Friday, 9 January 2015

Kepribadian Menentukan Prestasi

Pentingnya mempersiapkan sekolah untuk anak sejak awal sudah disadari oleh orang tua. Mereka pun mempersiapkan anak-anak mereka dengan memulai masa pembelajaran lebih awal, sebelum masuk ke sekolah, seperti belajar membaca atau hitung-hitungan sederhana. Hal ini dilakukan agar anak-anak mereka sukses di sekolah, terutama jika mereka berasal dari latar belakang sosial ekonomi yang rendah.

Tapi, menurut hasil kajian yang baru-baru ini dilakukan, seharusnya orang tua tidak hanya fokus pada perkembangan kecerdasan anak. Para orang tua seharusnya juga membina kepribadian anak-anak mereka.

Arthur Poropat, dari Griffith University School of Applied Psychology, menemukan bahwa kepribadian mungkin bisa dijadikan prediksi keberhasilan akademis, jadi bukan hanya kecerdasan saja. "Sehubungan dengan pembelajaran, kepribadian lebih berguna daripada kecerdasan untuk membimbing para siswa dan guru," katanya, seperti dilansir dari Medicaldaily, Jumat (9/1).

Hal ini tidak dimaksudkan untuk meminggirkan pentingnya kecerdasan dalam keberhasilan akademik. Tetapi jika Anda memiliki anak yang introvert dan kadang-kadang antisosial, tapi cerdas, hal itu jelas akan membuat mereka lebih sulit berbaur dengan lingkungan dan secara proaktif terlibat dalam pendidikan mereka.

Anak-anak yang memiliki skor lebih tinggi pada lima faktor dasar dalam kepribadian, khususnya keterbukaan dan kesadaran, cenderung lebih mau terlibat dalam proses pendidikan mereka, entah itu dengan berbicara dengan guru, membantu anak-anak lain, atau sekadar berusaha keras sepanjang waktu.

"Pada praktiknya, jumlah usaha yang dipersiapkan siswa dan di mana fokus mereka berada, setidaknya sama pentingnya dengan apakah siswa itu cerdas," kata Poropat. "Dan seorang siswa yang mempunyai kepribadian suka menolong, akan mmemiliki nilai yang lebih tinggi dari rata-rata siswa dalam hal ini," dia mengimbuhkan.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa siswa yang percaya bahwa diri mereka cukup cerdas tidak terus-menerus melakukan upaya tersebut, sehingga pada akhirnya mereka akan tertinggal.

Poropat menemukan bahwa dalam lima faktor kepribadian, termasuk keramahan, keterbukaan, dan kestabilan emosi, dapat memunculkan aktif belajar. Tapi, dari semua itu kesadaran dan keterbukaanlah yang paling berperan. Diikuti oleh kerja keras dan rasa ingin tahu.

Tapi masuk akal mengapa kesadaran dan keterbukaan yang paling prediktif. Setelah semua, itu kerja keras dan rasa ingin tahu yang bisa membantu pencapaian lebi banyak, terlepas dari seberapa pintar seorang anak.

Penelitian lain telah menemukan bahwa manfaat kepribadian ini terbawa sampai dewasa. Dalam salah satu penelitian dari tahun 2012, orang-orang yang dianggap paling populer di antara kelompok alumni SMA-nya, memperoleh rata-rata dua persen lebih tinggi setelah 35 tahun lulus dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang tidak begitu populer. Hal ini menunjukkan bahwa kepribadian  akan membantu mereka terhubung dengan orang-orang di kemudian hari, sehingga menghadapi lebih banyak kesempatan.

Tapi, jangan khawatir, menurut penelitian yang dilakukan oleh Poropat, kepribadian selalu berubah, setidaknya sampai berusia sekitar 30 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada kesempatan untuk berubah. Anda masih bisa memperbaiki kepribadian dengan lebih meningkatkan kualitas keterbukaan dan kesadaran dalam diri  sendiri. Jika Anda merasa tidak mempunyai kecerdasaan yang cukup, bangunlah kepribadian Anda.
sumber cnnindonesia

No comments:

Post a Comment