Joko (28), bukan nama sebenarnya, mengalami kecelakaan tunggal jatuh
dari motor di Semarang November 2014 lalu. Akibatnya, warga asal
Yogyakarta itu mengalami dislokasi bahu kanan.
Joko kemudian
dibawa teman-temannya ke Unit Gawat Darurat (UGD) RSUP dr Kariadi.
Selama perawatan, Joko yang merupakan peserta BPJS Kesehatan masih
berada di UGD. Berdasarkan informasi perawat, Joko belum bisa dipindah
ke kamar rawat inap lantaran penuh.
“Saya masuk sekitar pukul
20.00. Kemudian dilakukan rontgen sekitar pukul 24.00. Saya tanya ke
perawat kok belum dipindah ke kamar, dia bilang kamar penuh. Ya sudah
mau tidak mau saya dirawat di UGD,” ujarnya saat menceritakan
pengalamannya, pekan lalu.
Selama di UGD, Joko mengaku tidak
nyaman. Ketika dirinya meminta bantal, perawat berujar tidak ada
fasilitas bantal di UGD. Begitu juga ketika dirinya merasa kedinginan
dan meminta selimut, perawat menjawab tak ada fasilitas untuk itu.
“Tidak nyaman sekali berada di UGD. Padahal saya sedang kesakitan, saya merasa terkatung-katung” ujarnya.
Hasil
rontgen mengharuskan Joko menjalani operasi. Rencana operasi akan
dilakukan waktu subuh, namun dibatalkan karena terlalu pagi. Operasi
rencana mundur pukul 07.00. Kemudian dibatalkan karena dokternya
melakukan operasi terhadap pasien yang lebih berat karena terkait nyawa.
“Rasanya kesal sekali dan saya marah ke perawat. Bukan apa-apa, saya
sudah sakit sekali tapi belum juga ditangani,” ujar Joko sambil menahan
rasa sakit di bahunya.
Seorang perawat kemudian meminta maaf ke
Joko dan berkata bahwa kondisi RS Kariadi sedang overload. Sementara
jumlah tenaga medis kurang apalagi jika melakukan penanganan di malam
hari. Hal ini akibat RS Kariadi menjadi jujukan pasien di sekitar
Semarang seperti Kudus dan Jepara.
Joko kemudian menjalani operasi
sore hari. Setelah operasi dirinya tetap ditempatkan di UGD. Lantaran
belum ada kamar, Joko akhirnya memilih pindah ke RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta.
“Sampai operasi saya belum dapat kamar. Karena biar
dekat dengan keluarga di Yogyakarta akhirnya saya pilih pindah dan dapat
kamar,” ujarnya.
Joko berharap penuhnya kamar rawat inap tidak
mengurangi pelayanan khususnya bagi pasien peserta BPJS. “Saya
sebenarnya mampu jika harus membayar tanpa BPJS. Sebagai pasien yang
paling diutamakan adalah kenyamanan dan pelayanan yang baik meski dia
peserta BPJS atau bukan,” ujarnya.
sumber tribun jateng
No comments:
Post a Comment