Di zaman modern sekarang ini ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat, termasuk di dunia pengobatan medis. Walaupun banyak penyakit masih belum ditemukan obatnya. Persaingan yang ada sekarang adalah obat yang diberikan dokter dan alternatif. Banyak sekali alternatif-alternatif yang memungut biaya sangat mahal bahkan lebih mahal dari dokter, tapi anehnya banyak masyarakat mau minum obat herbal yang dibeli dengan harga mahal. Padahal kasiatnya tidak jelas.
Saya sebagai dokter bukan berarti anti obat herbal, tapi berharap memberikan sesuatu yang sudah jelas kasiat dan efek sampingnya. Jika Anda main ke tempat orang cuci darah, disana bisa menemukan pasien-pasien korban obat herbal tidak jelas yang menyebabkan harus cuci darah seminggu dua kali seumur hidup. Dari situ sudah mematahkan bahwa obat herbal aman.
Stigma obat dokter itu keras dan merusak organ tubuh itu harus dihapus, itu membuat banyak orang enggan minum obat dokter padahal dokter memberikan obat bukan untuk meracuni tapi memperbaiki kondisi kesehatan.
Obat dari dokter pun ada juga dari herbal tapi yang sudah diteliti dengan benar sehingga dosisnya pun sudah ditetapkan sampai sesuai umur pun ada dosisnya. Bagaimana untuk alternatif yang di televisi dasarnya darimana memberikan dosis kepada pasiennya?
Dunia medis yang saya pelajari memang kiblatnya kedokteran barat, tapi bukan berarti alergi dengan pengobatan timur. Banyak juga kasus-kasus yang ternyata sembuh dengan pengobatan alternatif. Namun stigma obat dokter itu merusak organ tubuh harus dihapuskan karena pasien alternatif pun ujung-ujungnya kalau sudah parah baru datang ke dokter.
Saya di rumah sakit pernah mendapatkan pasien kangker payu dara stadium terminal setelah berobat ke alternatif selama 2 tahun. Padahal pasien ini didiagnosa kangker payu dara masih stadium ringan dan dokter menganjurkan operasi dan kemoterapi yang tingkat kesembuhannya masih tinggi. Pasien malah memilih berobat ke alternatif dan biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit. Setelah stadium terminal sudah tidak bisa diapa-apakan lagi.
Mari berpikir waras untuk kebaikan tubuh!
No comments:
Post a Comment