Tuesday, 29 July 2014

Bola Salju dan Bom Waktu (2)

Berikut adalah tulisan dari Ryan Filbert (Praktisi & Inspirator Investasi Indonesia) tentang kebebasan finansial dan pentingnya investasi sejak dini. Tulisan yang menarik ini dibagi dalam empat bagian, dan ini adalah bagian kedua:

Sebuah ilustrasi sederhana, bila pada hari ini Anda membutuhkan biaya hidup dalam setiap bulan adalah sebesar Rp 5.000.000, dan usia Anda saat ini adalah 30 tahun, maka di usia 55 tahun biaya kebutuhan hidup tersebut adalah sebesar 27 juta rupiah. Mengapa bisa terjadi demikian? Karena terjadinya kenaikan harga yang dikenal dengan inflasi. Pada perhitungan yang saya buatkan, saya membuat dengan perhitungan kenaikan harga atau inflasi per tahun adalah 7 persen.


Berapa lama Anda hidup setelah pensiun? Berdasarkan hasil penelitian dan survey Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2014 angka harapan hidup orang di Indonesia menjadi berusia 72 tahun. Katakanlah, harapan hidup kita adalah usia 75 tahun; artinya 20 tahun setelah usia 55 tahun Anda tidak lagi bekerja. Yang menjadi masalah, kita perlu uang untuk tetap hidup dan berapa uang yang perlu kita miliki agar bisa hidup hingga 75 tahun? Jawabannya adalah Rp 5,9 miliar untuk hidup 20 tahun semenjak usia 55 tahun dengan asumsi bunga atas uang yang Anda miliki adalah 8% per tahun (deposito) dan tingkat inflasi atas kenaikan harga adalah 7% per tahun.

Inilah bom waktu kedua yang Anda perlu ketahui, bahwa agar dapat hidup setelah pensiun (andaikan usia Anda saat ini adalah 30 tahun), Anda perlu mengumpulkan uang sebanyak Rp 5.900.000.000 selama 25 tahun ke depan. Artinya 236 juta per tahun atau 19 juta per bulan. Apa Anda masih ingat dengan sisa uang hasil pendapatan Anda per bulan? Ya, berkisar Rp 1-2 juta per bulan.

Kaya dan Tampak Kaya

Coba lihat kenyataan berikut ini. Indonesia adalah negara target pemasaran produk di dunia. Seorang rekan saya dari perusahaan gadget mengatakan bahwa perusahaannya akan melakukan launching gadget di Indonesia lebih awal dari negara lainnya. Mengapa? Karena selalu habis diserbu, serta sebagai target "kelinci percobaan". Wah…. Sangat menyedihkan bukan? Alasannya, pertama, menjadi kelinci percobaan adalah peristiwa mengerikan. Kedua, barang konsumtif semacam gadget selalu mengalami penurunan harga yang drastis dari hari ke hari.

Orang kaya jelas sangat berbeda dengan orang yang tampak kaya. Barang konsumtif yang membuat orang terlihat tidak berbeda. Apa maksudnya? Orang yang belum sampai pada satu tingkat kekayaan, mampu menaikan standarisasi dirinya agar terlihat kaya dengan mengubah gaya hidupnya. Misalnya, pergi berbelanja di kawasan mewah, makan di restoran mewah, mengenakan pakaian bermerek mewah (branded), menggunakan handphone seri tertentu, membeli kendaraan seri tertentu, dan lain sebagainya. Hal–hal tersebut adalah cara instan untuk menjadi tampak kaya. Dan apa yang terjadi setelah kita melakukan semuanya? Kita justru menjadi tambah miskin. Bagaimana bisa?

Karena susah membeli sebuah perangkat gadget mahal untuk menaikkan gengsi kita (menjadi tampak kaya), agar mampu memilikinya kita menggunakan kartu kredit dengan fasilitas cicilan sepanjang-panjangnya. Akhirnya kita berhutang setahun demi gengsi dan tahun depan gadget tersebut sudah tidak ada nilainya. Nampaknya, menjadi orang kaya bukan lagi sebuah hal yang perlu dikejar.. setidaknya itu menurut saya.

Apa yang harus dikejar setiap orang? Jawabannya adalah kebebasan finansial.

Apa itu kebebasan finansial? Bila Anda hari ini memiliki sebuah kebutuhan hidup sebesar nilai tertentu, dan keesokan hari Anda berhenti bekerja total, maka Anda dapat terus melanjutkan kehidupan dengan tidak memikirkan uang dan kebutuhan hidup. Itulah kebebasan finansial yang mampu menghentikan bom waktu yang berdetak.
sumber andriewongso

No comments:

Post a Comment