Thursday 23 October 2014

Saat Sial Datang, Bagaimana Respon Kita?

Alkisah, suatu sore di sebuah rumah.  Tiba-tiba terdengar suara ‘prang’, kaca jendela pecah berantakan karena lemparan batu yang datang dari luar. Sambil tergopoh-gopoh, pemilik rumah berlari ke arah asal suara dan melihat pecahan kaca berserakan di lantai. “Hai, siapa yang lempar batu  mecahin kaca ya?” Teriaknya sambil melihat ke luar jendela. Tidak tampak satu orang pun di depan rumahnya.


Hatinya jengkel, diliputi perasaan was-was, jangan-jangan ada orang yang membenci dan ingin mencelakai dia atau keluarganya. Siapa ya? Berhari-hari, hatinya gundah. Walaupun kaca baru telah dipasang lagi, setiap kali melihat ke jendela itu, perasaan marah dan khawatir selalu menghampirinya.

Ada kisah lain..

Edy membawa uang 40 juta yang akan disetor ke bank. Karena terjebak macet, bank telah tutup saat tiba di sana. Bungkusan uang pun terpaksa dibawa pulang ke rumah. Setiba di depan rumah, Edy turun dari mobil untuk membuka pintu pagar rumah, dan ups... ia kaget setengah mati saat kembali ke mobil, uang dan laptopnya telah raib entah ke mana. Ternyata tanpa disadari, dia telah dibuntuti oleh sepeda motor, dan saat lengah, tak lebih dari 40 detik, uang dan laptopnya telah lenyap begitu saja. Sesuai prosedur, Edy membuat laporan ke kepolisian.

Dua hari kemudian, sikapnya telah kembali ceria. Saat ditanya, Edy menjawab santai, “Ya kalau rezeki pasti balik, kalau bukan rezeki, ya sudah. Mau diapain lagi? Sudah sial, jangan malah ditambah menderita, nggak worth it ya..”

Contoh kisah “sial” seperti itu, mungkin banyak terjadi di sekitar kita atau bahkan bisa saja menimpa diri kita sendiri.  Saat itu harus terjadi,  jangan lama-lama menyimpan marah, benci dan pikiran negatif lainnya di dalam pikiran.  Jika kita simpan, kapan pun kita mengingat “kaca pecah”  atau “uang 40 juta”, perasaan lama itu akan kembali merajai. Artinya, kita membiarkan diri menikmati penderitaan itu layaknya membuka kulkas dan mengambil makanan yang kita simpan di situ. Lagi dan lagi.

Sungguh, setiap manusia layak hidup bahagia. Memang kemalangan bisa datang kapan pun dan kepada siapa pun, tetapi akan menjadi kerugian yang berlanjut atau tidak, kembali ke diri kita sendiri.
sumber andriewongso

No comments:

Post a Comment