Dari sekian banyak resolusi yang sudah Anda siapkan untuk tahun 2016,
meningkatkan kesehatan lebih baik juga ikut masuk dalam catatan.
Hidup sehat sengat penting sebagai modal diri untuk melakukan sesuatu yang lebih baik lagi tentunya.
Tidak hanya kesehatan tubuh, kesehatan mental juga penting di tingkatkan demi kehidupan yang lebih baik. Jika Anda bingung bagaimana memulainya, beberapa cara berikut mungkin bisa membantu Anda.
Dikutip dari Medical Daily, berikut enam tips untuk memulai hidup sehat, baik jiwa maupun raga:
Hidup sehat sengat penting sebagai modal diri untuk melakukan sesuatu yang lebih baik lagi tentunya.
Tidak hanya kesehatan tubuh, kesehatan mental juga penting di tingkatkan demi kehidupan yang lebih baik. Jika Anda bingung bagaimana memulainya, beberapa cara berikut mungkin bisa membantu Anda.
Dikutip dari Medical Daily, berikut enam tips untuk memulai hidup sehat, baik jiwa maupun raga:
1. Tidur cukup
Jika di tahun 2015 lalu Anda selalu
merasa kurang tidur, sebaiknya buat resolusi agar Anda bisa tidur cukup
selama 2016 karena manfaat tidur sangat baik untuk tubuh dan pikiran.
Paling tidak, Anda harus memiliki waktu tidur selama 7-9 jam. Sebab, menurut penelitian dari National Sleep Foundation, kekurangan tidur akan membuat proses berpikir melambat.
Hal ini akan berujung pada masalah memori, meningkatkan depresi, memicu tekanan darah tinggi, menggaggu suasana hati sampai melemahkan sistem pertahanan tubuh.
Mulailah untuk mendesain suasana kamar sehingga Anda lebih bisa tidur nyenyak. Hindari kebisingan dan cahaya terang.
Paling tidak, Anda harus memiliki waktu tidur selama 7-9 jam. Sebab, menurut penelitian dari National Sleep Foundation, kekurangan tidur akan membuat proses berpikir melambat.
Hal ini akan berujung pada masalah memori, meningkatkan depresi, memicu tekanan darah tinggi, menggaggu suasana hati sampai melemahkan sistem pertahanan tubuh.
Mulailah untuk mendesain suasana kamar sehingga Anda lebih bisa tidur nyenyak. Hindari kebisingan dan cahaya terang.
2. Seimbangkan pola makan
Pola makan yang tidak seimbang akan
menyebabkan kegemukan, memicu penyakit jantung, diabetes tipe 2, bahkan
bisa memicu kanker tertentu serta perubahan di otak.
Menurut penelitian, bayi monyet yang lahir dari ibu yang terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak cenderung mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Ketika peneliti mencoba untuk melihat otak mereka, ternyata ditemukan produksi dopamin yang sangat sedikit yang mempengaruhi motivasi dan rasa bahagia.
Dalam studi lainnya ditemukan, anak yang mengonsumsi banyak asam lemak omega-3, zat besi, zinc, asam folat, dan vitamin A, B6, B12, and C, terbukti mendapatkan nilai yang lebih tinggi dalam tes setelah enam bulan.
Menurut penelitian, bayi monyet yang lahir dari ibu yang terlalu banyak mengonsumsi makanan berlemak cenderung mengonsumsi makanan yang tidak sehat. Ketika peneliti mencoba untuk melihat otak mereka, ternyata ditemukan produksi dopamin yang sangat sedikit yang mempengaruhi motivasi dan rasa bahagia.
Dalam studi lainnya ditemukan, anak yang mengonsumsi banyak asam lemak omega-3, zat besi, zinc, asam folat, dan vitamin A, B6, B12, and C, terbukti mendapatkan nilai yang lebih tinggi dalam tes setelah enam bulan.
3. Olahraga teratur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Harvard Medical School, olahraga yang melatih ketahanan tubuh dapat
meningkatkan protein yang mengaktifkan gen pemicu pertumbuhan saraf
yang berperan dalam peningkatan kemampuan belajar dan memori. Protein
tersebut juga dipercaya mampu memperlambat perkembangan penyakit
alzheimer dan parkinson.
Pilih olahraga yang bisa melatih ketahanan tubuh, lalu tekuni selama beberapa minggu secara teratur. Lama-kelamaan kebisaan berolahraga pun akan terbentuk.
Pilih olahraga yang bisa melatih ketahanan tubuh, lalu tekuni selama beberapa minggu secara teratur. Lama-kelamaan kebisaan berolahraga pun akan terbentuk.
4. Melatih pikiran
Penelitian dari Florida State University
menemukan bahwa orang yang dapat mengontrol dan melatih pikirannya
seperti mencuci piring yang kotor.
Dengan fokus pada tahapan mencuci, fokus pada sabun, aromanya, juga gerakan mencuci, peserta penelitian dapat menurunkan tingkat stresnya. Orang yang telah melakukan latihan berpikir ini selama delapan minggu dengan melakukan meditasi akan mengalami perbaikan pada otaknya terkait kemampuan memori, empati, dan stres.
Untuk memaksimalkan fungsi kesehatan mental, dokter merekomendasikan melakukan terapi berpikir yang berbasis pada kemampuan kognitif.
Jenis perawatan ini sudah banyak diterapkan di rumah sakit dan tempat rehabilitasi untuk mengurangi tingkat hormon stres seseorang dan mengembalikan kembali perhatian mereka terhadap apa yang terjadi sekarang agar mereka tidak terperangkap pada masa lalu dan masa depan.
Terapi ini hanya membutuhkan waktu 10 menit per hari dan dapat dilakukan sambil melakukan pekerjaan maupun dengan meditasi dan mendengarkan musik.
Dengan fokus pada tahapan mencuci, fokus pada sabun, aromanya, juga gerakan mencuci, peserta penelitian dapat menurunkan tingkat stresnya. Orang yang telah melakukan latihan berpikir ini selama delapan minggu dengan melakukan meditasi akan mengalami perbaikan pada otaknya terkait kemampuan memori, empati, dan stres.
Untuk memaksimalkan fungsi kesehatan mental, dokter merekomendasikan melakukan terapi berpikir yang berbasis pada kemampuan kognitif.
Jenis perawatan ini sudah banyak diterapkan di rumah sakit dan tempat rehabilitasi untuk mengurangi tingkat hormon stres seseorang dan mengembalikan kembali perhatian mereka terhadap apa yang terjadi sekarang agar mereka tidak terperangkap pada masa lalu dan masa depan.
Terapi ini hanya membutuhkan waktu 10 menit per hari dan dapat dilakukan sambil melakukan pekerjaan maupun dengan meditasi dan mendengarkan musik.
5. Bersosialisasi
Selain bisa meningkatkan hubungan dengan
orang-orang di sekitar, bersosialisasi ternyata juga bisa melatih otak
dan membentuk koneksi antar saraf. Penelitian juga menemukan kalau
bersosialisasi dapat menghindari penyakit demensia seperti alzheimer.
Para peneliti menemukan bahwa orang yang berpartisipasi dan bersosialisasi dalam aktivitas yang berhubungan dengan kecerdasan dapat memiliki kinerja yang lebih baik dalam tes kognitif dibandingkan mereka yang hanya menonton di televisi.
Dalam penelitian lainnya, orang dewasa lainnya yang menjaga koneksi luas mereka lebih dari empat tahun mengalami risiko demensia lebih sedikit, yaitu sekitar 26 persen jika dibandingkan dengan mereka yang mempunyai koneksi yang lebih sempit.
Dengan cara bersosialisasi dan bergabung di dalam pergaulan yang luas, lama-kelamaan pikiran pun akan menjadi lebih baik, tajam, serta bisa mengurangi kecemasan dan stres. Cara ini juga membuat seseorang merasa lebih didukung dan dicintai.
Para peneliti menemukan bahwa orang yang berpartisipasi dan bersosialisasi dalam aktivitas yang berhubungan dengan kecerdasan dapat memiliki kinerja yang lebih baik dalam tes kognitif dibandingkan mereka yang hanya menonton di televisi.
Dalam penelitian lainnya, orang dewasa lainnya yang menjaga koneksi luas mereka lebih dari empat tahun mengalami risiko demensia lebih sedikit, yaitu sekitar 26 persen jika dibandingkan dengan mereka yang mempunyai koneksi yang lebih sempit.
Dengan cara bersosialisasi dan bergabung di dalam pergaulan yang luas, lama-kelamaan pikiran pun akan menjadi lebih baik, tajam, serta bisa mengurangi kecemasan dan stres. Cara ini juga membuat seseorang merasa lebih didukung dan dicintai.
6. Kecerdasan Emosional
Emosi dan suasana hati dapat mengontrol
hidup seseorang. Jika keduanya terganggu, maka seseorang akan mengalami
susah tidur, tidak nafsu makan, tidak mau berolahraga, sulit
bersosialisasi dan bahkan sulit bermeditasi untuk mendapatkan pikiran
yang lebih sehat.
Oleh sebab itu, emosi yang dikelola dengan baik, sangat penting bagi seseorang sebagai kemampuan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan baik. Berdasarkan sebuah penelitian tahun 2010, para peneliti menemukan bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan positif dengan kesehatan mental. Orang-orang yang berempati dengan orang lain dan dapat mengenali emosinya sendiri memiliki nilai kesehatan mental yang lebih tinggi.
Kabar baiknya, kecerdasan emosional dapat dibentuk sehingga memungkinkan untuk mengalami perubahan yang lebih baik di dalam diri. Dengan belajar bagaimana mengontrol dan mengelola emosi, Anda akan dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan Anda, serta mencocokkan diri dengan dunia sekitar.
Oleh sebab itu, emosi yang dikelola dengan baik, sangat penting bagi seseorang sebagai kemampuan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan baik. Berdasarkan sebuah penelitian tahun 2010, para peneliti menemukan bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan positif dengan kesehatan mental. Orang-orang yang berempati dengan orang lain dan dapat mengenali emosinya sendiri memiliki nilai kesehatan mental yang lebih tinggi.
Kabar baiknya, kecerdasan emosional dapat dibentuk sehingga memungkinkan untuk mengalami perubahan yang lebih baik di dalam diri. Dengan belajar bagaimana mengontrol dan mengelola emosi, Anda akan dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan Anda, serta mencocokkan diri dengan dunia sekitar.
sumber cnn
No comments:
Post a Comment