Menjadi penulis adalah pekerjaan yang kini makin banyak diimpikan
anak muda Indonesia. Munculnya banyak penulis baru yang sukses dengan
karyanya, keleluasaan waktu yang ditawarkan oleh pekerjaan ini, hingga
kesempatan untuk meluapkan kreativitas membuat profesi penulis kian
seksi di mata kita.
Apakah ada di antara kamu yang bercita-cita, atau justru sedang berjuang untuk menjadi penulis? Kali ini akan diberikan panduan bagi kamu yang ingin mulai membangun karir di dunia
kepenulisan profesional. Siap berjibaku dengan ide, kertas, pena, dan
layar komputer demi mewujudkan cita-citamu?
1. Jadi Penulis Itu Bebas? Hey, Sesungguhnya Menjadi Penulis Adalah Pekerjaan yang Penuh Strategi
Menjadi penulis tidaklah “sebebas” yang kamu bayangkan. Jika memang
ingin menjadikan menulis sebagai sebuah pekerjaan, kamu tidak bisa
menuliskan semua ide yang berkelebat di kepalamu tanpa melalui
pertimbangan.
Sebelum menghasilkan sebuah karya kamu perlu membaca selera pasar,
menetapkan target pembaca yang ingin kamu jangkau, hingga memastikan
bahwa plot cerita yang kamu miliki menarik dan berbeda dari penulis
lain.
Tak hanya berhenti di proses membaca pasar dan mencari ide, setelah
karyamu selesai pun kamu masih perlu mengatur strategi. Sebagai penulis,
penting bagimu untuk terus berinteraksi dengan pembaca. Loyalitas
mereka untuk membeli karyamulah yang akan menentukan masa depanmu di
dunia kepenulisan. Kamu wajib memutar otak untuk menemukan cara
komunikasi yang paling baik. Bisa lewat blog, jejaring sosial, hingga
acara kopi darat dengan pembaca setia.
2. Hanya Orang-Orang yang Tahan Banting dan Punya Komitmen Tinggi yang Bisa Bertahan Jadi Penulis
Menulis bukanlah pekerjaan yang ringan. Oleh penulis
asal Jepang Haruki Murakami, penulis diibaratkan sebagai seseorang yang
sedang mengikuti pertandingan lari maraton. Demi mencapai garis finish,
seseorang harus cerdik mengatur tenaga agar tak kelelahan di tengah
jalan. Proses menyelesaikan sebuah naskah tulisan memang tidak lebih
ringan dari pertandingan maraton.
Demi merampungkan sebuah draft naskah, kamu perlu
menyisihkan waktu berbulan-bulan untuk menggodok ide dan mulai
menuliskannya. Belum lagi jika tulisan yang kamu kerjakan memerlukan
proses riset.
Saat kamu menulis sebuah novel dengan latar belakang negara lain yang
belum pernah kamu kunjungi, misalnya. Demi mendapatkan gambaran yang
tepat dan otentik, kamu harus rajin membaca buku yang berhubungan dengan
negara tersebut, mengunjungi blog travel blogger yang sudah menuliskan catatan perjalanannya ke sana, sampai melakukan wawancara dengan warga lokal.
Proses menulis yang panjang membutuhkan tenaga dan komitmen yang
tidak main-main. Untuk menjadi penulis yang bisa konsisten menghasilkan
karya, kamu harus rela bekerja keras untuk terus menulis — tak peduli
apapun rintangan yang menghadang di depan.
3. Kalau Masih Menulis Hanya Dengan Mengandalkan Mood, Pertimbangkan Ulang Cita-Citamu Untuk Jadi Penulis Profesional!
Penulis yang profesional memperlakukan aktivitas menulisnya sebagai
sebuah pekerjaan yang tetap harus dilakukan setiap hari, tanpa peduli mood dan
situasi hati. Tak peduli habis patah hati, gagal ujian, atau baru saja
bertengkar dengan pacar — tak ada alasan untuk tidak menulis.
Kalau selama ini kamu memandang aktivitas menulis sebagai kegiatan menumpahkan isi hati yang hanya dilakukan saat mood yang
tepat datang, coba pertimbangkan lagi cita-citamu. Mampukah kamu
menempatkan diri sebagai mesin pencetak kata yang bisa terus
menghasilkan karya tak peduli apapun keadaannya? Bisakah kamu
mengesampingkan segala masalah pribadi untuk tetap melanjutkan plot
cerita yang telah kamu buat sendiri?
4. Memutuskan Menjadi Penulis Berarti Mau Berusaha Memotivasi Diri Dan Mengalahkan Diri Sendiri
Sering kali, hal terberat yang harus dihadapi oleh penulis dalam
proses berkarya adalah menemukan motivasi untuk memulai. Setiap
memandang halaman kosong dari aplikasi pengolah kata yang terbuka di
komputer, rasanya ada ketakutan untuk mulai menulis. Takut salah, takut
karyanya tidak diterima, sampai khawatir jangan-jangan tulisan yang
sekarang tidak sesukses karya yang terbit sebelumnya.
Jika memang ingin jadi penulis profesional, penting bagimu memiliki
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Perlu kamu tahu, menulis adalah
proses yang sangat bergantung pada keuletan dan niat dari diri sendiri.
Semangat dari orang lain tak akan banyak membantu jika kamu memang
tidak menemukan dorongan berkarya dari dalam diri.
Seorang penulis yang bisa menjadikan kegiatan menulisnya sebagai
pekerjaan adalah dia yang selalu bisa menemukan alasan untuk bangun dan
kembali berkarya setiap hari. Calon penulis profesional adalah dia yang
mampu mengalahkan kemalasan dan ketakutan yang berkecamuk di dalam diri,
untuk kemudian duduk diam di depan laptop dan menuliskan hal-hal yang
ia yakini.
5. Karya yang Sudah Kamu Hasilkan dan Dilempar ke Pasar Akan Jadi Milik Pembaca. Mereka Bebas Melakukan Apa Saja.
Satu yang tak banyak orang tahu, menjadi penulis bukan berarti
selamanya punya “hak milik” atas tulisanmu. Royalti dari hasil karyamu
jelas akan tetap masuk ke rekeningmu, tapi sesungguhnya setelah karyamu
dilempar ke pasar kamu sudah tak lagi punya kuasa untuk menentukan
nasibnya.
Kamu bisa menemukan karyamu dipuji, atau malah dicaci-maki. Pembaca
bisa menilaimu berdasarkan hasil karya yang kamu telurkan, kemudian
memberikan label padamu sesuai keinginan mereka. Kamu bisa dibilang
“penulis cerdas”, “penulis yang cuma mau cari duit”, sampai “penulis
sampah yang karyanya tak pantas dibeli lagi.”
Sebaik dan seburuk apapun karya yang kamu hasilkan, kamu tak akan
bisa memuaskan semua orang. Satu-satunya cara membuktikan bahwa kamu
penulis yang patut dipertimbangkan adalah dengan terus konsisten
menghasilkan karya, menyumpal mulut mereka yang tak suka dengan bukti
kerja keras yang kamu godok dengan otak dan ketikan jari.
6. Bagaimana Jika Kamu Sedang Merasa Benar-Benar Tidak Bisa Menulis? Meski Hasil Tulisanmu Buruk, Tetaplah Menulis!
Setiap penulis pasti pernah mengalami writer’s block, yaitu sebuah kondisi dimana penulis kehilangan semangat dan ide untuk melanjutkan tulisannya. Writer’s block bisa
disebabkan oleh kondisi penulis yang mungkin sedang memiliki banyak
masalah pribadi, bisa juga datang karena kejenuhan setelah penulis lama
berkarya tanpa pernah mengambil jeda untuk meliburkan otak.
Saat menghadapi hambatan macam inilah keuletan seorang penulis diuji.
Jika kamu memang berminat untuk jadi penulis yang profesional, writer’s block harus
bisa kamu kalahkan. Caranya? Tetaplah menulis! Perlakukan menulis
sebagai sebuah pekerjaan kantoran yang wajib kamu lakukan selama 8 jam
tiap harinya. Tak ada alasan untuk membolos hanya karena kamu sedang
merasa tidak suka dengan pekerjaanmu.
Menulislah terus, tak peduli seberapa buruk hasilnya nanti. Bagi
seorang penulis profesional, menuliskan seuatu yang buruk masih bisa
diperbaiki lewat proses editing di kemudian hari. Tapi, menyerah pada
keengganan diri adalah sebuah bentuk kekalahan.
7. Menjadi Penulis Akan Membuat Otakmu “Riuh”. Kamu Harus Siap Menangkap Ide-Ide Baru Setiap Waktu
Menjadi penulis bukanlah pekerjaan yang cocok bagi orang yang ingin
bisa bebas dari urusan pekerjaan setelah jam kerja mereka selesai.
Otakmu akan selalu dipenuhi oleh ide, kamu akan dikejutkan oleh plot
cerita yang tiba-tiba berubah, kamu juga harus selalu siap mencatat
fakta yang kamu temui sehari-hari yang bisa digunakan untuk memperkuat
jalinan cerita yang sedang kamu tulis.
Otak seorang penulis memang tak pernah sepi. Kamu bisa diibaratkan seperti sebuah sponge yang
mampu menyerap air yang ditumpahkan kepadamu dengan cepat. Terbiasa
menuturkan cerita pada orang lain membuatmu bisa mengubah hal
sehari-hari jadi ide cerita yang menarik. Curhatan teman bisa kamu
modifikasi jadi cerpen baru, perjalanan di akhir pekan bersama pacar
bisa disulap jadi sebuah memoar perjalanan yang apik, bahkan percakapan
orang yang tak sengaja kamu dengar di kafe juga bisa masuk jadi salah
satu dialog di novelmu.
Datangnya ide-ide baru yang tak kenal waktu harus membuatmu tanggap.
Mulai sekarang, biasakan untuk selalu mencatat setiap ide yang muncul.
Tuliskan saja di draft pesan singkat ponsel, atau bisa juga kamu tulis di notebook kecil yang sengaja kamu bawa di kantung setiap waktu.
8. Kenali Pembacamu, Belajarlah Bicara Dengan Bahasa Mereka
Satu yang harus diingat dari perjuangan untuk menjadi penulis profesional:
Menjadikan menulis sebagai sebuah pekerjaan harusnya membuatmu tidak egois. Kamu tidak lagi menulis hanya untuk dirimu sendiri. Kini kamu menulis untuk orang lain yang rela mengeluarkan uang demi menikmati hasil karyamu. Maka, jadi kewajibanmu untuk memuaskan mereka!
Jangan malas untuk mengenali pembacamu. Search judul tulisan
atau bahkan namamu di Google dan Twitter untuk menemukan komentar
pembaca tentang hasil karya yang telah kamu telurkan. Tak hanya berhenti
di situ, stalk media sosial mereka. Kenali siapa mereka, apa
kesukaannya, lelucon apa yang mereka suka, gaya bahasa apa yang mereka
gunakan dengan teman-teman.
Lewat cara ini sebenarnya kamu sedang menciptakan profil pembaca dan
membentuk gaya komunikasi yang paling tepat dengan mereka. Ingat, tak
semua orang mau susah payah memahami pemikiranmu. Kamu juga belum
sehebat Neruda atau Dewi Lestari yang sudah punya penggemar setia ‘kan?
Kadang, justru kamulah yang harus rela belajar bertutur sesuai gaya
bahasa pembaca agar mereka lebih merasa dekat dan terhubung dengan
tulisanmu.
9. Kalau Mau Bisa Menulis Dengan Bagus, Kamu Harus Baca Buku Bagus Terus Menerus!
Sebelum menghadapi pertandingan besar, seorang perenang akan latihan
berbulan-bulan demi mempersiapkan staminanya. Lewat latihan rutin, ia
bisa menyempurnakan teknik, memperbaiki gaya napas, semua dilakukan agar
lebih siap menghadapi lawan tanding di arena. Bagi penulis, persiapan
macam ini juga harus ada. Sebelum dan sepanjang proses menulis sebuah
karya, bekali dirimu dengan amunisi yang tepat.
Amunisi untuk penulis tak lain adalah buku hasil karya penulis
lain. Jangan pernah malas membaca, bukalah diri untuk terus memperkaya
referensi bacaan. Dengan menggiatkan diri untuk terus membaca, lama
kelamaan gaya bertutur dan plot ceritamu akan makin kaya.
Penulis-penulis lain yang karyanya kamu lahap akan memberikan pengaruh
dalam gayamu mengungkapkan sebuah cerita.
Kalau mau jadi penulis profesional, kamu harus rela menahan diri
untuk tidak belanja baju atau sepatu jika mau menghadiri peluncuran
buku.
10. Jangan Percaya Pada Anggapan Orang Bahwa Penulis Adalah Pekerjaan yang Tak Bisa Menghasilkan Uang
Hipwee pernah melakukan wawancara dengan Bernard Batubara,
seorang penulis muda yang dengan lantang mengatakan bahwa ia bisa hidup
dari pekerjaannya sebagai penulis. Saat ini, menjadi penulis memang
kian menjanjikan. Selain Bara, masih ada penulis muda lain yang juga
sukses: sebut saja Raditya Dika, Dewi Lestari, Agustinus Wibowo, hingga
@shitlicious.
Jika mau melongok pada kunci keberhasilan mereka, sebenarnya ada 1
benang merah yang dapat kita temukan. Penulis-penulis sukses
itu menetapkan target pembaca yang jelas, menulis dengan bahasa yang
disukai pembaca, mereka juga tak menutup diri pada kesempatan menulis
yang tak hanya sekedar mencetak karya di atas kertas.
Dewi Lestari juga menulis skenario untuk bukunya yang diadaptasi
menjadi film, Bernard Batubara bekerja sebagai editor untuk sebuah
penerbit yang banyak menerbitkan buku anak muda, Raditya Dika tak enggan
menjai host di beberapa acara televisi dan rajin mengisi pelatihan penulisan kreatif di berbagai kota.
Jadi sebenarnya, pekerjaan sebagai penulis itu membuka banyak pintu
kesempatan — yang tentunya dapat menghasilkan uang. Asal kamu terus
mengembangkan jaringan dan jeli melihat kesempatan, hidup hanya dari
menulis sangat mungkin untuk dilakukan. Jadi penulis itu nggak harus
tinggal di kamar kecil yang suram dan bokek seumur hidup, kok! Penulis juga bisa hidup mapan.
11. Semekanis Apapun Pekerjaan Ini, Penulis Bukanlah Mesin. Ia yang Akan Bertahan Adalah Dia yang Terus Mengerjakan Karya-Karyanya Dengan Hati
Menjadi penulis memang bukan hanya sekedar bisa menyusun kata-kata
puitis dan mengembangkannya jadi sekedar cerita. Pekerjaan ini adalah
gabungan dari niat, bakat, dan kemauan untuk bekerja keras tanpa henti
demi mengembangkan diri. Menjadi profesional berarti bisa mematuhi deadline,
mengesampingkan urusan pribadi agar tak mengganggu proses kreatif,
hingga menyusun jalan cerita sesuai pasar pembaca yang ingin dituju.
Menulis memang bukan pekerjaan yang tanpa aturan dan tak terstruktur.
Ia yang sukses berkarir di dunia ini adalah dia yang tegas pada diri
sendiri untuk dapat menghasilkan karya secara konsisten. Namun, penulis
bukanlah mesin. Pekerjaan ini tak hanya bertujuan menghasilkan karya —
tapi juga membagi hal-hal yang kamu tahu dan yakini demi kebaikan
pembaca.
Pembaca adalah orang-orang yang cerdas. Mereka bisa merasakan mana
karya yang ditulis dengan tulus, mana karya yang diciptakan untuk
memenuhi tenggat waktu semata. Sesuatu yang kamu sampaikan dari hati,
juga akan mengena di hati pembaca. Dalam jangka panjang, penulis yang
menciptakan karya-karyanya dengan melibatkan hati akan lebih bisa
bertahan di dunia tulis menulis yang terus kedatangan pendatang baru
ini.
sumber hipwee
No comments:
Post a Comment