11. Deg-degan plus penasaran, kamu semangat datang di kelas pertama
12. Kamu udah gak sabar banget mau belajar tentang iklan, jurnalisme, public relations, TV, dan media baru.
“Bapak, Ibu, jadikan aku pembawa acara terkenal! Jadikan aku penulis handal calon pemenang Pulitzer! Jadikan aku fotografer seperti Darwis Triadi! Aku siap belajar di bawah sayapmu dan cahaya pelitamu!”
13. Sayang, kamu tidak tahu kenyataan sebenarnya. Kamu tidak tahu apa-apa.
Bukannya belajar soal metode penulisan naskah film atau teknik-teknik
dasar wawancara, di semester awal kamu justru bakal dihajar mata kuliah
“Sejarah Sosial dan Politik Indonesia” dan “Pengantar Ilmu Politik”.
Semangatmu pun langsung pudar.
Kamu pun sadar ini semua gara-gara jurusanmu tergabung di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Hah. Kamu gak tahu apa ini keuntungan atau
kutukan.
18. Realita mengejutkan berikutnya adalah dosenmu tidak mengajarkan hal-hal yang kamu tunggu-tunggu
Untungnya, selain mata kuliah ilmu politik kamu juga mulai diajarkan
ilmu komunikasi yang sebenarnya. Tapi apakah disini kamu bakal diajarin skill mewawancara? Mengambil gambar? Mengerjakan desain grafis? Memproduksi siaran?
TIDAK!
Kamu malah akan dapat kuliah soal sejarah, teori, dan analisis. Nama-nama mata kuliahmu:
- Pengantar Ilmu Komunikasi
- Perkembangan Teknologi Komunikasi
- Filsafat Ilmu dan Logika
19. Setelah satu semester berlalu, kamu tersadar bahwa jurusan ini di luar ekspektasimu
Ilmu komunikasi jauh di luar bayanganmu selama ini. Dan pastinya
sangat jauh dari bayangan orang-orang yang gak kuliah Komunikasi sama
sekali.
20. Kamu pun mulai bertanya-tanya…
“Gue salah jurusan kali ya??”
18. Tapi ilmu nggak peduli pada kegamanganmu. Tetap ada bertumpuk-tumpuk buku yang wajib kamu selesaikan.
Namanya juga mahasiswa, ya harus baca buku juga! Mau gak mau kamu
mulai berkenalan dengan nama Harold Laswell, Denis McQuail, Habermas,
dan Littlejohn.
Padahal mungkin kamu gak pernah baca buku-buku setebal ini sebelumnya. Palingan juga kamu baca Golden Boy.
21. Anyway, jujur aja. Pas pertama kali dengar nama Littlejohn di kelas, kamu pasti membayangkan wajah ini…
22. Biar Hipwee bantu, ini baru yang namanya Stephen W. Littlejohn…
23. Semakin lama kamu belajar di jurusan ini, semakin berat juga tuntutannya!
Akhirnya, setelah semester pertama terlewati tugas bersifat praktikum
datang juga. Kamu mulai harus menulis berita. Kamu mulai diajari
bagaimana memegang kamera.
Tapi bentaaar….kok tugas fotografi, produksi siaran, produksi iklan,
dan produksi majalah barengan ya? Kapan kamu tidurnya? Hahahahaha.
24. Setelah bertahan cukup lama di jurusan Komunikasi, kamu mengerti bahwa ilmu yang baik adalah yang mengeksposmu pada berbagai macam topik
Awalnya, kamu bingung kenapa harus belajar filsafat dan sejarah di
jurusan Komunikasi. Sekarang, kamu tahu bahwa ilmu yang baik bukanlah
ilmu yang mengkotak-kotakkan, tetapi ilmu yang menghubungkan.
Menghubungkan satu bidang ke bidang lainnya, satu wacana ke wacana
lainnya.
(halah. tapi serius nih.)
Belajar Ilmu Komunikasi membuka wawasan kamu soal HAM, kebebasan
berekspresi, toleransi, dan berpikiran terbuka. Kamu baru sadar kalau
ternyata organisasi butuh komunikasi. Kalau komunikasi erat kaitannya
dengan pemasaran. Kalau pemasaran, psikologi, dan komunikasi bisa harus
dipelajari secara bersamaan. Kalau untuk berkembang, tidak cukup
berkutat pada satu bidang.
25. Pengetahuanmu meluas dan ketertarikanmu pun muncul di bidang-bidang yang lebih beragam
Dulu, kamu gak pernah kepikiran bakal menikmati bikin iklan. Mungkin
kamu masuk Komunikasi karena bercita-cita kerja di koran. Dulu kamu
nggak tertarik sama yang namanya Komunikasi Politik. Sekarang bidang ini
jadi cita-citamu. Sepanjang Pilpres 2014 kemarin, misalnya, kamu asyik
banget mengawasi kampanye masing-masing calon.
Bersambung...
sumber hipwee
No comments:
Post a Comment