Monday, 16 February 2015

4 Kiat Menjadi Orang Tua Luar Biasa

Membesarkan anak, bukanlah hal yang mudah. Setiap orangtua pun punya pola asuhnya sendiri-sendiri, sehingga tidak ada resep khusus bagi orangtua untuk menunaikan tugas ini dengan "benar". Meski demikian, tetap dibutuhkan sikap tertentu yang bisa membentuk anak menjadi pribadi yang luar biasa.

Berikut ini, para ahli terapi keluarga dan anak ternama membagikan pendapat mereka tentang kualitas-kualitas yang kita perlukan untuk menjadi ayah/ibu yang baik.


Orangtua LuarBiasa Tahu Kapan Harus Melepaskan
(Jane Nelsen, Ed.D., ahli terapi pernikahan, keluarga, dan anak berlisensi serta penulis 12 buku tentang parenting)


”Inilah realitas: bagian terpenting dari tugas kita sebagai orangtua sebenarnya adalah tidak menjadi tumpuan hidup anak. Dalam artian, kita harus mendorong anak-anak kita untuk melakukan segala hal sendiri. Mereka harus menjadi pribadi yang mandiri. Kita perlu mengajarkan mereka untuk berpikir secara independen, menyelesaikan masalah mereka sendiri, dan benar-benar mempercayai kemampuan yang mereka miliki.

Contohnya, anak berusia dua tahun sebaiknya mampu memakai baju sendiri. Tentu, dia perlu diajarkan cara melakukannya. Dia juga perlu baju yang memang mudah untuk dipakai dan dilepas. Namun, ada banyak orangtua yang tetap membantu anak-anaknya memakaikan baju mereka ketika anaknya sudah masuk masa sekolah. Tindakan seperti ini malah justru seakan menghambat kesempatan anak untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati pencapaian mereka.

Jauh lebih penting juga untuk mendorong anak-anak menyadari konsekuensi dari perbuatan mereka daripada berusaha melindungi mereka dari berbuat kesalahan. Memang tidak mudah melihat anak-anak kita terluka dan kesulitan. Tapi terkadang itulah harga yang harus kita bayar demi membantu mereka menjadi pribadi yang percaya diri, mandiri, dan cakap dalam mengerjakan banyak hal.”

Orangtua LuarBiasa Punya Waktu Luang untuk Bersenang-senang
(Lawrence Cohen, Ph.D., psikolog klinis dan penulis Playful Parenting)

“Orangtua luarbiasa memiliki pribadi menyenangkan. Mereka tahu dan ingat pentingnya bersenang-senang bersama anak-anaknya. Ini juga bukan berarti para orangtua harus bermain dengan anak-anak sepanjang hari. Yang dimaksudkan di sini adalah berbagi kebahagiaan bersama mereka dengan mengikuti permainan mereka.

Permainan yang sederhana sekalipun, bisa memiliki manfaat besar. Anda mungkin beralasan tak punya waktu untuk bermain boneka, membangun balok, atau lempar tangkap bola dengan buah hati. Tapi jika kita mau merenungkan lebih jauh, bermain dengan anak-anak bisa mengurangi beban/stres. Kita seolah mendapatkan energi tambahan. Hubungan dengan anak-anak juga menjadi lebih dekat.”

Orangtua LuarBiasa Tahu Bagaimana Berkata Tidak
(Ron Taffel, Ph.D., ahli terapi dan penulis The Second Family: How Adolescent Power Is Challenging the American Family)


“Banyak orangtua kesulitan untuk bersikap tegas terhadap anak-anaknya. Mereka tidak bisa membuat aturan. Mereka memang memperingati anak-anaknya, tapi tidak menindaklanjutinya dengan konsekuensi/hukuman jika anak-anak melanggar aturan.

Sesungguhnya ketika anak-anak masih kecil, mereka sangat butuh batasan-batasan. Mereka mencari aturan yang sebenarnya, bukan yang bersifat fleksibel. Ketika beranjak remaja, anak-anak yang tidak melihat orangtua mereka sebagai figur yang berkuasa, mulai mencari pedoman perilaku di tempat lain, misalnya kelompok teman sebaya. Jika lingkungan tersebut tidak baik, anak-anak bisa berubah sikapnya. Misalnya, berbohong tanpa rasa bersalah.

Cara terbaik untuk melindungi anak-anak dari pengaruh luar seperti itu adalah orangtua harus tegas, konsisten, dan bijak sejak anak-anak masih kecil. Tentu kita boleh memberikan dukungan dan empati pada putra-putri kita, tapi kita juga harus bisa menjelaskan harapan kita akan perilaku anak-anak. Keseimbangan antara sikap penuh kasih dan ketegasan yang dilakukan secara konsisten inilah yang menjadi ciri orangtua luarbiasa.”

Orangtua LuarBiasa adalah Teladan yang Baik
(Elizabeth Berger, M.D., psikiater anak dan remaja serta penulis buku Raising Children With Character)


”Setiap orangtua ingin melihat anaknya tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab, penuh belas kasih, bisa dipercaya, dan baik. Tapi mengajarkan nilai-nilai mulia itu tidaklah sama dengan mengajarkan anak cara berenang, menendang bola, atau bermain piano. Pertanyaan yang sering diajukan banyak orangtua adalah: Apakah bagus kalau saya membawa anak saya ke kegiatan ibadah? Membacakan cerita-cerita inspiratif? Melibatkan anak pada kegiatan sosial? Saya katakan pada mereka, semua itu bagus tapi kunci paling penting dalam mendidik anak menjadi pribadi yang berkarakter adalah dengan menjadi orangtua yang juga berkarakter/bisa menjadi teladan yang baik.

Misalnya, orangtua yang menunjukkan sikap yang peka dan tulus terhadap perasaan anaknya, juga akan menanamkan pada anak itu kemampuan untuk bersikap empati dan peduli terhadap sesama.

Pada intinya, nilai-nilai luhur dan mulia tidak dipelajari anak dari buku teks, tapi justru dari interaksinya dengan kita, dalam kehidupan sehari-hari. Jika anak menyukai dan menghormati kita sebagai orangtua, anak akan menerima dan menjalankan sendiri nilai-nilai luhur yang kita anut.”
sumber andriewongso

No comments:

Post a Comment