Thursday, 27 November 2014

Bocah Penggembala Kerbau Jadi Pesepakbola Dunia

Namanya dielu-elukan saat mendapatkan tropi pemain terbaik nasional U-12. Perawakannya, yang tergolong tinggi dibanding teman-teman satu timnya, membawa kelebihan tersendiri saat dia mengolah si kulit bulat.

Meski kerap mendapat anugerah pencetak gol terbanyak, dia terlihat tak pernah sombong. Keceriaan dan keluguan anak-anak desa lebih terasa ketika berbincang dengannya. Bahkan ketika diwawancara oleh media, ia terkadang malu-malu menjawabnya.

Kini, namanya sudah mendunia. Sejumlah pihak dari media TV asing mengincarnya untuk wawancara. Bahkan, bulan depan, ada media TV dari Perancis sengaja datang ke Indonesia hanya untuk mewawancarainya.

Bocah itu adalah Yadi Mulyadi, siswa SMPN 6 Purwakarta, Jawa Barat. Kesehariannya sangat sederhana, sangat jauh dari kemewahan ataupun hura-hura. Kehidupannya saat ini merupakan anugerah terbesar baginya. Dulu, selain sekolah, ia bekerja menggembalakan kerbau.

"Dulu suka bantu Pak Aki (kakeknya)," ujar Yadi di Purwakarta, belum lama ini.

Yadi dan kakeknya tinggal di sebuah rumah panggung dari kayu. Ukurannya kecil, nyaris tak bersekat. Letaknya agak mengerikan, berada di kemiringan yang relatif terjal di pelosok Plered, Purwakarta. Di bagian bawah rumah terdapat sawah, tempat sang kakek mengadu nasib.

Sang kakek bekerja sebagai petani. Sejak kecil, Yadi suka membantu kakeknya. Menggembalakan kerbau sudah dilakukannya sejak masih bersekolah di SDN Linggarsari I Purwakarta. Sepulang sekolah, ia pasti membantu kakeknya dengan menggembala kerbau.

Cita-cita terbesarnya adalah membahagiakan sang kakek. Segala upaya dan kerja kerasnya menjadi juara di setiap pertandingan hanya untuk kakeknya. "Ingin jadi pemain terbaik, timnya juara, biar Pak Aki senang, biar bisa ngasih uang sama Pak Aki," tutur dia.

Pelatih Yadi, M Ramdan, menyatakan, Yadi sejak bayi diurus oleh kakeknya. Ibunya yang bekerja sebagai TKI membuat mereka terpisah. Yadi pun punya ikatan emosional dan menjadi lebih dekat dengan kakeknya. "Yadi lebih memilih tinggal dengan kakeknya daripada ibunya," kata Ramdan.

Yadi dan Asad
Pertemuan Yadi dengan tim Asad 313 Purwakarta berawal dari pertandingan SD se-Purwakarta. Saat itu, perhatian Alwi selaku manajer, dan Ramdan selaku pelatih, tersedot oleh penampilan Yadi. Setelah permainan usai, tanpa pikir panjang, mereka berdua langsung mengajak Yadi bergabung ke SSB Asad.

"Kami melihat potensi yang besar dari diri Yadi. Ia memiliki kemampuan yang luar biasa, dan kami menemukannya pada waktu yang tepat karena ekonomi yang menghimpit keluarganya membuat ia saat itu hampir menjadi anak jalanan," ucap Ramdan.

Yadi dikenal tekun berlatih. Bahkan, ia kerap menambah jadwal latihan yang telah ditetapkan, terutama saat akan bertanding di Brasil. "Suka nambah latihan dengan sasapedahan (naik sepeda) biar napasnya lebih kuat, jadi tandingnya bisa lama. Kan lawannya besar-besar," ucapnya.

Bahkan, ia tak segan-segan untuk meminta latihan ekstra kepada pelatih. Mulai dari latihan menendang ke arah gawang atau latihan fisik lainnya. Keseriusannya di bidang ini membuatnya bisa bermain di berbagai posisi.

Sebagai penyerang, tendangannya ke mulut gawang sangat akurat. Ia pun pandai membuyarkan perhatian lawan sehingga mampu membuka ruang untuk pergerakan teman-temannya. Bahkan, ketika lini pertahanan dalam bahaya, Yadi bisa turun dan membantu lini belakang ini.

Kemampuannya ini pula yang membuat Yadi dilirik klub sepak bola Eropa. Belum lama ini, perwakilan klub tersebut berbincang dengan Alwi, Manajer Asad. "Pembicaraan itu, intinya, mereka tertarik dengan tiga pemain Asad, salah satunya Yadi. Info selanjutnya, kami akan beri tahu. Yang pasti, kalau Eropa menginginkan Yadi, kami pasti akan mendukungnya karena pembinaan di sana lebih baik dibanding di sini," ungkap Ramdan. 
sumber kompas

No comments:

Post a Comment