Tuesday 22 September 2015

Manajemen Gaji dan Manajemen Diri

 
Jika tak bijak mengelola gaji, bukannya mendapat kemudahan hidup, kita justru bisa terbebani. Karena itu, manajemen gaji harus dilakukan secara terpadu dan menyeluruh, sehingga manajemen diri untuk meningkatkan karier pun bisa dilakukan bersamaan.

Suatu kali, sebuah pesan pendek (SMS) masuk. Isinya cukup menggelitik. Intinya, SMS itu berbunyi: “Jangan jadi karyawan dengan gaji sepuluh koma. Bukan punya gaji sepuluh koma sekian juta, tapi setiap tanggal sepuluh, keuangan sudah koma…” Lucu, tapi inilah ironi yang sering dihadapi masyarakat kita.


Memang, soal gaji tak akan pernah berhenti menjadi topik yang hangat untuk dibahas. Sebab, standar gaji bagi orang per orang bisa berbeda. Seorang sarjana satu dengan yang lain—meski dengan gelar yang sama bahkan dari universitas yang sama dan nilai kelulusan yang sama pula—biasanya memiliki gaji yang bisa berbeda-beda. Baik beda karena tempat perbedaan tempat bekerja, atau karena memang prestasinya beda.

Tapi, sebenarnya ada satu hal mendasar yang harus dimiliki agar jangan sampai kita termasuk golongan yang setiap tanggal sepuluh sudah koma. Yakni, bagaimana mengatur keuangan agar bisa selalu baik dan benar penempatannya. Sebab, bila seseorang bisa mengatur keuangan dengan baik, biasanya ia juga seorang yang bisa melakukan manajemen diri yang baik. Mengapa? Setidaknya, ada tiga alasan yang membuat seseorang mampu mengelola diri lebih baik dengan manajemen gajinya:

• Seseorang dengan manajemen gaji yang baik akan mampu mengelola keuangan lebih maksimal. Sehingga, ia akan tidak mudah terbebani oleh masalah di luar pekerjaan yang bisa mengganggu konsentrasinya.
• Seseorang dengan manajemen gaji yang baik, biasanya mampu mengelola masalah dengan lebih bijak. Sebab, ia biasa mengatur segala sesuatu sesuai dengan tempat dan porsinya.
• Seseorang dengan manajemen gaji yang baik, akan terhindar dari beban keuangan yang sering timbul belakangan. Misalnya, utang kartu kredit. Sehingga, ia bisa lebih memaksimalkan pekerjaan untuk meningkatkan kariernya.

Sayangnya, hingga kini, masih banyak orang yang justru selalu terfokus pada pertanyaan, mengapa gajinya selalu kurang? Mengapa setiap tanggal sepuluh sudah koma? Untuk itu, perlu diubah mindset agar pertanyaan lebih fokus pada bagaimana dengan gaji tersebut, bisa dikelola dengan porsi yang berimbang dan penuh perhitungan. Sehingga, beban keuangan tidak akan menambah kepenatan kerja. Sebab, sejatinya, seberapa pun gaji yang didapat, besar atau pun kecil, jika tidak dilakukan manajemen keuangan yang baik, bisa mengganggu ritme kehidupan kita.

Lantas, apa yang harus dilakukan dengan gaji yang kita miliki? Berikut beberapa hal yang bisa dimaksimalkan untuk mengatur gaji secara lebih bijak…

• Buat daftar pengeluaran dan alokasikan keuangan sesuai dengan daftar tersebut. Mulai dari pengeluaran terkecil, hingga yang terbesar harus bisa kita deteksi sebelumnya. Misalnya, mulai biaya untuk parkir kendaraan hingga ke pengeluaran lain seperti biaya hiburan (nonton, jajan, wisata, dsb.) Alokasikan keuangan berdasarkan urutan prioritas mana yang lebih penting. Dan, disiplinlah untuk menaati semua alokasi yang sudah disepakati sebelumnya dengan pasangan (bagi yang sudah berkeluarga).

• Menabunglah saat uang masih utuh, bukannya saat tinggal sisa-sisa. Kebanyakan orang justru berpikir bahwa menabung adalah dengan sisa uang yang ada di tangan. Padahal, biasanya, yang namanya sisa, tinggal sedikit atau bahkan tak bersisa sama sekali. Karena itu, biasakan menabung di depan saat terima gaji. Sisihkan minimal 10 persen dari gaji untuk ditabung. Jika sudah cukup banyak, investasikan untuk membeli emas mulai dari nilai yang kecil. Sebab, nilai emas biasanya terus meningkat melebihi tingkat suku bunga di bank. Sehingga, tanpa terasa, tabungan—baik uang atau emas—itu akan jadi nilai investasi yang bisa bermanfaat di kemudian hari.

• Jangan remehkan uang receh. Misalnya, saat memberikan uang receh kepada pengamen di jalanan biasanya tidak kita perhitungkan. Bukannya kita tidak boleh beramal, tapi, jika ada kumpulan uang receh, jangan disia-siakan. Masukkan di celengan, dan bukalah bila sudah banyak ketika benar-benar diperlukan. Sebab, meski nilainya kecil, tapi kadang dari yang receh semacam itu, bila dikumpulkan, bisa menjadi “tabungan” ekstra yang acap membantu di saat kritis.

• Jangan lupa untuk memprioritaskan membayar segala kewajiban di depan. Misalnya, utang kartu kredit. Sebab, jika tak segera dilunasi, kartu kredit biasanya bisa menjebak kita dalam utang bunga berbunga yang bisa jadi menjerat kita selamanya. Selain itu, sisihkan pula untuk membayar ongkos rutin seperti biaya listrik, air, telepon, hingga internet. Biaya-biaya rutin semacam itu sebisa mungkin langsung dialokasikan setiap bulan dari nilai perkiraan rata-rata. Sehingga, bahkan saat belum menerima gaji, kita sudah tahu persis berapa yang akan kita keluarkan untuk biaya rutin tersebut.

• Nasihat lama untuk bijak mengelola keuangan adalah dengan membeli barang berdasar kebutuhan, bukan keinginan. Misalnya, saat melihat barang diskon di toko, biasanya kita akan segera merasa barang ini dan itu terasa sangat murah. Apalagi, ketika diskon besar menyerbu. Harga yang tadinya satu juta menjadi tiga ratus ribu. Sepertinya diskon hingga 70% sangat murah. Tapi, jika dituruti, tanpa melihat kebutuhan, hal ini bisa mengganggu keuangan. Karena itu, jangan mudah tergoda dengan keinginan-keinginan yang tak perlu.

• Bijaklah menggunakan kartu kredit. Oleh sebagian orang, kartu kredit memang menjadi momok yang bisa membuat seseorang tak bisa tidur akibat tagihan membengkak. Tapi sebenarnya, dengan manajemen yang tepat, kartu kredit bisa membantu. Misalnya, di saat krisis di mana kita benar-benar butuh membayar sesuatu, kartu kredit bisa membantu. Namun, perlu diingat, bahwa kartu kredit fungsinya hanya untuk menunda masa bayar, bukan jadi uang lebih. Karena itu, cobalah minta kepada pihak bank yang mengeluarkan kartu, untuk memberikan masa tagih pada saat gaji masuk. Sehingga, kita langsung bisa mengalokasikan membayar utang kartu kredit secepatnya di awal menerima gaji.

• Biasakan untuk menginvestasikan uang untuk masa depan, misalnya dengan membeli polis asuransi atau bermain reksadana. Namun, untuk itu, kita juga perlu berhitung dengan tingkat inflasi yang ada. Khusus asuransi, pilihlah asuransi yang akan benar-benar membantu sesuai kebutuhan kita, misalnya asuransi kesehatan atau pendidikan anak. Sedangkan untuk reksadana, cobalah cari manajer investasi yang benar-benar menguasai bidangnya. Sehingga, uang kita aman dan bisa beranak pinak, bukannya hilang karena risiko besar pasar yang kerap terjadi.

• Syukurilah berapa pun gaji yang diterima dengan tetap bersedekah dengan ikhlas. Tak ada kisah di dunia, orang karena bersedekah menjadi miskin. Malah sebaliknya, bisa mendatangkan rejeki yang tak diduga-duga. Karena itu, alokasikan salah satu bagian dari gaji untuk keperluan ini. Selain itu, alokasikan juga untuk kebutuhan tidak terduga, misalnya uang sumbangan untuk kondangan atau menyumbang teman yang sedang sakit.
sumber andriewongso

No comments:

Post a Comment