Menjadi pemimpin bukanlah pekerjaan mudah. Apalagi dalam level negara
dan dunia. Jutaan manusia menggantungkan hidup pada
bijak-tidaknya keputusannya. Maka dari itu, tidak sembarang orang bisa
menjadi pemimpin.
Para pemimpin dunia memiliki jiwa kepemimpinan yang mulai disemai
sejak muda. Mereka menghabiskan waktu untuk menyerap ilmu dan belajar
dari kesalahan sejak usia masih belia. Semua itu membantu mereka matang
hingga menjadi hebat seperti sekarang ini.
Jadi, bagaimana sih para pemimpin dunia menghabiskan masa muda mereka?
1. Barack Obama: Memperdalam Agama, Menyibukkan Diri dalam Kegiatan Sosial, dan Traveling
Di usianya yang ke-22, Obama berhasil lulus dari Jurusan Ilmu Politik
Universitas Columbia, New York, dan pindah ke Chicago. Di kota barunya,
Obama menyalurkan rasa kepeduliannya akan kesejahteraan sosial dengan
membangun kembali ekonomi masyarakat daerah South Side, Chicago, yang
menderita karena ditutupnya pabrik baja tempat mereka bekerja.
Selepas mengabdikan dirinya di Chicago, Obama berniat untuk
melanjutkan studinya di Harvard Law School. Akan tetapi sebelum studinya
dimulai, Obama menghabiskan waktunya untuk bergabung dengan Trinity
United Church of Christ dan memperdalam agama Kristen. Ia juga berplesir
mengunjungi kerabat-kerabatnya di Kenya, yang jarang sekali ditemuinya.
Menenangkan diri sebelum melanjutkan studi nampaknya adalah cara yang
jitu bagi Obama. Buktinya, ia terpilih sebagai editor
keturunan Afrika-Amerika pertama di jurnal berpengaruh Harvard Law Review — tepat di usianya yang ke 29 tahun.
2. Vladimir Putin: Memantapkan Renjana untuk Menjadi Agen Mata-Mata
Kecerdasan Putin tidak dapat disembunyikan. Seorang guru yang
menyadari kecerdasan itu kemudian memicu Putin untuk lebih berprestasi.
Di jelang akhir masa sekolahnya, Putin berhasil bergabung dengan
organisasi anak muda berpengaruh di Uni Soviet, Young Pioneer. dan menjadi salah satu kandidat pemimpin organisasi tersebut.
Putin seseorang yang pekerja keras ketika sudah berenjana.
Keinginannya adalah untuk menjadi petugas intelijensi negara, dan ia
benar-benar meniti karirnya secara mantap. Mulai dari sekolah hukum
di Leningrad State University dan KGB School, hingga akhirnya
mendapatkan pekerjaan sebagai petugas di divisi konter-intelejensi. Saat
Putin sudah menginginkan sesuatu, ia harus mendapatkannya.
3. David Cameron: Menjadi Penasihat Perdana Menteri Inggris
Perdana Menteri Inggris ini sepertinya memang terlahir dengan otak
cemerlang. Cameron berhasil lulus dari Brasenose College, Oxford, dengan
gelar kehormatan kelas satu (summa cum laude). Ia pun langsung memulai karir di dunia politik sebagai karyawan riset di Partai Konservatif Inggris.
Selama 5 tahun menjadi karyawan riset, Cameron dinilai sebagai
pekerja yang berprestasi. Buktinya, saat usianya baru 25, Cameron
dipercaya bekerja langsung di bawah PM Inggris saat itu, John Major.
Setahun kemudian ia dipromosikan menjadi penasihat khusus bagi Menteri
Keuangan, Norman Lamont.
David Cameron membuktikan bahwa kalau memang kamu telah menemukan
renjanamu, fokuslah pada hal tersebut. Lakukan dengan total dan jangan
setengah-setengah. Walaupun akan banyak rintangan, tapi semuanya akan
terbalas dengan hasil yang kamu capai.
4. Hassan Rouhani: Demi Revolusi, Masa Muda Habis di Bui
Di usia 21 tahun, Hassan Rouhani menempuh pendidikan hukum yudisial
di University of Tehran selama 3 tahun. Kemudian ia melanjutkan studi
masternya di Glasgow Caledonian University, Skotlandia. Uniknya, Hassan
membiayai kuliahnya sendiri, lho! Menurutnya, membiayai kuliah sendiri
akan menjadikannya lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Sayang, Hassan harus menghabiskan masa mudanya di dalam penjara
karena membantu Ayatollah Khomeini, pengobar revolusi Iran. Tidak
masalah baginya untuk keluar-masuk penjara demi kepentingan negara dan
rakyatnya. Pada tahun 1979, usaha Hassan berbuah hasil. Revolusi membawa
Iran berganti ‘wajah’ dari Monarki Shah Iran menjadi Republik Islam
Iran. Mohammad Reza Pahlevi, pemimpin terdahulu Iran, digulingkan.
5. Joko Widodo: Keluar dari BUMN dan Berani Merintis Usaha Sendiri
Presiden Indonesia terpilih ini memanfaatkan masa mudanya untuk
merintis usaha di bidang kayu. Rasa tertarik kepada kayu sudah dimiliki
Jokowi sejak masih kecil. Ayahnya adalah seorang tukang kayu dan ia
sering membantu sang ayah bekerja. Beruntunglah, kecerdasan dan minat
Jokowi dapat berjalan selaras. Jokowi berhasil diterima di Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada dan lulus pada tahun 1985, tepat di
usianya yang ke-24.
Tidak betah bekerja di BUMN, Jokowi akhirnya memberanikan diri untuk
merintis usahanya di bidang kayu dengan nama CV Rakabu, 3 tahun
kemudian. Dalam 1 tahun, usahanya sudah cukup berjaya. Walaupun begitu,
beberapa kali Jokowi juga sempat merugi karena ditipu oleh pemesan.
Namun, bukan Jokowi namanya kalau menyerah. Dengan sedikit modal yang
diberikan oleh sang ibu, Jokowi merintis kembali usahanya yang sempat
merugi itu dari bawah pada tahun 1990.
6. Tri Rismaharini: Memaksimalkan Kondisi “Salah Jurusan” Kuliah
Cita-cita Ibu Risma sebenarnya adalah ingin menjadi dokter. Namun
beliau harus mengalah dengan sang bapak, yang menginginkannya masuk
ke jurusan Arsitektur. Yah, kalau sudah mengambil jurusan itu, mau apa
lagi? Risma memilih memaksimalkan kesempatan baru yang diraihnya ini.
Akhirnya, semasa menjadi mahasiswa Arsitektur Risma sering diminta
untuk membantu proyek-proyek Pemerintah Kota Surabaya. Hasilnya cukup
menambah uang saku sehari-hari. Melalui pengalaman ini pula, Risma telah
mengenal dengan baik seluk-beluk kota Surabaya. Itu adalah bekal ketika
menjabat walikota seperti saat ini. Sudah lihat ‘kan betapa hijaunya
Surabaya yang sekarang?
Terbukti ‘kan kalau masa muda mereka gemilang? Mumpung masih muda,
manfaatkan dengan baik waktumu untuk meraih banyak pencapaian. Kalau
mereka bisa, mengapa kamu tidak? Ayo, jangan mau kalah!
sumber hipwee
No comments:
Post a Comment