Sebuah panen unik
berlangsung di sawah-sawah Kamboja di mana puluhan ribu tikus liar
dijebak dalam keadaan hidup setiap hari untuk memenuhi kebutuhan daging
tikus di pasaran.
Meski dikenal sebagai pembawa penyakit di tengah masyarakat tetapi jenis tikus sawah atau Rattus argentiventer dari Asia Tenggara ini dianggap lezat dan sehat untuk dimakan karena gaya hidup mereka dan diet organik.
Biasanya tikus-tikus ini ditangkap setelah panen padi pada bulan Juni
dan Juli, saat mereka kekurangan makanan, di wilayah pedesaan provinsi
Kompong Cham, sekitar 60km dari ibukota Phnom Penh.
Kurangnya makanan bertepatan dengan musim hujan yang memaksa sejumlah
tikus bergerak pindah ke tempat yang lebih tinggi, dan seorang petani
lokal Chhoeun Chhim (37) mengatakan ia telah mengatur sekitar 120 buah
perangkap tikus setiap malam.
"Tikus-tikus liar sangat berbeda. Mereka makan makanan yang berbeda,"
kata Chhim yang menjelaskan perbedaan antara tikus sawah dan tikus
kota, yang dia anggap sebagai hama dan tidak layak dimasak
"Tikus-tikus (kota) itu pada umumnya kotor dan punya banyak kudis di
kulitnya.Itu sebabnya kita tidak menangkap mereka," tambah Chhim.
Dia mengatakan bahwa tikus-tikus yang ditangkapnya menyantap makanan
yang berkualitas seperti: batang padi, sayuran, dan akar tanaman liar.
Sehingga daging mereka sangat layak untuk dikonsumsi.
Bisnis besar
Bisnis besar
Bagi beberapa orang menangkap tikus bisa menjadi penghasilan tambahan
yang lumayan. Chhim misalnya, jika beruntung dia dapat mengumpulkan
sekitar 25kg tikus.
"Setelah musim panen tikus-tikus itu tidak punya banyak makanan, jadi
ini merupakan waktu yang baik untuk menangkap mereka," katanya.
Rasanya ,"sedikit seperti daging babi" kata Chhim yang mengaku bahwa memakan daging tikus sebenarnya bukan pilihannya.
"Kami menjual tikus-tikus untuk uang dan membeli ikan sebagai
gantinya," kata Chin Chon (36) penangkap tikus lainnya saat ia
menurunkan beberapa tangkapannya untuk ditimbang, dan dikemas ulang
untuk kemudian dijual.
Pada puncak musim penangkapan tikus, pedagang tikus Saing Sambou, 46,
mengaku dapat mengekspor hingga dua ton tikus setiap pagi ke Vietnam.
Dalam 15 tahun terakhir, usahanya telah berkembang hampir sepuluh
kali lipat. Daging tikus awalnya dijual kurang dari 20 sen dolar per kg,
sekarang dia mendapatkan 2,50 dolar ASper kg, dan permintaan daging
tikus meningkat setiap tahun.
Hean Vanhorn, seorang kepala departemen di Kementerian Pertanian di
Phnom Penh, mengatakan perdagangan daging tikus juga membantu melindungi
tanaman padi di negara itu. "Berburu tikus untuk dimakan dan dijual
merupakan kontribusi untuk mencegah kerusakan padi," katanya.
sumber kompas
No comments:
Post a Comment