“Apakah saya bisa memiliki kehidupan yang lebih baik?” demikian
tanya seorang kawan yang nampak sedang desperado. Hatinya galau. Pekerja
profesional berusia 38 tahun ia menemukan dirinya belum menjadi sosok
seperti yang diidam-idamkannya. Cicilan rumah kecilnya belum lunas.
Mobil yang mampu dibelinya hanya mobil bekas. Setiap bulan ia dan
istrinya masih harus menghemat ini dan itu, agar kebutuhan keluarga
beranak tiga bisa tercukupi, agar aneka tagihan rumah tangga tak
terlambat bayar. Kehidupan berjalan lambat dan serba membosankan. Ia
bagai kapal kehilangan arah.
“Beri aku nasihat yang bisa kulakukan,” suaranya lirih. Matanya menatap penuh harap. Ia nampak siap berubah. Pikiran dan hatinya terbuka untuk disentuh. Kesulitan hidup telah menggiringnya untuk sampai pada sebuah kesadaran baru. Inilah modal terpenting untuk merevolusi hidup.
Maka saya pun, dengan bersemangat dan sok pintar, menyodorkan sebuah resep berisi 7 (tujuh) petunjuk hidup baru. Resep yang berulang kali saya berikan kepada orang-orang yang siap berubah, baik dalam percakapan pribadi, maupun saat memberikan seminar dan pelatihan di berbagai perusahaan.
Pertama, pahamilah bahwa malam dan pagi itu berhubungan. Malam dan pagi saling terkait. Dan mulailah sebuah hari dengan menata malam sebelumnya. Jika Anda ingin bangun pagi, pastikan Anda tidak tidur larut malam. Siapkan juga perlengkapan kerja yang akan Anda bawa esok pagi, pada malam sebelumnya. Dengan begitu Anda terhindar dari kecenderungan memulai hari dengan tergesa-gesa. Ingat selalu, malam dan pagi itu terkait satu sama lain.
Kedua, investasikanlah jam-jam pertama untuk membaca buku yang relevan dengan bidang minat dan pekerjaan Anda. Buku-buku agama (renungan) juga baik sekali. Bergantung pada situasi Anda, jam-jam pertama itu bisa berarti malam hari menjelang tidur atau pagi hari sebelum aktivitas kerja dimulai. Bisa dilakukan di rumah atau di kantor, jika Anda biasa tiba di kantor jauh sebelum waktu kerja. Jangan membaca koran atau majalah populer. Baca buku atau e-book pilihan yang berbobot. Berita aktual bisa dibaca selintas sambil istirahat siang. Itu akan cepat berlalu. Tapi buku lebih penting, ilmu dan pengetahuan lebih tahan lama.
Ingat, telah umum diketahui bahwa untuk menjadi sarjana, rata-rata orang perlu membaca 30-70 buku bermutu. Ditambah tugas karya akademis atau skripsi, tentu.
Andai Anda membaca satu jam sehari, dampaknya satu buku bisa habis dalam seminggu. Lima puluh dua buku dalam setahun. Anda akan memiliki pengetahuan melampaui rata-rata sarjana di Indonesia yang, setelah diwisuda, amat jarang membaca buku bermutu lagi. Wawasan Anda juga akan membuat gairah hidup meningkat sebab Anda selalu bergaul dengan ilmu yang positif. Bahasa Anda pun akan dipengaruhi, sehingga tutur kata Anda akan meningkat kualitasnya. Anda akan jadi rujukan. Anda akan mendapatkan respek orang di sekitar. Anda akan jadi narasumber yang dicari orang.
Ketiga, jika Anda naik mobil pribadi, maka siapkanlah perlengkapan belajar Anda di sana. Belilah kaset-audio, mp3, atau CD edukasional. Tentu Anda harus menyeleksinya dengan saksama. Di Indonesia banyak kaset dan CD ceramah pembicara lokal yang dibuat asal-asalan, rekaman seminar dengan kualitas buruk dan dijual begitu saja dengan mengandalkan nama besar. Jangan dengarkan itu. Jangan juga mendengarkan radio, yang programnya dibuat orang lain. Buat program Anda sendiri, program belajar di atas roda. Jika sehari Anda belajar 60 menit di mobil Anda, wawasan dan ilmu Anda akan berkembang pesat dan nilai diri Anda akan terus naik di pasar kerja. Karier Anda akan makin maju. Apalagi kalau Anda tinggal di kota serba macet seperti Jakarta. Apa yang Anda lakukan di atas mobil akan menentukan masa depan Anda dan keluarga. Kalau Anda mempekerjakan sopir, program belajar di atas roda itu akan lebih lancar lagi.
Keempat, buatlah daftar aktivitas mingguan dan skala prioritasnya. Mana pekerjaan yang penting-mendesak, mana yang penting-tak mendesak. Perspektifnya dibuat mingguan agar ada fleksibilitas. Lalu buat penomoran urut berdasarkan prioritas. Perlu jelas mana yang nomor satu, nomor dua, dan seterusnya.
Kelima, mulailah pekerjaan Anda dengan mengerjakan yang terpenting, yang nomor satu, dan fokuslah. Lupakan segala sesuatu yang tidak terkait dengan apa yang sedang Anda kerjakan, untuk sementara waktu. Fokus itu kebiasaan. Jadi, biasakan saja begitu. Kalau awalnya sulit, lakukan lagi, lagi, dan lagi. Sampai jadi kebiasaan.
Keenam, setiap kali Anda sudah menyelesaikan suatu pekerjaan, biasakan mengajukan dua pertanyaan evaluatif, “Apa yang sudah aku lakukan dengan baik?” Dan, “Apa yang akan aku lakukan secara berbeda dalam kesempatan berikutnya?” Ketahui apa yang sudah berkembang menjadi kompetensi dan mana yang masih memerlukan perbaikan disana-sini. Perbaikan itu menyangkut soal yang kecil, namun hal-hal kecillah yang kelak berkembang menjadi hal besar. Perbaiki apa yang bisa diperbaiki. Lakukan pekerjaan dengan cara yang berbeda. Kerjakan pekerjaan sederhana dengan semangat yang membara, dengan gairah, dengan penuh cinta. Tekunlah dalam soal memperbaiki diri.
Ketujuh, perlakukan setiap orang sebagai orang penting, sebagai orang yang akan bernilai miliaran rupiah suatu saat nanti. Jangan meremehkan orang. Biasakan menatap wajah lawan bicara, jangan menunduk. Biasakan juga melihat mata lawan bicara Anda selama 4-5 detik, jangan terlalu cepat berpaling. Buat orang merasa dirinya penting bagi Anda, dan lakukan dengan tulus.
**
Tak terasa, sembilan tahun lewat. Saya tak pernah berjumpa dengan kawan yang satu itu, sampai awal tahun ini. Kami bertemu di bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Ia nampak gagah dan langkahnya bersemangat ketika mendekati saya.
“Terima kasih Mas, atas nasihat 9 tahun silam. Saya praktikkan nasihat itu sungguh-sungguh, walau keteteran di sana sini. Tahun pertama dan kedua adalah yang tersulit. Namun setelah itu, sebagian besar telah jadi kebiasaan. Sekarang, alhamdulillah hidup saya sudah lima kali lebih baik dari waktu itu,” jelasnya.
“Bagian mana dari nasihat saya yang paling berguna?” tanya saya ingin tahu.
“Malam dan pagi itu berhubungan, saling terkait, tak terpisahkan,” katanya. “Belum pernah saya berpikir dengan cara seperti itu sebelumnya. Itu sungguh-sungguh merupakan pencerahan bagi saya. Sejak saat itu saya selalu mempersiapkan pagi saya di malam sebelumnya. Lalu perlahan hidup saya berubah.”
Ketika kami berpisah, ia menyalami dan memeluk saya erat. Dalam pesawat saya berdoa penuh syukur, karena nasihat sok pintar saya 9 tahun silam telah dipakai Tuhan untuk mengubah hidup seorang kawan. Terpujilah Tuhan!
Change a thing, got anything. Begitukah?
sumber andriewongso
No comments:
Post a Comment