Saturday 25 March 2017

Pengalaman di Medan

 Image result for Medan
Medan adalah salah kota besar di Indonesia dengan penduduknya yang heterogen. Namun kota ini dikelola dengan tangan yang salah sehingga masyarakatnya pun merasa kesalahan itu menjadi sesuatu yang benar. 

Sebagai contoh adalah maju saat lampu merah menjadi hal biasa bahkan orang yang maju lampu hijau diklakson. Itu salah satu hal pertama yang saya rasakan di Medan.

Jika hendak belok dan menyalakan lampu sen, jangan harap diberi jalan, yang ada diklakson.

Ada beberapa tempat belanja yang pernah saya datangi, ketika mengantri di kasir, bisa-bisanya si kasir ngobrol sama temannya sementara antrian cukup panjang. wadau....

Ada satu tempat makan yang saya sudah beberapa kali saya kunjungi, tempat makan ini cukup terkenal di medan dan ada beberapa cabang. Ketika saya minta sendok, ada hal yang mengagetkan, dimana si pelayan menaruh sendoknya di meja tanpa dibungkus tisyu, hebat kan? geleng-geleng gua

Hampir semua jalan di Medan ada penguasanya, parkir liar dimana-mana, parkir motor 2000 kalo mobil ada yang 3000 ada juga yang 4000, belum turun dari motor cuma nanya barang disuruh bayar parkir. Ngeselin tapi apa boleh buat. 

Banyak makanan di sini serba pedas, padahal sudah dibilang jangan pedas sedikit pun tapi tetap saja pedas. Yang jualan bilangnya sikit aja, tapi begitu dimakan pedas banget.


Jika naik bentor atau becak motor di sini harus jago nawar karena sepengalaman saya jarak dekat bisa mahal, tapi jarak jauh bisa murah. Ketika Anda naik bentor, Anda akan merasakan bagaimana orang Medan mempunyai rasa kepemilikan yang tinggi dimana merasa jalan punya kakeknya sehingga jalan seenaknya, berhenti seenaknya.

Naek angkot di Medan sangat berguna jika Anda yang sedang buru-buru karena rata-rata angkot disini pembalap, ngebut dan ga sabaran supirnya, tapi jika berhenti nunggu penumpang, mau di tengah jalan sekali pun diklakson tidak bergeming, tetap berhenti. Inilah gilanya Medan.  

Satu lagi yang menarik disini adalah sering mati lampu dan lama hidup kembali. 

Sekian dulu cerita dari saya di Medan.

 

Kasih Ibu

 Image result for Ibu
Bisa saya melihat bayi saya?" Pinta ibu yang baru melahirkan anaknya, saat bayi diberikan kepadanya. Sesuatu yang mengagetkan terjadi, bayi dalam gendongan itu dilahirkan tanpa kedua belah daun telinga! Meski begitu si ibu tetap menimang sayang bayinya.
Waktu membuktikan, meski terlihat aneh dan buruk, pendengaran anak itu bekerja dengan sempurna dan dengan kasih sayang dan dorongan semangat orang tuanya, ia menjadi pemuda tampan yang cerdas, serta pandai bergaul sehingga disukai teman-temannya. Ia juga mengembangkan bakat di bidang musik sehingga tumbuh menjadi remaja pria yang disegani.
Suatu hari ayah lelaki itu bertemu dengan seorang dokter bedah hebat. "Saya bisa memindahkan sepasang daun telinga untuk putra bapak, tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan daun telinganya," kata sang dokter. Maka orangtua lelaki itu mulai mencari, siapa yang mau mendonorkan daun telinganya kepada anak mereka.
Beberapa bulan sudah berlalu, tibalah saatnya mereka memanggil anak lelaki itu, "Nak, seseorang yang tidak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan daun telingannya kepadamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk operasi, namun semua ini sangatlah rahasia," kata si ayah.
Operasi berjalan dengan sukses. Wajahnya yang tampan, ditambah kini sudah punya daun telinga, membuat ia terlihat menawan. Ditambah bakat musiknya, dia makin disegani dan mampu meraih menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Kecerdasannya kemudian membuat ia diterima bekerja sebagai diplomat. Singkat kata, ia sangat ingin berterimakasih kepada orang yang mendonorkan daun telinga.
"Aku harus mengetahui, siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua kepadaku, ia telah berbuat sesuatu yang besar, namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya," kata si anak, pada ayahnya.
"Ayah yakin kau tidak bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan daun telinga itu." Setelah terdiam sesaat, ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."
Tahun berganti rahasia tetap tersimpan rapi, hingga suatu hari sesuatu yang menyedihkan bagi keluarga itu terjadi. Pada hari itu, ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan ayah membelai rambut ibu yang terbujur kaku lalu menyibaknya sehingga sesuatu yang mengejutkan si anak terjadi. Ternyata si ibu tidak memiliki daun telinga.
"Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya dan tak seorangpun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya kan?"
Melihat kenyataan bahwa daun telinga ibunya yang didonorkan, meledaklah tangis si anak. Ia merasakan bahwa cinta sejati ibunyalah yang membuat ia bisa seperti saat ini.
"Cinta sejati" tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan tapi tidak diketahui. Kisah pengorbanan ibu dalam cerita di atas adalah wujud cinta sejati yang tidak bisa dinilai dan digantikan dengan apapun, atau sebuah cinta murni yang tak mengharap balasan apa pun.
Karena itu, kita, sebagai anak, jangan pernah melupakan jasa ibu. Melalui dialah, kita ada. Apapun yang kita lakukan, pastilah tak sebanding dengan cinta dan ketulusannya membesarkan, mendidik, dan merawat kita menjadi seperti sekarang ini.
Mari jadikan ibu kita sebagai suri teladan untuk terus berbagi kebaikan. Jadikan beliau sebagai panutan yang harus diberikan penghormatan. Sebab dengan memperhatikan dan memberikan kasih sayang kembali kepada ibu, kita akan menemukan cinta penuh ketulusan dan keikhlasan, yang akan membimbing kita menemukan kebahagiaan sejati dalam kehidupan.
sumber Andrie Wongso