Kita lahir dan dibesarkan dalam budaya Indonesia yang serba
sopan. Kalau orang lain meminta kita membantu atau melakukan sesuatu,
rasanya kita harus otomatis bilang “iya”. Kalau tidak, kita takut akan
dicap pemalas, susah diajak bekerja sama, atau tak sopan. Akibatnya,
kita jadi sering mengiyakan hal-hal yang sebenarnya tak ingin kita
lakukan.
Padahal sikap ini bisa menciptakan bencana, lho. Terlalu banyak
melayani orang lain akan merampok waktumu untuk diri sendiri. Gara-gara
terlalu fokus mewujudkan mimpi orang lain, kamu pun bisa gagal
mewujudkan ambisi pribadi.
Jadi, bagaimana caranya supaya kita bisa berhenti selalu menyenangkan orang lain?
1. Camkan bahwa orang tak akan mengecapmu buruk hanya karena kamu bilang “Tidak”
Sering kali, kita mengiyakan permintaan orang karena takut pada
risiko yang ada jika kita menolaknya. Misalnya, saat seorang teman ingin
meminjam uang, kita akan mengiyakan meski keuangan sendiri hampir
pailit. Alasannya, kita takut disebut pelit.
Lain lagi ketika sahabatmu ingin curhat tengah malam. Kamu sebenarnya
sedang begadang karena besok paginya akan ujian. Tapi demi predikat
‘sahabat yang baik’, kamu rela mengorbankan waktu belajarmu demi
mendengarkan keluh-kesahnya tentang pacarnya.
Padahal, menolak permintaan seseorang belum tentu akan membuat orang
itu mengecapmu buruk. Apalagi kalau kamu menolak dengan alasan yang
wajar. “Ketika ditolak, kebanyakan orang tidak akan menghabiskan waktu
mengutuk orang yang menolak mereka,” kata psikolog Linda Tillman dari Psych Central, “Mereka akan move on dan langsung mencari orang selanjutnya yang bisa dimintai tolong.”
2. Menolak permintaan tolong bukan berarti kamu jahat
Kamu mungkin selalu menjawab “iya” karena merasa bersalah saat bilang
“tidak”. Menurutmu, jahat sekali kalau kamu harus menolak permintaan
tolong temanmu yang memang membutuhkan. Hmm… kalau kamu merasa seperti
ini, coba deh kamu pikirkan perasaanmu ulang.
“Jahat” itu adalah ketika kamu dengan sengaja menyakiti perasaan
orang lain. Kamu menganggap mereka tidak pantas mendapatkan waktumu,
atau tidak layak diberikan bantuan. Pasti bukan itu yang sebenarnya kamu
pikirkan. Kamu menolak bukan karena kamu tidak mau, tapi karena memang
keadaan tidak mengizinkan.
3. Kalau tidak bisa bilang “tidak”, jangan langsung bilang “iya”!
Tetap susah bilang ‘tidak bisa’? Ada cara-cara lain yang bisa kamu
gunakan untuk menangkis dorongan menjawab “iya”. Misalnya,
dengan meminta waktu untuk berpikir terlebih dahulu. Katakan saja:
“Kuberi tahu jawabannya besok pagi, ya!” Dengan begini, kamu bisa
mempertimbangkan masak-masak apa kamu memang mampu menolong temanmu.
Ketika memutuskan bahwa kamu harus menolak, kamu pun punya
waktu menyusun kalimat yang sopan.
4. Hibur dirimu sendiri setiap kali harus berkata “Tidak”
Kamu pasti akan merasa bersalah ketika mengatakan “Tidak” pada
seseorang. Karena itu, hibur dirimu sendiri setiap kali kamu harus
melakukannya. Sadarilah bahwa perbuatanmu itu manusiawi. Orang yang
memintamu toh juga masih punya teman-teman lain untuk dimintai tolong.
Ingat, setiap kamu mengatakan tidak, jangan berkali-kali minta maaf.
Sebelum melontarkan kata maaf yang ketiga atau keempat kalinya, tanyakan
dulu pada dirimu sendiri: apakah ini memang salahmu? Seringnya sih…
jawabannya “Bukan”. Jadi santai saja, ya.
5. Pelihara kepercayaan diri yang kamu punya
Kadang, alasan kita berusaha menyenangkan orang lain adalah karena
kita merasa butuh penerimaan mereka. Kita merasa bahwa harga diri kita
tergantung pada bagaimana mereka memandang kita. Akhirnya, kita pun akan
mati-matian berusaha membuat mereka menyukai kita.
Selain itu bisa jadi kita merasa diri sendiri tak berguna. Akhirnya,
ketika orang lain butuh bantuan, kita berusaha memaksa diri
menyanggupinya — demi membuktikan pada diri sendiri bahwa kita ada
gunanya.
Kalau sudah begini, sebenarnya masalahnya bukan pada orang lain.
Masalahnya ada pada dirimu sendiri. Kamu merasa bahwa kamu tidak
berharga dan tidak berguna. Padahal, coba pikirkan: kalau kamu
memang pribadi yang seperti itu, apa masih ada yang mau jadi temanmu?
Apakah mereka akan menyayangimu seperti sekarang? Kalau mereka
melihat sesuatu yang bernilai pada dirimu, kenapa kamu tidak?
6. Sadarilah bahwa kamu sudah sukses dengan keadaanmu yang sekarang
Pikirkan apa definisi ‘kesuksesan’ bagimu. Kesuksesan tak selalu
berhubungan dengan uang. Bisa memiliki karir yang kamu sukai? Itu
kesuksesan. Bisa sekolah di tempat yang baik? Itu kesuksesan. Bisa
menjaga kerukunan dalam keluarga? Itu juga kesuksesan.
Dengan definisi sukses yang sederhana ini, kamu akan menyadari bahwa
sebenarnya hidupmu sudah berjalan dengan baik-baik saja. Kamu tak perlu
lagi mencari-cari pengakuan dan penerimaan dari orang lain. Kamu sudah
punya semua hal yang kamu butuhkan!
7. Menyenangkan hati orang lain adalah tugas orang itu sendiri, bukan kamu!
Yang paling penting, kamu harus ingat: suasana hati setiap orang
adalah tanggung jawab mereka sendiri. Bukan tugasmu untuk membuat orang
lain senang. Tugas mereka sendirilah untuk mengontrol apa yang mereka
rasakan.
Jadi, jangan pernah terpaksa bilang “iya” hanya karena takut menghancurkan mood orang. Apalagi kalau sikap itu hanya akan menghancurkan mood-mu
sendiri. Ini bukan ajaran menjadi egois, ya. Ketika kamu memilih untuk
memprioritaskan dirimu, orang lain yang meminta pertolonganmu toh akan
baik-baik saja. Dan ketika kamu sudah punya waktu yang lebih luang untuk
menolongnya, dia hanya tinggal menunggu tawaran bantuan darimu tiba.
sumber hipwee
No comments:
Post a Comment