Tuesday 24 March 2015

Belajar dari Para Olympian

Ada banyak olahragawan yang di masa pensiunnya memilih profesi jadi motivator. Tentu saja bekal terbesar menempuh profesi ini adalah prestasinya yang luar biasa saat masih menjadi atlet. Tanpa prestasi itu, pendapatnya mungkin sulit diterima oleh khalayak karena dianggap kurang pembuktian.

Atlet yang heroik saat meraih prestasi tertinggi dalam suatu perlombaan hampir selalu mendapat banyak pertanyaan seputar apa rahasia keberhasilannya itu. Dari jajaran atlet-atlet itu, “para pensiunan” Olimpiade menempati posisi teratas. Banyak di antara mereka yang kini menjadi motivator ulung seperti John Naber (perenang AS peraih empat medali emas dan pembuat rekor hanya dalam satu Olimpiade/1976), Dame Kelly Holmes (atlet pertama Inggris yang meraih medali emas lari 800 meter dan 1500 meter di Olimpiade 2004), Duncan Goodhew (perenang Inggris peraih medali emas Olimpiade 1980), dan sebagainya.

Apa kelebihan para atlet Olimpiade (Olympian) itu? Menurut psikolog Kristen Dieffenbach, ada beberapa sikap yang menjadi mindset para atlet Olimpiade sehingga mereka memiliki karakter sukses. Sikap inilah yang membawa mereka meraih prestasi gemilang. Kabar baiknya, sikap atau karakter sukses itu tak hanya bisa diterapkan di kalangan para olahragawan, tetapi bisa diserap dan diterapkan juga untuk bidang kehidupan lainnya. Berikut 6 di antaranya:


1. Motivasi Tinggi

Para atlet Olimpiade memiliki semangat yang terus terjaga karena targetnya jelas. Target itu tak hanya meraih medali. Untuk lolos kualifikasi saja sudah menjadi prestasi tersendiri karena seleksinya begitu ketat. Karena itu, para Olympian memiliki karakter sukses yang relatif sama.

Mereka setiap hari dituntut untuk melihat perkembangan kemampuannya dalam setiap latihan. Program jangka panjangnya mungkin lolos ke Olimpiade dan setelah itu meraih medali. Namun agar mereka berhasil, kata Dieffenbach, umumnya mereka memecah target itu menjadi target-target harian yang terukur.

Penggunaan target harian ini menjadi penting sebagai pijakan untuk melangkah ke target yang lebih besar (lolos dan meraih medali). Target kecil ini juga menjadi kontrol apakah target itu bisa dicapai atau tidak. Apalagi di zaman sekarang di mana cara untuk melihat kemampuan pesaing banyak caranya. Sehingga jika prestasi atlet bersangkutan ternyata masih di bawah lawannya, ia bisa memperkuat latihannya atau mencari cara agar target itu bisa tercapai. Hal inilah yang membuat para Olympian terjaga terus motivasinya.

Ada tips dari seorang motivator yang dulunya Olympian yaitu Ruben Gonzalez (Argentina, atlet seluncur es). Ia adalah atlet pertama di dunia yang bisa berlaga di empat Olimpiade di empat dekade yang berbeda yaitu dekade 1980-an (1984), dekade 1990-an (1998), dekade 2000-an (2002), dan dekade 2010-an (2010). Prestasinya itu luar biasa mengingat saat ikut Olimpiade terakhir ia sudah berusia 48 tahun. Namun ada satu kunci suksesnya yang sering ia bagikan ke peserta seminarnya. “Catat setiap target yang ingin dicapai,” katanya.

Menurut dia, pengaruh besar mencatat target itu terlihat dari hasil penelitian. Pada tahun 1960, Harvard Business School melakukan penelitian terhadap para alumninya yaitu apa yang terjadi setelah 20 tahun mereka lulus. Ternyata 3% dari lulusannya itu secara kumulatif memiliki kekayaan setara dengan total kekayaan yang dimiliki 97% lulusan lainnya. Rahasianya sederhana saja. Mereka yang 3% itu memiliki kebiasaan mencatat setiap target yang ingin mereka kejar. Karena itu, Ruben selalu mengajarkan, jangan lupa catat setiap target yang ingin dicapai meski itu dalam kertas seukuran kartu nama. Apa pun, termasuk keinginan lolos ke Olimpiade.


2. Optimis

Para Olympian selalu melihat gelas sebagai “setengah penuh” bukan “tinggal setengah”. Mindset seperti ini mendorong mereka untuk selalu bangkit saat mereka gagal meraih prestasi tertentu karena yakin mereka masih mampu mengembangkan kemampuannya.

Selain itu mereka merasa bahwa kegagalan adalah proses yang harus mereka jalani untuk mencapai kesuksesan. Karena itu mereka selalu menikmati setiap pertandingan. Mereka juga menaruh respek pada setiap lawan yang dihadapinya sehingga tak pernah meremehkannya. Meremehkan lawan kadang jadi lubang di mana di situlah kelemahan kita terlihat. Denga mindset seperti ini setiap orang bisa selalu optimis.


3. Mengembangkan mental

Para Olympian percaya pada kemampuan dirinya sendiri. Dan karena mereka yakin akan kemampuannya, mereka jadi tekun dan ulet. Mereka menyusun targetnya berdasarkan kekuatan yang dimilikinya. Jika mereka merasa perlu untuk menambah kemampuan atau menempuh suatu pendidikan tertentu untuk menambah kekuatannya mereka akan mengambil kesempatan itu sebaik-baiknya.

Salah satu cara yang pantas dicermati adalah mereka menyusun daftar kekuatan apa yang dimilikinya dan mereka selalu me-review-nya, kalau-kalau ada yang harus dikembangkan. Dengan terus mengevaluasi kekuatannya itu tumbuh kepercayaan dirinya dan kekuatan mentalnya pun terbangun dengan baik. “Para Olympian itu masuk ke arena kompetisi dengan pengetahuan di tangan tentang apa yang harus mereka lakukan,” kata Dieffenbach.
 

4. Berpikir Positif

Para Olympian tak khawatir jika mereka harus menghadapi kegagalan. Mereka juga tak takut dikecam habis-habisan jika gagal dalam satu kejuaraan. Mereka cenderung mengambil sisi positifnya dari keduanya. Setiap kegagalan yang diterimanya akan dijadikan batu loncatan untuk melangkah ke level berikutnya dan kritikan atau kecaman akan mereka gunakan sebagai pendorong perkembangannya.
 

5. Fokus

Mereka mampu memfokuskan segala kemampuan untuk mengejar apa yang mereka targetkan. Bayangkan, jika seorang atlet akan berlaga di Olimpiade. Karena Olimpiade berlangsung empat tahun sekali, setidaknya mereka sudah harus mempersiapkan diri dalam kurun waktu empat tahun dan bahkan lebih. Selain latihan mereka juga harus mengatur pola makan, jenis makanan yang harus dikonsumsi dan lain sebagainya. Bahkan agar target mereka bisa dicapai, mereka juga harus mengatur waktu istirahatnya akan diisi dengan kegiatan apa. Itulah kerja keras yang mereka lakukan. Karena itu mereka terlatih untuk selalu fokus.
 

6. Just do it!

Seorang Olympian selalu berlatih keras tak peduli suka atau tidak. Ia akan berlatih melebihi atlet lainnya karena tahu, tak gampang berlaga di Olimpiade. Bahkan untuk sekadar lolos pun dibutuhkan usaha yang mati-matian.

Pada suatu kali ada seorang peraih medali emas Olimpiade diwawancara wartawan. Si wartawan menanyakan mengenai pola latihannya. “Berapa lama Anda berlatih setiap harinya?” Si atlet menyahut, “Saya berlatih hanya di dua kesempatan. Kesempatan pertama saat saya ingin berlatih, kesempatan kedua ketika saya tak mau berlatih.” Ini menunjukkan bahwa para Olympian sukses memiliki kebiasaan berlatih setiap saat. Tak peduli apakah ia memang mau berlatih atau sedang malas berlatih.
sumber andriewongso

No comments:

Post a Comment