Sunday, 19 October 2014

8 Kesalahan yang Harus Dihindari Sebelum Mati

Hidup tidak akan selamanya berjalan di sisi kita. Akan ada masanya ia pergi, melipat lembarannya, dan meninggalkan kita jauh di belakang. Beberapa orang mensejajarkan pengalaman ditinggalkan kehidupan itu dengan kematian. Beberapa orang lainnya mengatakan waktu mereka hanya sudah selesai di dunia.
Dalam waktu yang panjangnya tak seberapa ini, adakah yang harus berusaha kita hindari? Adakah hal-hal dalam hidup yang mestinya tidak kita lakukan agar waktu yang tak selamanya ini jadi lebih berarti? Kali ini akan dipaparkan 8 diantaranya.



1. Berharap Waktu yang Paling Tepat Akan Datang. Berkata “Kelak” Sembari Terus Mengelak

Berharap pada "nanti"
Berharap pada “nanti” via www.pillowfights.g
Dalam beberapa kesempatan kita memutuskan untuk menunggu waktu yang paling tepat dalam hidup. Melihat hidup seperti kumpulan momentum, yang di dalamnya ada satu yang paling bersinar. Kita merasa ada waktu yang paling baik untuk sesuatu, karena itu kita tak keberatan menunggu.
Ketika hendak memulai usaha, kita merasa “Kelak” adalah saatnya. Saat sudah lulus, saat sudah memiliki cukup modal, sudah tahu seluk beluk membuka bisnis. Menunda dan menunggu waktu yang paling tepat akan datang sebenarnya menjauhkan kita dari kesempatan dan keberhasilan. Suatu usaha yang tidak dimulai saat ini, hasilnya juga harus ditunggu lebih lama lagi.


2. Membuka Telinga Untuk Mendengar Kata Orang, Namun Hirau Pada Kata Hati

Hirau pada kata hati yang paling jujur
Hirau pada kata hati yang paling jujur via galleryhip.com
Sebenarnya kita dibekali dengan kemampuan untuk peka terhadap semesta. Badan ini sudah dilengkapi dengan indera perasa yang bisa diandalkan, saat ada sesuatu yang salah ia akan dengan ringan memberikan peringatan. Masalahnya, kadang kita terlalu tinggi hati untuk menyadari kemmapuan ini.
Sebelum mati, pastikan kamu tak lagi hirau atas suara paling jujur yang bergaung di palung hatimu. Dengarkan dia, ikuti apa maunya, jangan ragu meninggalkan sesuatu atas perintahnya. Ia yang paling tahu, tak ada alasan bagimu membuang waktu — mendengarkan mereka yang juga tak tentu.


3. Merasa Keluarga Akan Hidup Selamanya, Menyia-Nyiakan Waktu Bersama Mereka

Menyia-nyiakan kesempatan bersama dengan orang tercinta
Menyia-nyiakan kesempatan bersama dengan orang tercinta via 31.media.tumblr.com
Kesalahan terbesar yang sering dilakukan orang dalam hidupnya adalah menyia-nyiakan kesempatan yang ia punya bersama keluarga. Merasa mereka akan ada dan hidup selamanya. Sebabnya tak apa jika mereka tak diberi waktu yang sepadan, toh mereka akan selalu menunggu kita pulang dengan sabar.
Terkadang kita lupa bahwa mereka juga manusia yang sesekali butuh dipeluk dan dipupuk ulang cintanya. Mereka bukan manusia dengan power bank rasa kasih yang tak terbatas jumlahnya. Menyia-nyiakan waktu untuk bermesraan dengan mereka harus dibayar dengan penyesalan yang akan datang setelahnya.


4. Jumawa Pada Kemampuan Saat Keberhasilan Menghampiri, Merasa Tak Tertandingi

Merasa jumawa atas kemampuan diri sendiri
Merasa jumawa atas kemampuan diri sendiri via galleryhip.com
Ketika kita perlahan mulai menapaki tangga menuju impian, terkadang ada perasaan bangga dan “merasa bisa” yang tak terhindarkan. Saat impian sudah makin terjangkau tangan, kita merasa mampu mengahadpi semua yang mengganggu. Tidak ada lagi yang pantas ditakutkan, sebab sejengkal lagi tujuan yang selama ini digadang-gadang akan bisa teraih dalam genggaman.
Keberhasilan tanpa disadari membuat kita tinggi hati. Merasa tak tertandingi, enggan menundukkan badan untuk kembali duduk di kursi belajar demi menambah kapasitas diri. Buat apa? Toh kamu sudah terbukti bisa. Saat perasaan macam ini datang — satu yang kadang terlupakan: Merasa diri paling mampu sebenarnya menutup kesempatan untuk berkembang. Keberhasilan ternyata harus dibayar dengan berhentinya proses belajar.
Sebelum kelak kamu mati, sadarilah bahwa kemampuanmu selalu bisa dikalahkan. Selalu ada ia yang lebih baik di luar. Merasa tak tertandingi hanya akan membuatmu jadi orang yang culas dan tinggi hati.


5. Menyimpan Dendam Pada Diri Sendiri Atas Kesalahan yang Pernah Dilakoni

Enggan memaafkan diri sendiri
Enggan memaafkan diri sendiri via galleryhip.com
Sebagai manusia, amat wajar jika kamu pernah melakukan kesalahan — baik pada diri sendiri ataupun pada orang lain. Meminta maaf dan memaafkan orang lain kadang terlihat berat, tapi seberat-beratnya rasa maaf sebenarnya adalah maaf yang kamu berikan pada diri sendiri. Sebagai manusia kadang tanpa sadar kita menyimpan dendam pada diri sendiri. Mengutuk diri atas kealpaan yang pernah dilakukan tempo hari.
Karena hidup hanya sekali, mulai hari ini cobalah ampuni dirimu. Maafkan kamu di masa lampau yang sempat bodoh, sempat teledor, sempat kurang peka dan hati-hati. Ampunilah dan terima ia sebagai bagian dirimu yang sudah terlalui. Dengan cara ini, kamu akan bisa lebih fokus pada apa yang harus kamu lakoni di hari ini. Tak lagi menyimpan rasa sakit pada kejadian yang harusnya sudah tak diingat lagi.


6. Hidup Hanya Untuk Diri Sendiri, Enggan Berbagi Dengan Dia yang Butuh Diberi

Merasa hidup hanya untuk diri sendiri
Merasa hidup hanya untuk diri sendiri via foxesngo.blogspot.com
Hidup sebenarnya adalah proses mengulurkan dan menyambut uluran tangan. Ada waktunya kamu membantu orang lain, namun nanti akan datang juga giliran kamu dibantu oleh mereka dari arah-arah yang bahkan tak terduga. Sayang, sebagai manusia kita sering diliputi rasa jumawa. Merasa bisa hidup di atas kaki sendiri tanpa bantuan orang-orang di sisi.
Akhirnya, kita jadi makhluk yang egois. Enggan membantu karena merasa tak perlu. Padahal, berbagi adalah cara paling jitu untuk menebarkan kebaikan tanpa harus merasa kekurangan. Sebelum waktumu tak lagi ada, ulurkanlah tangan sebanyak yang kamu bisa. Kesempatan berbagi dengan sesama akan membuatmu merasa berharga sebagai manusia.


7. Membiarkan Diri Terjebak Pada Pekerjaan yang Tak Dicinta

Terjebak pada pekerjaan yang tak dicinta adalah dosa besar
Terjebak pada pekerjaan yang tak dicinta adalah dosa besar via galleryhip.com
Melakoni pekerjaan yang tidak bisa dikerjakan dengan hati hanya akan membuatmu menggerutu tiap hari. Bagaimana tidak, bayangkan saja — kewajiban sehari-hari yang harus kamu lakoni dari pagi hingga pagi lagi adalah sesuatu yang kamu benci. Setiap hari kamu bangun dan berharap hari itu sampai ke ujungnya tanpa harus menunggu lama lagi.
Jangan biarkan dirimu terjebak dalam kekejaman yang kamu ciptakan sendiri. Berbincanglah dengan dirimu banyak-banyak, dengarkan kata hatimu yang paling jujur, temukan keberanian untuk melangkah. Buat apa bertahan dalam pekerjaan yang kamu benci? Ingatlah, kamu cuma punya kesempatan hidup satu kali yang tak akan mungkin terulang lagi.


8. Bertahan Pada Cinta yang Gagal Membuatmu Bertransformasi Menjadi Sebaik-Baiknya Manusia

Kamu punya hak didampingi ia yang baik
Kamu punya hak didampingi ia yang baik via galleryhip.com
Pasangan hidup, partnera significant other – apapun sebutanmu untuk ia yang mendampingi hari-harimu — adalah seseorang yang harus diakui punya peranan penting dalam hidupmu sebagai manusia. Bagaimana tidak, dengannya kamu berbagi hari. Berbagi pemikiran dan pendapat. Ialah yang akan jadi pembawa pengaruh paling besar dalam hidupmu.
Membiarkan ia yang tak tepat mendampingimu sesungguhnya setara dengan tindakan bunuh diri.
Cinta yang baik adalah ia yang membuatu terus berkembang menjadi manusia yang lebih bermanfaat. Cinta yang tepat akan melembutkan hatimu, menyatukan keping-keping hidup lebih lekat, membuatmu merasa ada perubahan hidup yang harus diperjuangkan dengan kuat. Karena hidup hanya sekali, jangan biarkan dirimu terpenjara cinta yang hanya membuatmu lupa diri.

Terlepas dari ada atau tidaknya kesempatan hidup kembali, kenapa tidak kita manfaatkan waktu yang ada saat ini sebaik mungkin? Selagi bisa, hindarilah 8 kesalahan di atas. Selagi kamu masih bisa menyambut pagi, selagi kamu belum dihadapkan pada desakan kata pergi.
sumber hipwee

No comments:

Post a Comment