaan pengelola kekayaan negara, salah satu yang terbesar di dunia. Asetnya lebih dari USD 100 miliar di lebih dari 40 negara di seluruh dunia. Pada 2008, The Economist melaporkan bahwa estimasi Morgan Stanley, aset kelolaan GIC mencapai USD 330 miliar atau sekitar Rp 3.916 triliun.
Meskipun dikenal sebagai memimpin perusahaan dengan aset megabesar, Lim Siong Guan dikenal sebagai sosok yang sederhana. Sehari-harinya dia bekerja dengan mengendarai transportasi umum. Berikut kesederhanaan Lim dikutip dari Asiaone, Senin (15/9).
Lim Siong Guan sehari-harinya naik mass rapid transit (MRT) saat
berangkat kerja. Dia turun di Raffles Place kemudian berjalan kaki
sekitar 20 menit ke kantor GIC di Robinson Road, sekaligus sebagai
olahraga. Padahal, sosok seperti dia bisa saja mendapatkan fasilitas
kendaraan dari kantor maupun sopir pribadi.
Soal mobil pribadi, dia memiliki Volvo S60 yang kelasnya masih jauh di bawah mobil koleganya.
Dia juga dikenal tidak pernah menyuruh sekretarisnya jika punya kepentingan surat menyurat urusan pribadi. Dia pun siap antre menunggu giliran.
Soal mobil pribadi, dia memiliki Volvo S60 yang kelasnya masih jauh di bawah mobil koleganya.
Dia juga dikenal tidak pernah menyuruh sekretarisnya jika punya kepentingan surat menyurat urusan pribadi. Dia pun siap antre menunggu giliran.
Dia seringkali melakukan perjalanan tahunan luar negeri untuk meninjau
markas GIC di berbagai negara sejak 2007. Empat hari dilakukannya
berkunjung dari Singapura ke San Fransisco, New York, London kembali
lagi ke Singapura. Empat hari lainnya keliling Asia dari Singapura,
Mumbai, Tokyo, Seoul, Beijing, Shanghai kembali ke Singapura.
Dalam perjalanan itu, dia tidak pernah memesan kamar hotel. Pria berusia 67 tahun itu tidur di pesawat dan menolak limousin perusahaan dengan memilih transportasi publik. Dia hanya membawa tas kecil. Terkadang mandi di kantor GIC yang dikunjungi. Kantor London seringkali menyediakan handuk untuknya.
Dalam perjalanan itu, dia tidak pernah memesan kamar hotel. Pria berusia 67 tahun itu tidur di pesawat dan menolak limousin perusahaan dengan memilih transportasi publik. Dia hanya membawa tas kecil. Terkadang mandi di kantor GIC yang dikunjungi. Kantor London seringkali menyediakan handuk untuknya.
Dia dikenal sebagai pribadi yang keras tetapi juga mudah mengakrabi
siapapun anak buahnya. Pertanyaan penting yang sering diberikan kepada
bawahannya adalah, "bagaimana saya bisa membantu kamu agar pekerjaanmu
bisa lebih bagus?"
Sebelum pada posisinya sekarang, dia bekerja di pemerintahan Singapura selama 37 tahun. Dia mengaku, betah bekerja selama hampir 40 dekade karena menganggap pekerjaan sebagai kegembiraan. "Apa yang saya rasakan sangat menarik adalah berpikir tentang masa depan. Menentukan strateginya," ujarnya.
Sebelum pada posisinya sekarang, dia bekerja di pemerintahan Singapura selama 37 tahun. Dia mengaku, betah bekerja selama hampir 40 dekade karena menganggap pekerjaan sebagai kegembiraan. "Apa yang saya rasakan sangat menarik adalah berpikir tentang masa depan. Menentukan strateginya," ujarnya.
sumber merdeka.com
No comments:
Post a Comment