Gangguan sendi juga disebabkan oleh menipisnya tulang rawan di
daerah persendian akibat penuaan. Sementara, kini banyak produk yang
mengklaim mampu memperbaiki kondisi itu. Produk-produk tersebut
rata-rata mengandung glukosamin.
Menurut dokter spesialis ortopedi RS Premier Bintaro Sapto Adji Hardjosworo, produk-produk glukosamin
yang mengklaim mampu memperbaiki kondisi sendi sebenarnya tidak
sepenuhnya benar. Pasalnya, untuk mencapai bagian sendi dan memperbaiki
kondisi tulang rawan yang melapisi sendi, harusnya akan sangat banyak glukosamin yang dikonsumsi.
Sementara produk glukosamin rata-rata dikonsumsi dengan cara diminum, baik dalam produk susu atau suplemen, ataupun produk oles seperti salep. Glukosamin dalam produk-produk tersebut belum tentu benar-benar dapat memulihkan kondisi sendi yang tulang rawannya sudah terkikis.
"Maka dari itu, biasanya penggunaan produk glukosamin
tidak terlalu disarankan. Kalaupun iya, penggunaannya akan diuji coba
selama tiga bulan, bila tidak ada hasil, sebaiknya dihentikan," ujarnya
saat diwawancarai beberapa waktu lalu di Tangerang Selatan.
Tiga bulan adalah waktu standar uji coba sebuah produk bukan obat,
misalnya suplemen. Biasanya setelah tiga bulan akan terlihat manfaat
dari produk tersebut.
Glukosamin sebenarnya merupakan bahan penyusun tulang rawan pada
sendi. Seiring bertambahnya usia, tulang rawan akan menipis, sehingga
konsumsi produk-produk glukosamin diharapkan dapat memperbaiki kondisi
tersebut.
Akan tetapi, tulang rawan pada sendi adalah bagian tubuh yang
sangat sedikit dialiri darah karena minim pembuluh darah. Sehingga glukosamin yang dikonsumsi akan sulit mencapai bagian tersebut.
Meskipun risiko pengikisan tulang rawan sendi pasti meningkat
seiring bertambahnya usia, namun dengan menghindari aktivitas-aktivitas
tertentu, risiko ini akan semakin kecil dan baru terjadi di usia yang
lebih tua. Aktivitas itu antara lain turun tangga, berlari, dan
aktivitas dampak tinggi lainnya.
sumber kompas
No comments:
Post a Comment