Apakah selepas skripsi selesai kamu sudah bisa bebas dari kegalauan
hidup?Jawabannya: tidak. Setelah bebas dari dilema mahasiswa tingkat akhir kamu masih harus
dihadapkan pada pilihan hidup yang akan sangat berpengaruh bagi masa depanmu:
lanjut kuliah S2 atau kerja?
Ada yang bilang, langsung lanjut sekolah aja karena otak masih segar. Tapi
ada juga yang menyarankan untuk langsung turun ke dunia kerja dan cari
pengalaman sebanyak-banyaknya. Bingung gak tuh? Kali ini Hipwee akan
paparkan keuntungan dan kekurangan dari masing-masing pilihan.
Dilema Para Fresh Graduates Dalam Perjuangan Mencari Kerja
Hampir semua orang yang sudah lulus kuliah hanya akan lega di hari
wisudanya. Rasanya semua perjuangan terbayar di hari perayaan tersebut. Tapi
keesokan harinya pertanyaan mulai bermunculan di kepala,
“Udah lulus nih. Udah dapat gelar. Terus harus ngapain?”
Biasanya para sarjana baru akan akrab dengan job fair dan
berbagai laman rekrutmen pegawai. Dari kehidupan mahasiswa yang nyaman, secara
tiba-tiba kamu yang baru lulus akan dihadapkan pada status baru sebagai
pengangguran dan pencari kerja.
Menurut Recruitment Beast, sebuah perusahan rekrutmen dari
Filipina, setidaknya ada 3 dilema yang dihadapi oleh mahasiswa yang baru saja
lulus kuliah:
- Pekerjaan impianmu mensyaratkan pengalaman kerja minimal 2 tahun. Dapat pengalaman dari mana coba, kamu kan baru lulus kuliah!
- Persaingan untuk lulusan baru sangat ketat. Jumlah pekerjaan tidak sebanding dengan angkatan kerja yang lulus setiap tahunnya.
- Gaji yang ditawarkan jauh dibawah ekspektasi.
Ini membuat banyak lulusan baru banting setir untuk mengambil
pendidikan lanjutan di tingkat Master.
Sebenarnya S2 Akan Membentukmu Jadi Apa?
Sebelum membahas kelebihan dan kekurangan bekerja atau melanjutkan
pendidikan S2 selepas lulus, mari kita lihat dulu apa yang ditawarkan oleh
pendidikan lanjutan di tingkat Master. Berbeda dengan pendidikan tingkat
sarjana yang mencetak mahasiswa untuk mengerti
dan mengaplikasikan pengetahuan yang dihasilkan orang lain, mahasiswa
S2 dituntut untuk jadi salah satu produsen ilmu pengetahuan.
Di awal pendidikan, mahasiswa S2 akan dihadapkan pada berbagai kelas yang
harus diambil. Kegiatan belajar di kelas akan lebih didominasi aktivitas
diskusi, dibanding mendengarkan ceramah dari dosen. Sebagai mahasiswa pasca
sarjana kamu dituntut aktif melakukan pembelajaran secara mandiri.
Pada 1-2 semester terakhir, aktivitas mahasiswa pascasarjana akan lebih
banyak terfokus pada kegiatan riset. Pengetahuan yang lebih mendalam tentang
bidang studi yang sedang kamu geluti tidak akan datang dari kelas, melainkan
dari aktivitas langsung di lapangan.
Kamu akan punya kesempatan untuk bekerja bersama dosen
dalam menyelesaikan sebuah riset. Mahasiswa Pascasarjana juga memiliki
kesempatan luas untuk magang di berbagai organisasi.
Secara garis besar, pendidikan di tingkat Master memang mempersiapkan
seseorang untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman profesional lewat proses
riset dan pembelajaran yang dilakukan secara mandiri.
Apakah Pendidikan Pascasarjana Akan Menjamin Karirmu Lebih Cemerlang?
Steve Icampo, manajer of Worldwide Staffing di Amphenol
Corporation, dalam sebuah wawancara menyatakan bahwa pendidikan Pascasarjana
tidak akan serta merta menjamin kesuksesan seseorang.
“You should not assume that education will get you to where you want to
go; what will get you there is you.” (Jangan pernah punya asumsi
bahwa pendidikan akan membawamu mencapai impian. Yang membuatmu bisa
mencapainya adalah kamu sendiri.)
Sebelum seseorang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat Master,
menurut Icampo, ada baiknya orang tersebut memiliki pengalaman kerja terlebih
dahulu. Pengalaman kerja yang dibarengi dengan pendidikan akan membuat
seseorang makin ahli di bidang yang ditekuninya.
Dalam wawancara yang sama, Icampo mengingatkan para calon pencari kerja yang
berniat melanjutkan pendidikan ke jenjang pascasarjana untuk terus bertanya
kepada diri mereka sendiri, dan tetap membekali diri dengan pengalaman kerja:
“Bayangkan hal apa yang ingin kamu lakukan setelah lulus. Kamu harus
bisa membuktikan ke pasar persaingan pencari kerja bahwa kamu punya kelebihan
yang dibutuhkan oleh perusahaan.
Kamu tidak akan pernah tahu hal yang bisa kamu jual dalam dirimu kalau
kamu tidak benar-benar mencarinya. Dan terkadang, satu-satunya cara untuk
mencari dan menemukan itu adalah dengan bekerja”.
Pendapat lain datang dari Hannes Vedin, konsultan HRD senior untuk
Perusahaan Capgemini dari Swedia. Menurutnya, ada perbedaan mendasar dalam
keahlian lulusan program Sarjana dan program Pascasarjana.
“Kebanyakan lulusan Master lebih dewasa dalam menghadapi dinamika di
dunia kerja. Mereka juga lebih luwes menerjemahkan pengetahuan yang mereka
miliki kedalam sebuah aksi nyata.
Punya gelar Master memang menguntungkan, tapi perusahaan juga
tertarik untuk mendapatkan orang dengan passion yang kuat. Saat ada
orang dengan ambisi dan passion yang sesuai dengan perusahaan,
semangat yang dia miliki setara dengan gelar Master yang barangkali belum
didapatnya”.
Dari pendapat praktisi diatas bisa disimpulkan bahwa meskipun pendidikan
Pascasarjana bisa membawa keuntungan dalam proses mencapai karir impian, tapi
dia bukanlah segalanya. Keahlian teknis dan passion yang
kuatlah yang akan lebih menentukan kesuksesanmu.
S2 Itu Sah-Sah Saja, Asal Bukan Ini Alasannya
Berkomitmen menempuh pendidikan pascasarjana tentunya butuh usaha ekstra.
Tidak hanya komitmen finansial, kamu juga perlu menguatkan diri untuk
menghadapi gempuran tugas yang pastinya lebih menantang
dibandingkan tugas-tugas yang kamu hadapi di jenjang sarjana.
Sebelum membenamkan kaki di medan perjuangan mahasiswa pasca sarjana, coba
yakinkan diri dulu: “Apakah kamu memang ingin belajar lagi?“.
Keputusan untuk menempuh pendidikan lanjutan tentunya oke banget, selama
alasannya bukan ini:
- Kamu hanya ingin menghindar dari kewajiban mandiri secara finansial
- Kamu ingin lepas dari persaingan pencarian kerja yang sangat ketat
- Sekolah pascasarjana hanya pelarian untuk keluar dari pekerjaanmu yang membosankan
- Sekolah lagi hanya jadi alat untuk mewujudkan impian tinggal di luar negeri (kamu bisa menabung dan traveling saja, tanpa harus investasi waktu dan pikiran bertahun-tahun)
- Kamu tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan hidupmu, sehingga mengambil keputusan untuk sekolah lagi
Kalau 5 alasan diatas adalah pendorong keinginanmu melanjutkan pendidikan,
maka sebaiknya pikir-pikir lagi deh. Daripada membuang waktu untuk lari dari
masalah dengan S2, masih banyak kok cara lain yang lebih elegan untuk
menghadapinya.
Kalau Habis Lulus Mau Langsung Kerja, Emangnya Bisa?
Siapa bilang orang yang baru lulus kuliah tidak punya kesempatan untuk dapat
pekerjaan? Walau hampir semua lowongan mensyaratkan sudah punya pengalaman
kerja tetap ada cara kok untuk mengakalinya:
- Mendaftarlah ke posisi Management Trainee (MT), di posisi ini kamu akan mendapatkan pelatihan langsung dari perusahaan untuk disiapkan menjadi calon manajer.
- Jangan langsung patah arang saat ada lowongan yang mensyaratkan pengalaman kerja. Kalau kamu memang yakin bisa, daftar saja. Perusahaan akan tetap mempertimbangkan aplikan yang memang passionate.
- Yakinkan perusahaan bahwa kamu adalah pribadi yang siap latih. Walau kamu belum punya pengalaman kerja, tapi keinginan untuk berlatih bisa jadi kekuatanmu.
- Kenali kemampuan dan aset yang kamu miliki. Jangan lupa juga untuk memanfaatkan semua koneksi yang sudah terjalin selama ini.
- Cari tahu standar gaji di bidang pekerjaan yang kamu incar. Ini penting agar kamu tidak kaget dan punya pertimbangan rasional saat bernegosiasi soal gaji.
- Lihat kesempatan karir yang ditawarkan oleh pekerjaanmu. Walau awalnya gajimu kecil, bukan berarti karirmu tidak akan berkembang kan?
Jadi gimana nih menurutmu? Lebih baik langsung kerja, atau lanjut S2 dulu
selepas lulus kuliah? Semua pilihan punya kekurangan dan kelebihannya
masing-masing. Akhirnya, semua keputusan kembali ke tanganmu. Semoga berhasil!
sumber hipwee
No comments:
Post a Comment