Wednesday, 10 December 2014

9 Pertanyaan Menyebalkan Bagi Orang Papua

Papua. Apa yang melintas di pikiranmu pertama kali saat mendengar nama ini? Banyak orang Indonesia yang masih beranggapan bahwa para penduduk Papua itu primitif, tinggal di pedalaman, serta anti atau tak mengenal teknologi. Hmmmm… Ternyata masih banyak juga orang yang belum mengenal atau punya gambaran tentang pulau yang indah ini. Akibatnya, mereka akan menanyakan hal-hal yang bisa terdengar sangat konyol bagi orang Papua. Bahkan mungkin kamu yang berasal dari Papua sering sebal ketika mendengar pertanyaan-pertanyaan ini dari teman-temanmu.
Harap diperhatikan, tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menjelek-jelekkan kamu yang belum mengenal Papua, ya. Melalui tulisan ini, penulis hanya berharap dapat memberi informasi bagi kalian yang sama sekali belum mengenal Papua. Semoga kalian yang membaca dapat terhibur sekaligus sedikit lebih tahu tentang realita sebenarnya di Tanah Papua itu.
Nah, apa saja sih pertanyaan-pertanyaan menyebalkan yang sudah terlalu sering didengar orang Papua?


“Papua Itu Letaknya di NTT ya?”

Ini loh Papua, jauh dari NTT!
Ini loh Papua, jauh dari NTT! via www.gealogic.com

Sebenarnya banyak sekali jenis pertanyaan seperti ini. Pertanyaan semacam ini juga merupakan pertanyaan yang paling sering saya dengarkan selama berkenalan dengan orang baru di luar Papua. Ketika saya menyebutkan asal saya dari Papua, sontak orang-orang akan bertanya seperti  ini:
“Papua itu di NTT ya?”
“Jayapura sama Papua jauhan mana [dari Jawa]?”
“Merauke sama Jayapura itu beda ya?”
Duuuuuh! Iya sih, Indonesia memang memiliki pulau yang banyak sehingga terkadang membuat penduduknya sendiri, termasuk saya, kesulitan menebak di mana letak-letak pastinya sebuah pulau dan provinsi. Tetapi, Papua itu pulau! Bahkan merupakan pulau terbesar di Indonesia, dan kedua terbesar di dunia setelah Greenland.
Tentu itu adalah pertanyaan yang sedikit konyol, bukan? Itu sama saja seperti menanyakan “Jawa itu di Kalimantan ya?”, atau “Jogja sama Jawa jauhan mana?”, atau “Semarang sama Surabaya itu beda ya?”
Emmm, nilai geografinya berapa Mas/Mbak?
Kalau sudah dengar pertanyaan seperti itu, rasanya kamu mau mengajak Dora untuk buka peta Papua di depan mata teman-temanmu. :p


“Loh, Kamu Orang Papua? Kok Kulitnya Putih? Rambutnya Kok Nggak Keriting Sih?”

Evan Sanders putih, dan dia dari Papua.
Evan Sanders putih, dan dia dari Papua. via www.popular-world.com
Hemmm…. Jadi begini mas mbak, Papua tidak hanya ditinggali oleh orang asli Papua. Di Papua, terdapat berbagai suku dari setiap pulau di Indonesia. Ada orang Jawa, Batak, Buton, Flores, Maluku, Bali, Manado, Tionghoa, dan banyak lagi. Mereka bahkan tinggal di sana hingga berkeluarga, sehingga anak-anak mereka pun lahir di Papua. Jadi, jangan heran kalau ada orang yang ngaku dari Papua tapi perawakannya sama sekali tidak menggambarkan orang asli Papua yang selama ini kita tahu.
Itu sebabnya, saya menggunakan kata ‘orang yang berasal dari Papua’, bukan ‘orang Papua’. Hal ini juga membuat saya bangga tinggal di Papua. Karena banyaknya suku yang tinggal di sana, hanya dengan mendengar marga seseorang, atau dengan melihat perawakannya saja, biasanya kami sudah dapat menebak asal suku orang tersebut. Dan, tebakan kami itu hampir tidak pernah salah. :)


“Orang-Orang Papua Setiap hari Makannya Sagu, Ya?”

Tapi kami juga makan nasi kok!
Tapi kami juga makan nasi kok! via nutrisiuntukbangsa.org
Di Papua memang masih terdapat beberapa daerah yang mengonsumsi ubi-ubian dan sagu sebagai makanan pokok. Tetapi, orang-orang di Papua tidak setradisional yang kalian pikirkan. Di Papua, terdapat pula masyarakat yang menanam padi. Biasanya, mereka yang menanam padi adalah masyarakat transmigran dari Pulau Jawa.
Jadi jangan salah lagi ya! Kami masyarakat Papua kenal kok, dengan yang namanya nasi. Selain itu, mayoritas orang-orang di Papua sehari-hari memang mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya. Masih mau tanya lagi kami makannya apa? *elus-elus dada


“Kalau Mau ke Papua Harus Pakai Paspor, Ya?”

Ya kali harus pakai paspor..
Ya kali harus pakai paspor.. via www.arrahmah.com
“Iya, kalau Papua nanti jadi negara sendiri! HIH!”


“Wah, Orang Papua Mainan Facebook Juga? Memangnya Di sana Ada Internet?” 

Jangan salah, di Papua juga ada internet
Jangan salah, di Papua udah ada internet via www.radarmerauke.com

Ini adalah tanggapan yang saya dapatkan ketika saya baru saja nge-add akun Facebook teman kampus saya. Mereka juga bilang:
“Baru dibuat ya akun Facebook-nya?”
Helloow! Orang-orang di Papua juga udah kenal yang namanya internet kali! Ya, meskipun lemotnya setengah mati.


“Eh, Di Sana Dapat Siaran Televisi Nggak Sih? Kamu Tahu Channel TV Ini Nggak?”

Kota Jayapura udah maju, udah ada listrik juga!
Kota Jayapura udah maju, udah ada listrik juga! via www.panoramio.com
Jadi begini ya kawan-kawan sebangsa dan setanah air Indonesia… Kami warga Papua punya TV dan punya antena/parabola kok! Kami juga dapat semua siaran TV nasional. Bahkan, kami juga sudah dapat berlangganan TV kabel seperti orang-orang pada umumnya di daerah lain. Jadi, jangan salah! Kami juga tahu di Indonesia ada channel TV apa aja! Hehehe…


“Harga air mineral sebotol berapa di Papua? Pasti mahal banget ya!”

Pasti harga air mineral mahal!
Pasti harga air mineral mahal! via www.forbes.com
Oke, memang masih ada beberapa daerah di Papua yang harga barangnya serba mahal. Sebut saja seperti di Oksibil, di mana satu-satunya akses ke sana hanyalah dengan menggunakan pesawat. Namun tidak berarti harga barang di semua daerah di Papua sama.
Ambil contoh saja Jayapura, ibukota Papua. Meskipun memang ada selisih harga, perbedaan harga tersebut tidak terlampau beda jauh seperti apa yang kamu bayangkan. Istilahnya, masih dapat dikatakan normal. Yang menjadi penyebab mahalnya harga barang di daerah-daerah tertentu di Papua adalah karena aksesnya yang sulit, sehingga pengiriman barang mau tidak mau menggunakan pesawat.


“Kalian di sana masih pakai koteka, ya?”

Koteka pakaian tradisional, bukan pakaian sehari-hari
Koteka pakaian tradisional, bukan pakaian sehari-hari via travel.detik.com
Koteka adalah pakaian tradisional orang Papua. Namun, tentu saja kami tidak menggunakan itu sebagai pakaian kami sehari-hari. Seperti halnya di daerah lain yang juga memiliki pakaian tradisional masing-masing, dan mereka juga tidak mengenakannya sebagai pakaian sehari-hari. Begitu juga dengan kami, kami tetap menggunakan pakaian seperti orang-orang pada umumnya kok.


“Merauke itu masih termasuk bagian Republik Indonesia?”

Selamat datang di Merauke..
Selamat datang di Merauke.. via kitadankota.wordpress.com
Percaya atau tidak, Tante saya beberapa kali mendapatkan pertanyaan seperti ini! Jika mendengar pertanyaan seperti ini, rasanya ingin sekali mengajak orang-orang tersebut untuk menyanyi bersama lagu ini deh:
“Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau.. Sambung-menyambung menjadi satu itulah INDONESIA!”
Apa masih kurang jelas nih Merauke itu termasuk Indonesia atau bukan? Atau mungkin mau nyanyi bersama-sama? :p

Luasnya Indonesia membuat kita sebagai orang Indonesia sendiri sulit mengetahui daerah-daerah lain di Indonesia. Selain itu, media yang seringkali hanya menunjukkan sisi tertentu dari suatu daerah, termasuk Papua, membuat kita memiliki pengetahuan yang minim tentang daerah tersebut, serta cenderung memiliki stereotip tertentu yang belum tentu benar. Memang, pembangunan di Papua belum merata seperti pembangunan di Pulau Jawa. Namun, hal ini tidak berarti bahwa Papua adalah daerah yang benar-benar masih tertinggal. Sama halnya dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia yang masih memiliki desa-desa, begitu pula dengan Papua.
Beberapa kotanya sudah dapat terbilang maju, dan lainnya memang masih membutuhkan pembangunan lebih lanjut. Semoga dengan artikel ini, pembaca, terutama yang belum tahu sama sekali tentang Papua, dapat memperoleh gambaran secara umum tentang Papua. Kami tidak seprimitif yang kamu pikirkan, dan kami juga sudah ‘mencicipi’ beberapa fasilitas seperti yang ada di daerah maju lainnya di Indonesia!

Foto penulis
Foto penulis via hipwee.com
Artikel ini ditulis oleh Debora Plautilda Maturbongs (Deby), Seorang mahasiswi Semester VII Jurusan Akuntansi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
sumber hipwee

No comments:

Post a Comment