Friday, 15 May 2015

13 Penyakit Miskin Mental yang Harus Dibuang

Seseorang yang memiliki sikap “Kaya Mental” setiap kali menghadapi situasi sulit dan tampak tak mungkin, tidak akan menyerah. Sebaliknya, mereka yang memiliki sikap “Miskin Mental”, saat menghadapi situasi yang mudah pun, akan melihatnya teramat sulit.

Sebenarnya orang yang memiliki sikap kaya mental pun berhadapan dengan situasi untuk menyerah, tetapi mereka menolak menyerah. Sikap miskin mental seperti apa yang paling umum mereka hindari? Seorang kolumnis Majalah Forbes, Cheryl Snapp Conner, mengumpulkan 13 sikap miskin mental yang dihindari orang sukses.

1. Buang waktu menyesali diri sendiri. Orang kaya mental tak akan menyesali kondisi kurang beruntung yang dimilikinya. Mereka juga tidak menyalahkan pihak lain. Mereka selalu beranggapan dan belajar bahwa tanggung jawab tindakan dan hasilnya berada pada dirinya sendiri. Jika hasil tindakannya ternyata buruk, mereka tak menyesalinya tapi langsung membuat tindakan positif berikutnya agar ia tetap bisa melangkah

2 . Merendahkan orang lain. Orang kaya metal menghindari tindakan dan perkataan yang merendahkan orang lain. Mereka sadar bahwa kekuatannya terletak pada kemampuannya mengelola respons. Mereka memahami bahwa emosi dan tindakannya selalu bisa dikendalikan.

3 . Malu berubah. Yang mereka takutkan bukan perubahan tetapi justru stagnan. Karena itu orang kaya mental selalu menyambut baik perubahan dan menganggapnya sebagai tantangan.

4. Buang energi pada sesuatu yang tak dapat dikendalikan. Orang kaya mental tak mengeluhkan kemacetan, kehilangan bagasi, atau tentang orang lain karena mereka menyadari bahwa respons terhadap semua faktor itu pada dasarnya bisa dikendalikan. Jika hal itu terjadi padanya mereka selalu bisa mengendalikan diri.

5. Khawatir saat menyenangkan orang lain. Apakah menyenangkan orang lain cermin kelemahan atau kekuatan? Banyak orang yang khawatir ketika akan membuat orang lain senang karena itu akan merusak imejnya. Tetapi orang kaya mental tak pernah mengkhawatirkannya, sejauh ia berlaku adil dan wajar.

6. Takut menghitung risiko. Orang kaya mental senang menghitung risiko karena dengan demikian mereka bisa menghitung risiko buruknya dan menimbang keuntungannya secara bersamaan.

7. Berdiam di masa lalu. Orang kaya mental menghindari untuk terus terpuruk pada masa lalu atau membanggakan kejayaan masa lalu. Mereka selalu menginvestasikan energi terbesarnya dengan mengoptimalkan masa kini dan masa depan.

8. Membuat kesalahan yang sama berulang-ulang. Seseorang yang kaya mental selalu bertanggung jawab pada hasil kerjanya di masa lalu dan menjadikan kesalahan masa lalu sebagai bahan pembelajaran sehingga kesalahan yang sama tak terulang.

9. Membenci keberhasilan orang lain. Dibutuhkan kekuatan karakter untuk merasakan sukacita yang tulus dan semangat untuk keberhasilan orang lain. Orang kaya mental memiliki kemampuan ini. Mereka tidak cemburu atau marah ketika orang lain berhasil.

10. Menyerah setelah gagal. Setiap kegagalan adalah kesempatan untuk memperbaiki. Orang kaya mental bersedia gagal lagi dan lagi, jika perlu, selama pengalaman belajar dari setiap "kegagalan" dapat membawa mereka lebih dekat ke tujuan akhir mereka.

11. Takut sendirian. Orang kaya mental tak takut sendirian. Saat sendiri justru mereka butuhkan atau lakukan untuk merencanakan sesuatu yang lebih produktif.

12. Merasa dunia berutang banyak kepadanya. Orang bermental miskin merasa dunia memperlakukannya tidak adil dengan selalu beranggapan ia seharusnya meraih pendapatan, gaji, atau hasil lebih baik dari saat ini. Sedangkan orang kaya mental selalu beranggapan bahwa mereka harus selalu siap bekerja dan seberapa tingginya pendapatan (suksesnya) bergantung pada seberapa besar, seberapa keras kerja mereka.

13. Mengharapkan hasil segera. Orang kaya mental selalu menganggap hasil terbaik tak mungkin datang tiba-tiba atau dengan cepat. Apa yang mereka lakukan saat ini adalah investasi untuk masa depan. Mereka tahu setiap sukses ada harga yang harus dibayar berupa perjuangan, kerja keras, dan juga waktu.
sumber andriewongso

No comments:

Post a Comment