Medan adalah salah kota besar di Indonesia dengan penduduknya yang heterogen. Namun kota ini dikelola dengan tangan yang salah sehingga masyarakatnya pun merasa kesalahan itu menjadi sesuatu yang benar.
Sebagai contoh adalah maju saat lampu merah menjadi hal biasa bahkan orang yang maju lampu hijau diklakson. Itu salah satu hal pertama yang saya rasakan di Medan.
Jika hendak belok dan menyalakan lampu sen, jangan harap diberi jalan, yang ada diklakson.
Ada beberapa tempat belanja yang pernah saya datangi, ketika mengantri di kasir, bisa-bisanya si kasir ngobrol sama temannya sementara antrian cukup panjang. wadau....
Ada satu tempat makan yang saya sudah beberapa kali saya kunjungi, tempat makan ini cukup terkenal di medan dan ada beberapa cabang. Ketika saya minta sendok, ada hal yang mengagetkan, dimana si pelayan menaruh sendoknya di meja tanpa dibungkus tisyu, hebat kan? geleng-geleng gua
Hampir semua jalan di Medan ada penguasanya, parkir liar dimana-mana, parkir motor 2000 kalo mobil ada yang 3000 ada juga yang 4000, belum turun dari motor cuma nanya barang disuruh bayar parkir. Ngeselin tapi apa boleh buat.
Banyak makanan di sini serba pedas, padahal sudah dibilang jangan pedas sedikit pun tapi tetap saja pedas. Yang jualan bilangnya sikit aja, tapi begitu dimakan pedas banget.
Jika naik bentor atau becak motor di sini harus jago nawar karena sepengalaman saya jarak dekat bisa mahal, tapi jarak jauh bisa murah. Ketika Anda naik bentor, Anda akan merasakan bagaimana orang Medan mempunyai rasa kepemilikan yang tinggi dimana merasa jalan punya kakeknya sehingga jalan seenaknya, berhenti seenaknya.
Naek angkot di Medan sangat berguna jika Anda yang sedang buru-buru karena rata-rata angkot disini pembalap, ngebut dan ga sabaran supirnya, tapi jika berhenti nunggu penumpang, mau di tengah jalan sekali pun diklakson tidak bergeming, tetap berhenti. Inilah gilanya Medan.
Satu lagi yang menarik disini adalah sering mati lampu dan lama hidup kembali.
Sekian dulu cerita dari saya di Medan.
No comments:
Post a Comment