Saat ada sebagian anak mengalami kegemukan, ada
sebagian lagi yang terlalu kurus bahkan cenderung kekurangan gizi.
Penyebab kekurusan pada anak beragam. Di antaranya adalah anak sulit
makan.
Data menunjukkan sebagian anak-anak di Indonesia masih banyak yang
kekurangan nutrisi dengan alasan sulit makan. Penelitian pada anak
prasekolah usia 4-6 tahun di Jakarta menunjukkan 33,6% anak mengalami
kesulitan makan, 44,5% menderita malnutrisi ringan, dan 79,2% anak
menderita malnutrisi sedang.
Anak yang sulit makan perlu ditangani secara tepat. Anak yang sedang
dalam masa tumbuh kembang memerlukan asupan nutrisi yang cukup. Ditambah
lagi, pemenuhan nutrisi yang optimal akan menghasilkan anak dengan
kecerdasan tinggi.
'Karena itu, orang tua harus menanamkan sikap cinta makan sehat
kepada anak sejak dini. Jika anak sudah telanjur sulit makan, orang tua
juga harus mencari akar masalahnya dan kembali mendidik anak untuk
mencintai makanan,' ujar spesialis anak Nita Ratna Dewanti dari Rumah
Sakit Internasional Bintaro dalam seminar bertema Kiat mengatasi sulit
makan pada si kecil di Tangerang, beberapa waktu lalu.
Menurut Nita anak dikatakan sulit makan jika tidak mampu mengonsumsi
makanan yang diberikan secara alamiah dengan mulut terbuka secara
sukarela atau anak yang hanya mampu menghabiskan kurang dari 2/3 dari
jumlah makanan sehingga kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi.
'Kesulitan makan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk faktor organik, nutrisi, dan psikologis,' kata Nita.
Bagaimana cara membuat anak mencintai makanan?
Untuk anak yang baru mulai mengenal makanan pendamping, terang Nita,
ada baiknya mulai mengenalkan makanan satu per satu dimulai dengan
buahan-buahan, biskuit susu, nasi tim, hingga akhirnya siap makan padat
sepenuhnya saat menginjak usia satu tahun. Pastikan tidak memberikan
makanan beragam sekaligus. "Hal ini juga bermanfaat untuk mendeteksi
anak alergi terhadap suatu makanan tertentu."
Selain itu, terang dia, orang
tua harus melihat alasan anak sulit makan. Mungkin saja anak menderita
sariawan sehingga merasa sakit saat makan. Jika tetap memaksa anak makan
dalam kondisi itu, terang dia, hal tersebut akan memicu perilaku sulit
makan pada anak.
Hal senada juga diungkapkan
psikolog anak dra Niniek A Bawani. Dari segi psikologis, terang dia,
anak bisa mengalami trauma, baik karena sariawan, sakit gigi, atau
amandel. Rasa perih saat makanan masuk mulut akan membuat anak membuat
persepsi sendiri bahwa makanan merupakan penyebab dari rasa sakit
tersebut. "Dalam kondisi ini, pastikan jangan memaksa dan menjejali
makanan ke mulut anak." Biarkan anak makan 1-2 sendok saja. Jika jumlah
makanan sedikit, terang dia, rasa sakitnya juga lebih ringan.
Selain itu, terang Bawani,
hindari porsi makan yang terlalu banyak. Jumlah terlalu banyak akan
membuat anak merasa mual. "Akibatnya anak akan berpikir makan merupakan
penyebab rasa mual." Pastikan pula anak mendapatkan porsi makan sesuai
dengan usianya. Kebutuhan kalori anak yang berusia lebih muda berbeda
dengan anak yang lebih tua.
Selanjutnya, pastikan anak
mendapatkan pujian saat dia menghabiskan makanannya. Jika orang tua
hanya ribut saat dia tidak mau makan, anak akan menjadikan itu sebagai
cara mendapatkan perhatian. Di samping itu, pastikan anak terbiasa makan
dengan frekuensi teratur dan tidak memilih-milih makanan. "Tidak hanya
karena menunya yang disukai maka anak bisa makan sampai lima kali
sehari."
Karena itu, terang Bawani,
adalah tugas orang tua untuk memberikan pendidikan makan yang tepat
sejak dini. Orang tua harus memberi contoh dengan menikmati semua
variasi makanan dengan semangat. Anak, terang dia, akan cenderung meniru
apa yang dilakukan orang tuanya.
Bagaimana dengan makan sambil berkeliling?
Bawani menyarankan untuk menghindari hal itu. "Anak harus diajarkan
untuk makan di tempat makan sejak kecil." Makan sambil berkeliling ke
taman atau sambil menonton, terang dia, akan membuat anak tidak fokus
pada makanannya.
Anak, menurut dia, bisa juga
dilibatkan dalam proses pembuatan dan penyajian makanan. Dengan begitu,
anak akan lebih tertarik untuk mencoba. Jika tetap sulit makan? Ada
baiknya orang tua mengambil makanan tersebut dan memakannya dengan
ekspresi yang benar-benar menggambarkan makanan itu enak. Dengan begitu,
anak juga akan percaya. Dan setiap ada waktu, pastikan meluangkan waktu
untuk makan bersama. Anak, menurut Bawani, akan lebih suka jika
ditemani.
Yang tidak kalah pentingnya, terang Bawani, ciptakan suasana makan yang nyaman dan tunjukkan kepada anak bahwa makan itu menyenangkan.
sumber klikdokter
No comments:
Post a Comment