Kapan usia yang tepat untuk menikah merupakan perdebatan tiada ujung,
ada yang bilang menikah muda supaya jarak usia dengan anak gak terlalu
jauh sementara ada kubu yang mengatakan menikah setelah usia 30 adalah
pilihan bijak untuk memantapkan keungan dan menjadi mapan terlebih
dahulu. Terlepas perdebatan di atas kebanyakan pria dan wanita bermimpi
untuk bisa menikah di usia 20-an, somewhere in between 25-29 tahun, mungkin? (Lagi pula cowok emang dianjurkan menikah setelah usia 25 tahun)
Lalu pertanyaan berikutnya, apa kamu udah siap untuk menikah di usia
20-an? Kamu dan pacar bisa jadi memang sudah punya kesiapan fisik dan
psikis di level 100%. Tapi apakah dari segi finansial kamu udah siap?
Buat kamu yang punya mimpi menikah muda, berikut beberapa tips tentang
bagaimana mengelola keuangan supaya kamu siap nikah di usia 20-an.
1. Ketahui dan pahami kondisi keuanganmu saat ini dan bagaimana proyeksinya ke depan
Menikah adalah perkara serius, apalagi jika dilihat dari sudut
pandang keuangan. Kamu harus pahami ketika menikah, berarti kamu dan
pasangan akan menyatukan sumber penghasilan, pengeluaran dan juga
menyatukan tanggungan lain seperti hutang. Untuk itu sebelum memutuskan
menikah di usia 20-an kamu harus tahu dulu di mana kakimu berpijak.
Apakah penghasilan yang sekarang sudah cukup untuk memenuhi kebutuhanmu,
atau masih saja kurang? Bagaimana kalau pasanganmu memilih gak bekerja,
masih bisakakh kamu menyokong kehidupan 2 orang?
Langkah pertama yang bisa kamu lakukan adalah melakukan audit
sederhana pada keuanganmu. Bikin neraca pendapatan dan pengeluaran,
kemudian analisalah — apakah hasilnya timpang, seimbang, atau masih ada
sisa uang yang bisa disimpan? Jika tidak terbiasa melakukan penghitungan
macam ini, kamu bisa meminta bantuan kawanmu yang akuntan atau kuliah
di jurusan ekonomi (dengan gratis tentunya.)
Selain itu, kamu juga harus bisa memproyeksikan kondisi keuanganmu di
masa depan. Dengan penghasilan yang sama, apakah keuanganmu tetap akan
sehat setelah menikah? Jika nggak, berarti kamu harus mencari cara untuk
menambah penghasilan. Ketahui kondisi keuanganmu, lalu bersama calon
sama-sama kalian perkirakan sendiri bagaimana jadinya jika kalian sudah
bersama.
2. Selain harus punya penghasilan, kamu dan calon pasangan juga harus punya tabungan pribadi
Baik kamu cowok maupun cewek, kedua belah pihak harus punya tabungan
pribadi masing-masing. Dengan asumsi orang yang mau menikah pasti sudah
punya pekerjaan dan penghasilan, sedari dini usahakan untuk memiliki
dana cadangan.
Oleh karena itu biasakan untuk mulai menyisihkan sekian rupiah dari
gajimu untuk ditabung sejak kamu punya pekerjaan, sejak dari sekarang.
Kebiasaan menanabung memang harus dimulai sedini mungkin, kalau kamu
terlalu telat memulainya kamu harus menerapkan disiplin ketat pada
dirimu.
Berapa jumlah yang harus ditabung tergantung dari kemampuan
masing-masing, namun untuk seorang lajang yang belum ada tanggungan
namun sudah punya penghasilan ada baiknya kalau kamu menyisihkan 20-40%
dari penghasilanmu. Jika terasa berat mulai dari 5% lalu 10% pada bulan
berikutnya dan seterusnya.
Ingat, sisihkan gaji untuk ditabung bukan menabung kalau ada sisa gaji.
Karena kalau kamu menunggu ada sisa dari gaji (itupun kalau ada), entah kapan kamu bisa punya tabungan. Kalau perlu apply saja
ke program tabungan rencana yang secara otomatis menarik sejumlah uang
dari rekeningmu pada tanggal tertentu. Dengan cara ini, mau tak mau kamu
“dipaksa” menabung.
3. Hentikan kebiasaan boros dan lalai dalam mengelola uang
Ukuran boros bagi tiap orang mungkin sangat berbeda, namun kamu tahu
kalau kamu boros saat kamu mengeluarkan uang untuk hal yang sebenarnya
gak perlu kamu bayar. Seperti, menggunkan kartu kredit yang berbunga
tinggi, bukankah lebih baik kalau kamu bayar dengan uang tunai sehingga
bisa menghindari bunga dan pajaknya? Belum lagi biaya bulanan yang
kadang tetap ditagihkan walaupun kamu gak menggesek kartunya sekali pun.
Sebelum menikah, kamu dan calon pasangan wajib saling bertukar
pandangan soal berhemat dan boros. Di situlah gunanya proses saling
mengenal. Dari proses ini kamu sendiri bisa menilai apakah dirimu lebih
boros atau hemat dari dia. Jika salah satu dari kalian terlihat melawati
batas dalam membelanjakan uang (walaupun uang sendiri karena belum
nikah), kamu dan pasangan harus saling mengingatkan.
4. Usahakan kamu memiliki skor kredit yang bagus sejak usia muda
Jangan salah orang yang masih lajang bisa dikenai skor kredit yang
buruk bila selalu telat membayar tagihan atau menunggak tagihan kartu
kredit. Jika kamu belum tahu berapa skor kreditmu di mata bank,
setidaknya bikin pihak bank menyukai kamu sehingga kamu gak kesulitan
ketika mengajukan KPR di masa depan. Hal yang bisa kamu lakuakan untuk
memastikan skor kredit kamu bagus adalah:
- Selalu bayar tagihan tepat waktu
- Gak banyak berhutang
- Kalau pun berhutang, pelunasannya gak lama
- Punya rekening yang ‘sehat’, serta
- Jadi nasabah setia di bank tersebut
Beberapa orang mungkin akan menyebutkan kepemilikan aset punya
peranan penting dalam menentukan skor kredit, walau gak signifikan.
Selain memastikan dirimu punya skor kredit yang bagus pastikan calonmu
juga punya catatan ‘bersih’ yang sama.
5. Rumah dulu atau mobil dulu?
Pertanyaan di atas mungkin merupakan pertanyaan paling mudah dijawab
bagi pasangan yang mau menikah, namun masih saja mereka memilih jawaban
yang keliru. “Bikin rumah dulu atau beli mobil dulu?” Ya, rumahlah! Apalagi kalau kamu punya skor kredit yang bagus, segera ajukan KPR sebelum kamu mengajukan kredit beli mobil.
“Tapi kan bisa tinggal di rumah orang tua/mertua dulu?” Semewah
apapun rumah orang tua dan/atau calon mertua kamu, rumah itu tetap
bukan punya kamu. Sementara dengan memiliki atap di atas kepala kamu
untuk berteduh akan memberi kamu ketenangan lahir dan batin. Lain kali
kalau kamu berpeluang punya calon suami/istri jangan lagi bertanya
seperti anak SMA “Mobilnya apa?” tapi mulailah bertanya “Sudah punya rumah?”
6. Jika memungkinkan, jangan sampai punya hutang yang ditujukan untuk kebutuhan konsumtif
Meskipun terdengar sangat sulit, usahakan jangan punya hutang yang
ditujukan untuk kebutuhan konsumtif. Hutang hanya boleh dilakukan untuk
urusan investasi, semacam hutang untuk modal usaha atau hutang KPR untuk
membangun rumah. Bila kamu sudah punya hutang pun, pastikan jumlahnya
tidak melebihi 30% dari jumlah penghasilan.
Sebelum menikah, pandanglah lekat-lekat kondisi hutang kalian berdua.
Sebab setelah menikah semua tanggungan menjadi tanggungan bersama, kamu
pastinya gak ingin memberatkan pasangan dengan hutangmu ‘kan? Bahkan
kalau perlu tunda dulu rencana menikah sebelum kalian bisa menekan
jumlah hutang masing-masing. Memang kejam tapi ini semua demi kebaikan
kamu dan pasangan di masa depan.
7. Punya perlindungan asuransi sedari muda gak ada salahnya, kok
Mungkin masih banyak yang agak ‘alergi’ ketika mendengar ajakan untuk ikut berasuransi. “Belum perlu asuransi, kok” mungkin itu alasannya. Tapi justru sejak di usia muda kamu harus punya perlindungan asuransi sendiri, karena ini bukan soal apakah kamu memerlukannya, tapi soal kapan kamu akan menggukanannya.
Lalu asursnsi apa yang baik bagi lajang yang baru siap menikah?
Asuransi kesehatan atau asuransi jiwa? Menurut perencana keuangan Pandji Harsanto,
yang harus kamu prioritaskan sekarang adalah memiliki asuransi
kesehatan terlebih dahulu. Asuransi kesehatan biasanya diberikan oleh
kantor tempat kamu bekerja, sementara kalau kamu usahawan kamu harus
membeli sendiri produk asuransi kesehatan tersebut.
Dengan iuran perbulan mulai dari Rp. 25,500 (iuran terendah di BPJS),
kamu sudah bisa mendapatkan manfaat perawatan di rumah sakit jika kamu
jatuh sakit atau mendapat perhatian medis dari dokter umum ketika harus
berobat. Dengan begitu gaji dan tabungan yang kamu simpan tetap aman,
gak diganggu oleh tagihan rumah sakit dan obat-obatan. Sementara kalau
asuransi jiwa baru cocok kamu ambil saat kamu udah punya resiko
finansial (tanggungan) seperti anak dan orang tua yang sudah pensiun.
8. Bicara terbuka kepada calon pasangan soal pendapatan sebelum menyusun rencana yang matang
Topik pembicaraan ini mungkin terlalu tabu untuk dibahas ketika kalian masih menye-menye pacaran, namun ketika kamu sudah memastikan bahwa “Dia jodohku!”,
maka kamu harus berani terbuka dihadapannya soal gaji perbulan hingga
pendapatan bersih dalam setahun. Karena dari keterbukaan semacam ini
kalian berdua bisa membuat perencanaan yang matang untuk masa depan.
Kamu gak perlu malu kalau pendapatanmu gak sebesar pendapatan yang ia
miliki. Namun kamu juga gak boleh membuat dia tertekan apabila ternyata
kamu yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi. Karena ketika udah
mengikat janji di pelaminan, berapa pun yang kamu hasilkan juga jadi
miliknya dan berapa pun yang ia hasilkan juga jadi milik kamu.
9. Tentukan beberapa target finansial untuk kalian kejar bersama-sama
Pastikan kalian berada pada halaman yang sama soal membangun rumah
tangga sebelum menikah. Itu artinya kalian punya mimpi dan rencana yang
sama baik dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Putuskan kapan
saat yang tepat untuk membeli rumah (jika masih belum punya), apakah
perlu menambah kendaran, apakah kalian akan memiliki anak, hingga
memutuskan sejak awal siapa yang bertanggung jawab membayar tagihan
ini-itu dan segala tetek bengeknya. Agar lebih mudah, ketika kalian udah
menikah segera kunjungi bank untuk membuat rekening bersama dan meminta
bank untuk mengautomasi pembayaran tagihan dan lain-lain.
10. Kuncinya, tak perlu ragu melakukan pembicaraan mendalam dengan calon kamu soal uang
Kuncinya ialah komunikasi dan kejujuran. Selain terbuka soal
pendapatan dan hutang, kamu harus bisa bicara dengan terang soal rencana
dan keuangan jika kalian memutuskan untuk menikah. Yang pasti kamu
harus jujur soal gaya hidupmu, apakah konsumtif/boros atau hemat karena
salah satu dari kalian harus mau berkompromi jika itu menyangkut
mengeluarkan uang. Seperti yang dibahas di atas kalian harus punya
rencana yang sama untuk 5 tahun, 10 tahun 2o tahun ke depan dan
seterusnya.
Gak hanya sampai di situ kamu juga harus membahas kapan kalian akan
memiliki anak, berapa banyak anak yang kalian idamkan dan berapa lama
jarak antar anak. Menikah bukan soal bahagia aja, kamu juga harus
mengatur dari awal bagaimana pola komunikasi kalian jika terjadi masalah
keuangan nantinya, kapan waktu yang tepat untuk bicara soal uang. Jika
dipandang perlu silakan membuat perjanjian pranikah.
Cinta emang urusan sayang, perihal hati. Jodoh mungkin Tuhan yang
mengatur. Tapi jika ini soal menikah kamu membutuhkan lebih dari sekedar
cinta dan jodoh. Menikah juga membutuhkan perencanaan dan kedewasaan
yang matang dalam mengelola uang.
sumber hipwee
No comments:
Post a Comment