Saturday, 29 August 2015

Pantang Menyerah


Berjuang sampai titik darah penghabisan bukan omong kosong semata. Keyakinan dalam dirilah yang akan menguatkan kita mencapai sukses yang sebenarnya.

Kata-kata pantang menyerah sepertinya mudah diucapkan. Namun, pada kenyataannya, banyak yang memilih untuk menyerah karena merasa memang sudah berjuang maksimal dan belum memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Padahal, banyak teori sukses telah dibaca, direnungkan, diresapi, dan dipraktikkan. Tak jarang, bahkan jungkir balik menjalankan segala macam usaha dan aneka daya telah dimaksimalkan. Begini sudah, begitu sudah. Lantas, apalagi yang harus dilakukan sehingga kita tidak menyerah kalah?


Memang, banyak pengusaha yang sudah mati-matian melakukan segala rupa untuk menyelamatkan usaha. Banyak pula yang sudah ke sana kemari untuk mencari jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi. Bahkan, ungkapan kepala jadi kaki, kaki jadi kepala bukan sekadar ungkapan, tapi sudah jadi kenyataan! Lantas, apalagi yang harus dilakukan agar kita bisa tidak menyerah, padahal keringat terakhir sudah habis menetes?

Sakit hati, bangkrut, rugi, dan berbagai “penyakit” pengusaha sudah dirasakan. Jatuh bangun, bahkan ditindih dan ditekan sudah pernah dihadapi. Pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pun sudah berulang kali terjadi. Ditipu supplier, rekan bisnis, hingga uang yang harusnya diterima malah lenyap entah ke mana, menjadi kejadian yang tak kan terlupa sepanjang masa. Jika sudah begitu, apakah kata pantang menyerah masih bisa menjadi “kekuatan nyata” untuk mengubah segalanya?

Mencuplik lagu almarhum Chrisye, “Badai Pasti Berlalu”, maka jawaban dari semua kondisi itu pasti selalu ada jalan. Yang jadi pertanyaan, seberapa sanggup kita bertahan di tengah amukan gelombang ujian yang menerpa usaha kita? Seberapa kuat kita punya tenaga untuk bertahan dalam berbagai ancaman gelombang yang siap meluluhlantakkan usaha yang sudah dibangun susah-payah sebelumnya?

Coba baca, lihat, dan pelajari kisah sukses pengusaha atau usaha yang bisa bertahan sekian lama. Atau, perhatikan kisah hidup pengusaha yang bisa jadi inspirasi. Hampir semua kisah mereka, pasti ada perjuangan berat—bahkan sangat berat—yang dilewati. Kalau pun ada yang sepertinya mulus-mulus saja, lihat lebih jauh lagi ke sejarah hidup di masa lampaunya. Pasti ada beberapa pembelajaran hidup yang jadi bekal mereka hingga meraih sukses luar biasa, setelah mampu melewati badai terganas dalam kehidupannya. Lantas, apa sebenarnya kunci rahasia sukses mereka agar mampu benar-benar pantang menyerah menghadapi berbagai ujian dan cobaan? Berikut beberapa hal yang disarikan dari beberapa wawancara terpisah dan sumber lainnya…

• Temukan dorongan terkuat

Entah apa nama dan istilahnya—lentera jiwa, energi minimal, atau apa pun—tapi sebagian besar orang sukses memiliki ini. Dalam buku Revolusi Pedas Sang Presiden Maicih, Reza Nurhilman, sang pengusaha muda yang sukses dengan keripik pedasnya, menyebut bahwa dirinya pernah mengalami masa suram. Kemudian, semua itu berubah ketika ia mendengar kisah sukses seseorang yang berubah hidupnya demi mengubah derajat hidup diri dan ibunya. Ketika itu, Reza juga mengalami hal yang hampir serupa, dididik dan dibesarkan oleh seorang ibu yang bekerja keras untuknya, namun ia belum bisa berbuat apa-apa, malahan banyak menyusahkan. Hatinya terketuk. Sejak itu, ia bertekad kuat untuk mengubah nasib dan tak ingin lagi merepotkan ibunya. Berbagai ujian dan tantangan keras saat berusaha selalu berhasil dikalahkan karena dorongan sangat kuat akibat ingin mengubah nasib diri dan keluarga, terutama ibunya.

Dorongan terkuat ini yang sering kali bisa menyelamatkan usaha yang kita jalankan. Hanya saja, untuk menemukan dorongan terkuat ini kadang kita harus benar-benar mencari. Misal, ingin mengangkat martabat keluarga, ingin agar tak lagi dianggap sebelah mata. Intinya, terus mencari dan coba jadikan itu sebagai dorongan dan sekaligus pengingat saat menghadapi masa-masa berat. Niscaya, dengan dorongan itu, kita akan lebih kuat menghadapi berbagai cobaan.

• Yang lalu, biarlah berlalu

Kadang, saat badai gelombang ujian terjadi, kita merasa sudah benar-benar terpuruk. Saat itulah, kita sering kali hanya berfokus pada apa yang telah terjadi. Akibatnya, kita jadi cenderung makin terpuruk mengingat-ingat kejadian negatif yang menimpa. Bukannya mencari solusi, kita sibuk mencari-cari kesalahan. Akibatnya, kinerja tim dan orang-orang di sekitar sering kali ikut kena getah. Padahal, jika mau lebih bijak, dan kemudian fokus ke depan, akan banyak pencerahan yang bisa diambil dari kisah keterpurukan sebelumnya. Seorang pengusaha kargo yang tidak mau disebut namanya mengatakan, dirinya pernah tertipu miliaran. Bahkan, kontainer yang berisi muatan bernilai ratusan juta pernah juga ikut hilang. Menurutnya, jika ia mau, semua itu bisa ditelisik lebih jauh. Namun, ia memilih untuk berkonsentrasi mencari order dan order lagi, sehingga kerugian yang terjadi bisa tertutupi. Ia memang tidak 100% melepas masalah sebelumnya, tapi ia menyerahkan itu—apa pun hasilnya—pada yang berwenang. Ia lebih memilih berkonsetrasi memikirkan ke depan dan menyebut, “Yang lalu, biarlah berlalu.”

Dengan konsep berpikir yang lalu biarlah berlalu, kemudian mengambil pelajaran, lantas berkonstrasi untuk melakukan perbaikan ke depan, separah apa pun kondisi yang dialami, bisa jadi malah akan jadi pendorong semangat yang luar biasa untuk memperbaiki keadaan. Karena itu, jangan merasa patah arang saat semua ujian seolah sedang tertimpakan pada kita. Tapi, lihat dan fokus ke depan, sebab di depan sana “badai” bisa jadi memang telah benar-benar berlalu.

• Sadari kita punya kelebihan

Saat sedang berpikir untuk kalah dan menyerah, coba lihat kembali segala macam potensi yang pernah kita miliki. Buat daftar dan bandingkan dengan kondisi sekeliling. Misalnya: saya punya 1000 teman di jaringan BBM dan WA; saya punya keluarga dekat yang mendukung usaha; saya punya akses bertemu dengan orang yang saya ingin temui; saya punya…. (silakan isi sendiri). Setelah membuat daftar tersebut, coba lihat. Betapa banyak potensi yang sebenarnya kita miliki. Kita punya banyak kelebihan yang bisa jadi belum atau bahkan tidak dimiliki oleh siapa pun. Jika itu bisa dimaksimalkan kembali, pasti masih ada banyak peluang yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan usaha.

Kisah Sandiaga Uno ketika kali pertama menerjuni dunia usaha bisa menjadi contoh. Ia berkali-kali ditolak saat menawarkan jasa usahanya. Ketika menceritakan hal itu pada sang ayah, ia mendapat “teguran”. “Orang lain ketemu untuk bisa presentasi saja susah, kamu mendapat kesempatan bisa ketemu walaupun belum goal seharusnya bisa lebih bersyukur,” nasihat sang ayah. Mendapat teguran itu, Sandiaga Uno terdasar sehingga ia bisa memaksimalkan segala kesempatan untuk bangkit dan akhirnya bisa sukses.

Karena itu, coba selalu gali ke dalam diri lebih dalam. Temukan berbagai hal yang bisa diubah jadi potensi untuk mengalahkan tantangan sesulit apa pun. Jika itu berhasil kita temukan, niscaya kata pantang menyerah bukan lagi sekadar kalimat penyemangat…
sumber kompas

No comments:

Post a Comment