Thursday, 8 January 2015

Seluk Beluk Tiket Murah di Luar Negeri

Pesawat murah menjadi andalan traveler. Selain di Indonesia, berbagai negara lain juga memiliki maskapai bujet. Seluk beluk operasional mereka dan bagaimana mereka menjual tiket murah, menarik untuk dicermati.

Pesawat murah sedang menjadi isu hangat di Indonesia karena peraturan pembatasan tarif penerbangan yang baru-baru ini ditetapkan oleh pemerintah. Pemerintah bahkan mengatakan sebenarnya tidak mengenal istilah Low Cost Carrier (LCC).

Mungkin pernyataan itu tidak salah, karena istilah LCC memang dibawa dari praktek maskapai murah di luar negeri. Penelusuran detikTravel dari berbagai sumber, Kamis (8/1/2014) LCC pertama di dunia adalah Southwest Airlines asal AS yang mulai beroperasi pada 1971.

Banyak pesawat murah asal Eropa dan Amerika yang sering digunakan traveler seperti Ryanair, Easyjet dan Jetblue. Berbagai pesawat murah tersebut bertahan dengan menjual tiket murah. Jangan salah, Perdana Inggris David Cameron juga naik maskapai bujet untuk keperluan pribadi.

Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana mereka bisa tetap beroperasi dengan biaya yang minim. Kurangnya keuntungan dari penjualan tiket disiasati dengan adanya biaya tambahan dari makanan, bagasi, pemilihan tempat duduk dan lain sebagainya. Jangan berharap kenyamanan seperti maskapai full servis. Traveler membayar murah, terbang dan sampai.

Misalnya saja Easyjet, pesawat murah asal Inggris ini mematok harga berbeda sesuai lokasi kursi yang Anda pilih. Dilihat dari situs resmi Easyjet misalnya, untuk pemilihan kursi harga termurahnya mulai dari £1,99 (Rp 38 ribu) hingga £9,99 (Rp 191 ribu). Tapi siapa cepat dapat, karena jumlahnya terbatas.

Nah, ternyata perang tiket adalah praktik umum dalam persaingan maskapai bujet di dunia. Promosi harga gila-gilaan diberikan kepada konsumen yang memesan duluan. Yang terlambat dapat harga lebih mahal. Mereka juga biasanya lebih tega terhadap penumpang yang ketingalan pesawat. Beberapa tidak bisa refund atau transfer penerbangan, melainkan harus beli tiket baru.

Selain itu, penjualan tiket lebih banyak melalui sistem online untuk menghindari biasanya tambahan ongkos untuk agen perjalanan. Hidden cost atau biaya tambahan juga merupakan praktik umum. Di iklan harga tiketnya murah atau bahkan nol, namun belum termasuk pajak, biaya bahan bakar dan biaya lain-lain.

Ternyata, praktik penjualan tiket murah dengan harga gila-gilaan juga memang terjadi di luar negeri. Tapi sekali lagi, faktor keselamatan penerbangan tetap menjadi tolak ukur utama.

Ryanair atau Easyjet, mungkin paling populer sebagai LCC di Eropa yang rajin menawarkan tiket murah. Namun, LCC yang mendapatkan penghargaan karena dinilai paling mengutamakan keamanan adalah Aerlingus dari Irlandia. Tinggal ini dikembalikan kepada traveler, terbang yang penting murah atau yang penting aman?
sumber detik
 

No comments:

Post a Comment