Banyak inspirasi yang diberikan para peraih medali di ajang
olahraga dunia sekelas Olimpiade. Di antaranya adalah dari para pemecah
rekor. Sebagian menyebutkan kesuksesannya itu karena teknis, sebagian
lain karena kekuatan psikologis.
Setiap pencetak rekor memiliki kisah perjuangan yang khas sebelum meraih prestasinya itu. Banyak di antaranya yang bisa dipelajari sebagai motivasi untuk meraih prestasi tertinggi baik di dunia olahraga maupun kehidupan lainnya. Sebelum mendapatkan segudang inspirasi lagi dari para juara di Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil 2016, mari simak apa yang dilakukan para peraih rekor di Olimpiade terakhir—London 2012 lalu:
Setiap pencetak rekor memiliki kisah perjuangan yang khas sebelum meraih prestasinya itu. Banyak di antaranya yang bisa dipelajari sebagai motivasi untuk meraih prestasi tertinggi baik di dunia olahraga maupun kehidupan lainnya. Sebelum mendapatkan segudang inspirasi lagi dari para juara di Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil 2016, mari simak apa yang dilakukan para peraih rekor di Olimpiade terakhir—London 2012 lalu:
1. Usain Bolt, pemegang rekor lari 100 m
Pelari asal Jamaika ini memenangkan nomor lari 100 m plus mencatatkan
rekor Olimpiade baru dengan waktu 9,63 detik. Rekor tersebut mempertajam
rekor Olimpiade sebelumnya yang ia buat di Beijing 2008, yakni 9,69
detik. Apa rahasia suksesnya? “Saya telah belajar bertahun-tahun bahwa
jika kita memikirkan perlombaan terus (ketika akan bertanding), hal itu
justru akan membuat kita stres. Jadi saya coba lebih rileks dengan
bermain video games,” katanya. Ini nasihat sederhana namun di tengah
persaingan yang sengit ketenangan justru menjadi modal berharga. Tentu
saja hal itu dilakukan setelah sebelumnya berlatih keras karena tanpa
usaha tak ada rekor yang bisa dibuat.
2. Ye Shiwen, pemegang rekor renang 200 m dan 400 m gaya ganti
2. Ye Shiwen, pemegang rekor renang 200 m dan 400 m gaya ganti
Dalam usianya yang masih 16 tahun, Ye Shiwen mampu membuat dunia
terkejut dengan membuat dua rekor di cabang renang 200 m gaya ganti dan
400 m gaya ganti. Di 400 m gaya ganti ia memecahkan rekor dunia dengan
catatan waktu 4 menit 28,43 detik. Sedangkan rekor Olimpiade di 200 m
dibuat dengan waktu 2 menit 07,57 detik.
Prestasinya di 400 meter sangat mencengangkan. Gaya ganti ini berarti berenang dengan urutan gaya kupu-kupu, gaya punggung, gaya dada, dan gaya bebas yang masing-masing ditempuh per 50 meter sebanyak dua kali putaran. Ketika berenang gaya bebas di 50 meter pertama ia mencatatkan waktu 29,25 detik dan di gaya bebas kedua waktunya menjadi 28,93 detik. Kecepatan ini malah melebihi kecepatan perenang pria Ryan Lochte. Karena dianggap tak wajar banyak yang menduga ia melakukan doping. Namun banyak juga yang membela, termasuk para pelatihnya. Shiwen sendiri menyebutkan keberhasilannya itu sebagi hasil dari kerja keras. "Catatan waktu itu saya dapat dari kerja keras serta latihan keras dan saya tidak akan pernah menggunakan obat-obatan yang dilarang," katanya.
3. Melissa Jeanette Franklin, pemegang rekor gaya punggung 200 m
Prestasinya di 400 meter sangat mencengangkan. Gaya ganti ini berarti berenang dengan urutan gaya kupu-kupu, gaya punggung, gaya dada, dan gaya bebas yang masing-masing ditempuh per 50 meter sebanyak dua kali putaran. Ketika berenang gaya bebas di 50 meter pertama ia mencatatkan waktu 29,25 detik dan di gaya bebas kedua waktunya menjadi 28,93 detik. Kecepatan ini malah melebihi kecepatan perenang pria Ryan Lochte. Karena dianggap tak wajar banyak yang menduga ia melakukan doping. Namun banyak juga yang membela, termasuk para pelatihnya. Shiwen sendiri menyebutkan keberhasilannya itu sebagi hasil dari kerja keras. "Catatan waktu itu saya dapat dari kerja keras serta latihan keras dan saya tidak akan pernah menggunakan obat-obatan yang dilarang," katanya.
3. Melissa Jeanette Franklin, pemegang rekor gaya punggung 200 m
Perempuan kelahiran 10 Mei 1995 ini merebut empat medali emas di
Olimpiade 2012 London yaitu dua dari gaya punggung (100 m dan 200 m),
estafet gaya bebas (4 x 400 m) dan estafet gaya ganti (4 x 100 m). Di
gaya punggung 200 m ia mencatatkan rekor dunia dengan waktu 2 menit
04,06 detik. Menurutnya ia selalu berusaha rileks setiap kali
bertanding. Selain itu adalah dukungan orangtua. Orangtuanya selalu
berada di belakangnya apakah ia menang atau kalah. Hal ini penting
karena dengan dukungan saat kalah hal ini justru akan mendorongnya untuk
memperbaiki kekurangan. “Kekalahan bukan akhir dari segalanya,”
katanya.
4. Om Yun-Chol, pemegang rekor angkat berat kelas 56 kg
4. Om Yun-Chol, pemegang rekor angkat berat kelas 56 kg
Prestasi Om Yun-Chol (Korea Utara) di cabang angkat berat kelas 56 kg
mengejutkan. Hampir tak ada yang menduga ia akan memenangkan medali
emas. Bahkan ia ditempatkan di kelompok B yang main di pagi hari. Juara
dunia Wu Jingbiao (Tiongkok) berada di kelompok A bersama unggulan
lainnya. Kelompok B ini umumnya tak diunggulkan akan meraih medali.
Namun prestasi yang dibuat Yun-Chol di pagi hari sudah membuat rekor
Olimpiade baru untuk angkatan clean & jerk dengan total angkatan 293
kg (125 kg snatch dan 168 kg clean & jerk). Ternyata total angkatan
itu tak bisa disamai para unggulan yang bertanding sore harinya hingga
Yun-Chol berhak atas medali emas.
Ia melakukannya dengan trik menarik. Dalam tiga kali angkatan ia melakukannya dengan langsung mengangkat beban yang berat, 160 kg yang kemudian tambah menjadi 165 kg dan 168 kg. Padahal Jingbiao saja memulainya dengan angkatan 156 kg. "Saya ingin mengangkat beban yang berat dan membuat atlet lain gugup. Saya ingin menciptakan tekanan lebih kepada atlet-atlet lain," katanya. Taktiknya itu berhasil.
5. Erba Tiki Gelana, pemegang rekor maraton putri
Ia melakukannya dengan trik menarik. Dalam tiga kali angkatan ia melakukannya dengan langsung mengangkat beban yang berat, 160 kg yang kemudian tambah menjadi 165 kg dan 168 kg. Padahal Jingbiao saja memulainya dengan angkatan 156 kg. "Saya ingin mengangkat beban yang berat dan membuat atlet lain gugup. Saya ingin menciptakan tekanan lebih kepada atlet-atlet lain," katanya. Taktiknya itu berhasil.
5. Erba Tiki Gelana, pemegang rekor maraton putri
Pelari yang diunggulkan meraih medali emas maraton putri sebenarnya
adalah pelari-pelari Kenya dan Rusia. Namun kenyataannya yang jadi
pemenang justru pelari debutan asal Etiopia, Tiki Gelana. Ia bahkan
mencatatkan rekor Olimpiade baru 2 jam 23 menit 7 detik.
Ini adalah medali emas pertama Etiopia dari cabang maraton setelah Fatuma Roba melakukannya pada Olimpiade Atlanta 1996. Karena itulah kemenangan ini menjadi berarti bagi Tiki dan negaranya. Apa rahasia kemenangannya? “Ini pertama kalinya saya ikut Olimpiade. Yang saya catat dari pengalaman ini adalah betapa pentingnya persiapan lebih dini (jauh-jauh hari). Saya akan bekerja dua kali lebih keras agar meraih waktu terbaik di Rio de Janeiro (Olimpiade 2016),” katanya.
6. Sally Pearson, pemegang rekor lari gawang 100 m putri
Ini adalah medali emas pertama Etiopia dari cabang maraton setelah Fatuma Roba melakukannya pada Olimpiade Atlanta 1996. Karena itulah kemenangan ini menjadi berarti bagi Tiki dan negaranya. Apa rahasia kemenangannya? “Ini pertama kalinya saya ikut Olimpiade. Yang saya catat dari pengalaman ini adalah betapa pentingnya persiapan lebih dini (jauh-jauh hari). Saya akan bekerja dua kali lebih keras agar meraih waktu terbaik di Rio de Janeiro (Olimpiade 2016),” katanya.
6. Sally Pearson, pemegang rekor lari gawang 100 m putri
Perempuan kelahiran 19 September 1986 ini sudah sejak lama memimpikan
meraih medali emas di Olimpiade. Ketika ia masih duduk di SMP ia mulai
belajar atletik. Dan saat usianya 14 tahun ia sudah memenangkan
kejuaraan nasional 100 m lari gawang. Saat itulah ia diperkirakan akan
menjadi pelari masa depan Australia. Namun saat berlaga di Olimpiade
Beijing, ia hanya meraih medali perak. Kekalahan itu membuatnya terus
berlatih agar bisa meraih medali emas di Olimpiade London. Terbukti di
Inggris, ia bisa menjadi yang tercepat di 100 m lari garang putri.
Bahkan ia juga membukukan rekor Olimpiade baru dengan catatan waktu 12
menit 35 detik.
”Saya menginginkan medali emas. Saya sudah bekerja empat tahun untuk mendapatkan medali emas itu dan sudah memimpikannya sejak 12 tahun lalu ketika Cathy Freeman (pelari Australia pemenang lari 400 m Olimpiade 2000 Sydney) memenangkan medali emas di Sydney,” paparnya.
Setiap atlet memang punya cara sendiri untuk memotivasi dirinya sendiri supaya mampu memberikan kemampuan terbaiknya di pesta olahraga dunia. Dengan motivasi itu mereka terdorong untuk selalu berlatih keras, fokus pada tujuan, dan akhirnya berhasil meraih apa yang diimpikannya bahkan dengan hasil yang mengagumkan. Luar biasa! Bagaimana dengan Anda?
”Saya menginginkan medali emas. Saya sudah bekerja empat tahun untuk mendapatkan medali emas itu dan sudah memimpikannya sejak 12 tahun lalu ketika Cathy Freeman (pelari Australia pemenang lari 400 m Olimpiade 2000 Sydney) memenangkan medali emas di Sydney,” paparnya.
Setiap atlet memang punya cara sendiri untuk memotivasi dirinya sendiri supaya mampu memberikan kemampuan terbaiknya di pesta olahraga dunia. Dengan motivasi itu mereka terdorong untuk selalu berlatih keras, fokus pada tujuan, dan akhirnya berhasil meraih apa yang diimpikannya bahkan dengan hasil yang mengagumkan. Luar biasa! Bagaimana dengan Anda?
Banyak inspirasi yang diberikan para peraih medali di ajang
olahraga dunia sekelas Olimpiade. Di antaranya adalah dari para pemecah
rekor. Sebagian menyebutkan kesuksesannya itu karena teknis, sebagian
lain karena kekuatan psikologis.
Setiap pencetak rekor memiliki kisah perjuangan yang khas sebelum meraih prestasinya itu. Banyak di antaranya yang bisa dipelajari sebagai motivasi untuk meraih prestasi tertinggi baik di dunia olahraga maupun kehidupan lainnya. Sebelum mendapatkan segudang inspirasi lagi dari para juara di Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil 2016, mari simak apa yang dilakukan para peraih rekor di Olimpiade terakhir—London 2012 lalu:
1. Usain Bolt, pemegang rekor lari 100 m
Setiap pencetak rekor memiliki kisah perjuangan yang khas sebelum meraih prestasinya itu. Banyak di antaranya yang bisa dipelajari sebagai motivasi untuk meraih prestasi tertinggi baik di dunia olahraga maupun kehidupan lainnya. Sebelum mendapatkan segudang inspirasi lagi dari para juara di Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil 2016, mari simak apa yang dilakukan para peraih rekor di Olimpiade terakhir—London 2012 lalu:
1. Usain Bolt, pemegang rekor lari 100 m
Pelari asal Jamaika ini memenangkan nomor lari 100 m plus mencatatkan
rekor Olimpiade baru dengan waktu 9,63 detik. Rekor tersebut mempertajam
rekor Olimpiade sebelumnya yang ia buat di Beijing 2008, yakni 9,69
detik. Apa rahasia suksesnya? “Saya telah belajar bertahun-tahun bahwa
jika kita memikirkan perlombaan terus (ketika akan bertanding), hal itu
justru akan membuat kita stres. Jadi saya coba lebih rileks dengan
bermain video games,” katanya. Ini nasihat sederhana namun di tengah
persaingan yang sengit ketenangan justru menjadi modal berharga. Tentu
saja hal itu dilakukan setelah sebelumnya berlatih keras karena tanpa
usaha tak ada rekor yang bisa dibuat.
2. Ye Shiwen, pemegang rekor renang 200 m dan 400 m gaya ganti
2. Ye Shiwen, pemegang rekor renang 200 m dan 400 m gaya ganti
Dalam usianya yang masih 16 tahun, Ye Shiwen mampu membuat dunia
terkejut dengan membuat dua rekor di cabang renang 200 m gaya ganti dan
400 m gaya ganti. Di 400 m gaya ganti ia memecahkan rekor dunia dengan
catatan waktu 4 menit 28,43 detik. Sedangkan rekor Olimpiade di 200 m
dibuat dengan waktu 2 menit 07,57 detik.
Prestasinya di 400 meter sangat mencengangkan. Gaya ganti ini berarti berenang dengan urutan gaya kupu-kupu, gaya punggung, gaya dada, dan gaya bebas yang masing-masing ditempuh per 50 meter sebanyak dua kali putaran. Ketika berenang gaya bebas di 50 meter pertama ia mencatatkan waktu 29,25 detik dan di gaya bebas kedua waktunya menjadi 28,93 detik. Kecepatan ini malah melebihi kecepatan perenang pria Ryan Lochte. Karena dianggap tak wajar banyak yang menduga ia melakukan doping. Namun banyak juga yang membela, termasuk para pelatihnya. Shiwen sendiri menyebutkan keberhasilannya itu sebagi hasil dari kerja keras. "Catatan waktu itu saya dapat dari kerja keras serta latihan keras dan saya tidak akan pernah menggunakan obat-obatan yang dilarang," katanya.
3. Melissa Jeanette Franklin, pemegang rekor gaya punggung 200 m
Prestasinya di 400 meter sangat mencengangkan. Gaya ganti ini berarti berenang dengan urutan gaya kupu-kupu, gaya punggung, gaya dada, dan gaya bebas yang masing-masing ditempuh per 50 meter sebanyak dua kali putaran. Ketika berenang gaya bebas di 50 meter pertama ia mencatatkan waktu 29,25 detik dan di gaya bebas kedua waktunya menjadi 28,93 detik. Kecepatan ini malah melebihi kecepatan perenang pria Ryan Lochte. Karena dianggap tak wajar banyak yang menduga ia melakukan doping. Namun banyak juga yang membela, termasuk para pelatihnya. Shiwen sendiri menyebutkan keberhasilannya itu sebagi hasil dari kerja keras. "Catatan waktu itu saya dapat dari kerja keras serta latihan keras dan saya tidak akan pernah menggunakan obat-obatan yang dilarang," katanya.
3. Melissa Jeanette Franklin, pemegang rekor gaya punggung 200 m
Perempuan kelahiran 10 Mei 1995 ini merebut empat medali emas di
Olimpiade 2012 London yaitu dua dari gaya punggung (100 m dan 200 m),
estafet gaya bebas (4 x 400 m) dan estafet gaya ganti (4 x 100 m). Di
gaya punggung 200 m ia mencatatkan rekor dunia dengan waktu 2 menit
04,06 detik. Menurutnya ia selalu berusaha rileks setiap kali
bertanding. Selain itu adalah dukungan orangtua. Orangtuanya selalu
berada di belakangnya apakah ia menang atau kalah. Hal ini penting
karena dengan dukungan saat kalah hal ini justru akan mendorongnya untuk
memperbaiki kekurangan. “Kekalahan bukan akhir dari segalanya,”
katanya.
4. Om Yun-Chol, pemegang rekor angkat berat kelas 56 kg
4. Om Yun-Chol, pemegang rekor angkat berat kelas 56 kg
Prestasi Om Yun-Chol (Korea Utara) di cabang angkat berat kelas 56 kg
mengejutkan. Hampir tak ada yang menduga ia akan memenangkan medali
emas. Bahkan ia ditempatkan di kelompok B yang main di pagi hari. Juara
dunia Wu Jingbiao (Tiongkok) berada di kelompok A bersama unggulan
lainnya. Kelompok B ini umumnya tak diunggulkan akan meraih medali.
Namun prestasi yang dibuat Yun-Chol di pagi hari sudah membuat rekor
Olimpiade baru untuk angkatan clean & jerk dengan total angkatan 293
kg (125 kg snatch dan 168 kg clean & jerk). Ternyata total angkatan
itu tak bisa disamai para unggulan yang bertanding sore harinya hingga
Yun-Chol berhak atas medali emas.
Ia melakukannya dengan trik menarik. Dalam tiga kali angkatan ia melakukannya dengan langsung mengangkat beban yang berat, 160 kg yang kemudian tambah menjadi 165 kg dan 168 kg. Padahal Jingbiao saja memulainya dengan angkatan 156 kg. "Saya ingin mengangkat beban yang berat dan membuat atlet lain gugup. Saya ingin menciptakan tekanan lebih kepada atlet-atlet lain," katanya. Taktiknya itu berhasil.
5. Erba Tiki Gelana, pemegang rekor maraton putri
Ia melakukannya dengan trik menarik. Dalam tiga kali angkatan ia melakukannya dengan langsung mengangkat beban yang berat, 160 kg yang kemudian tambah menjadi 165 kg dan 168 kg. Padahal Jingbiao saja memulainya dengan angkatan 156 kg. "Saya ingin mengangkat beban yang berat dan membuat atlet lain gugup. Saya ingin menciptakan tekanan lebih kepada atlet-atlet lain," katanya. Taktiknya itu berhasil.
5. Erba Tiki Gelana, pemegang rekor maraton putri
Pelari yang diunggulkan meraih medali emas maraton putri sebenarnya
adalah pelari-pelari Kenya dan Rusia. Namun kenyataannya yang jadi
pemenang justru pelari debutan asal Etiopia, Tiki Gelana. Ia bahkan
mencatatkan rekor Olimpiade baru 2 jam 23 menit 7 detik.
Ini adalah medali emas pertama Etiopia dari cabang maraton setelah Fatuma Roba melakukannya pada Olimpiade Atlanta 1996. Karena itulah kemenangan ini menjadi berarti bagi Tiki dan negaranya. Apa rahasia kemenangannya? “Ini pertama kalinya saya ikut Olimpiade. Yang saya catat dari pengalaman ini adalah betapa pentingnya persiapan lebih dini (jauh-jauh hari). Saya akan bekerja dua kali lebih keras agar meraih waktu terbaik di Rio de Janeiro (Olimpiade 2016),” katanya.
6. Sally Pearson, pemegang rekor lari gawang 100 m putri
Ini adalah medali emas pertama Etiopia dari cabang maraton setelah Fatuma Roba melakukannya pada Olimpiade Atlanta 1996. Karena itulah kemenangan ini menjadi berarti bagi Tiki dan negaranya. Apa rahasia kemenangannya? “Ini pertama kalinya saya ikut Olimpiade. Yang saya catat dari pengalaman ini adalah betapa pentingnya persiapan lebih dini (jauh-jauh hari). Saya akan bekerja dua kali lebih keras agar meraih waktu terbaik di Rio de Janeiro (Olimpiade 2016),” katanya.
6. Sally Pearson, pemegang rekor lari gawang 100 m putri
Perempuan kelahiran 19 September 1986 ini sudah sejak lama memimpikan
meraih medali emas di Olimpiade. Ketika ia masih duduk di SMP ia mulai
belajar atletik. Dan saat usianya 14 tahun ia sudah memenangkan
kejuaraan nasional 100 m lari gawang. Saat itulah ia diperkirakan akan
menjadi pelari masa depan Australia. Namun saat berlaga di Olimpiade
Beijing, ia hanya meraih medali perak. Kekalahan itu membuatnya terus
berlatih agar bisa meraih medali emas di Olimpiade London. Terbukti di
Inggris, ia bisa menjadi yang tercepat di 100 m lari garang putri.
Bahkan ia juga membukukan rekor Olimpiade baru dengan catatan waktu 12
menit 35 detik.
”Saya menginginkan medali emas. Saya sudah bekerja empat tahun untuk mendapatkan medali emas itu dan sudah memimpikannya sejak 12 tahun lalu ketika Cathy Freeman (pelari Australia pemenang lari 400 m Olimpiade 2000 Sydney) memenangkan medali emas di Sydney,” paparnya.
Setiap atlet memang punya cara sendiri untuk memotivasi dirinya sendiri supaya mampu memberikan kemampuan terbaiknya di pesta olahraga dunia. Dengan motivasi itu mereka terdorong untuk selalu berlatih keras, fokus pada tujuan, dan akhirnya berhasil meraih apa yang diimpikannya bahkan dengan hasil yang mengagumkan. Luar biasa! Bagaimana dengan Anda?
”Saya menginginkan medali emas. Saya sudah bekerja empat tahun untuk mendapatkan medali emas itu dan sudah memimpikannya sejak 12 tahun lalu ketika Cathy Freeman (pelari Australia pemenang lari 400 m Olimpiade 2000 Sydney) memenangkan medali emas di Sydney,” paparnya.
Setiap atlet memang punya cara sendiri untuk memotivasi dirinya sendiri supaya mampu memberikan kemampuan terbaiknya di pesta olahraga dunia. Dengan motivasi itu mereka terdorong untuk selalu berlatih keras, fokus pada tujuan, dan akhirnya berhasil meraih apa yang diimpikannya bahkan dengan hasil yang mengagumkan. Luar biasa! Bagaimana dengan Anda?
Banyak inspirasi yang diberikan para peraih medali di ajang
olahraga dunia sekelas Olimpiade. Di antaranya adalah dari para pemecah
rekor. Sebagian menyebutkan kesuksesannya itu karena teknis, sebagian
lain karena kekuatan psikologis.
Setiap pencetak rekor memiliki kisah perjuangan yang khas sebelum meraih prestasinya itu. Banyak di antaranya yang bisa dipelajari sebagai motivasi untuk meraih prestasi tertinggi baik di dunia olahraga maupun kehidupan lainnya. Sebelum mendapatkan segudang inspirasi lagi dari para juara di Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil 2016, mari simak apa yang dilakukan para peraih rekor di Olimpiade terakhir—London 2012 lalu:
1. Usain Bolt, pemegang rekor lari 100 m
Setiap pencetak rekor memiliki kisah perjuangan yang khas sebelum meraih prestasinya itu. Banyak di antaranya yang bisa dipelajari sebagai motivasi untuk meraih prestasi tertinggi baik di dunia olahraga maupun kehidupan lainnya. Sebelum mendapatkan segudang inspirasi lagi dari para juara di Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil 2016, mari simak apa yang dilakukan para peraih rekor di Olimpiade terakhir—London 2012 lalu:
1. Usain Bolt, pemegang rekor lari 100 m
Pelari asal Jamaika ini memenangkan nomor lari 100 m plus mencatatkan
rekor Olimpiade baru dengan waktu 9,63 detik. Rekor tersebut mempertajam
rekor Olimpiade sebelumnya yang ia buat di Beijing 2008, yakni 9,69
detik. Apa rahasia suksesnya? “Saya telah belajar bertahun-tahun bahwa
jika kita memikirkan perlombaan terus (ketika akan bertanding), hal itu
justru akan membuat kita stres. Jadi saya coba lebih rileks dengan
bermain video games,” katanya. Ini nasihat sederhana namun di tengah
persaingan yang sengit ketenangan justru menjadi modal berharga. Tentu
saja hal itu dilakukan setelah sebelumnya berlatih keras karena tanpa
usaha tak ada rekor yang bisa dibuat.
2. Ye Shiwen, pemegang rekor renang 200 m dan 400 m gaya ganti
2. Ye Shiwen, pemegang rekor renang 200 m dan 400 m gaya ganti
Dalam usianya yang masih 16 tahun, Ye Shiwen mampu membuat dunia
terkejut dengan membuat dua rekor di cabang renang 200 m gaya ganti dan
400 m gaya ganti. Di 400 m gaya ganti ia memecahkan rekor dunia dengan
catatan waktu 4 menit 28,43 detik. Sedangkan rekor Olimpiade di 200 m
dibuat dengan waktu 2 menit 07,57 detik.
Prestasinya di 400 meter sangat mencengangkan. Gaya ganti ini berarti berenang dengan urutan gaya kupu-kupu, gaya punggung, gaya dada, dan gaya bebas yang masing-masing ditempuh per 50 meter sebanyak dua kali putaran. Ketika berenang gaya bebas di 50 meter pertama ia mencatatkan waktu 29,25 detik dan di gaya bebas kedua waktunya menjadi 28,93 detik. Kecepatan ini malah melebihi kecepatan perenang pria Ryan Lochte. Karena dianggap tak wajar banyak yang menduga ia melakukan doping. Namun banyak juga yang membela, termasuk para pelatihnya. Shiwen sendiri menyebutkan keberhasilannya itu sebagi hasil dari kerja keras. "Catatan waktu itu saya dapat dari kerja keras serta latihan keras dan saya tidak akan pernah menggunakan obat-obatan yang dilarang," katanya.
3. Melissa Jeanette Franklin, pemegang rekor gaya punggung 200 m
Prestasinya di 400 meter sangat mencengangkan. Gaya ganti ini berarti berenang dengan urutan gaya kupu-kupu, gaya punggung, gaya dada, dan gaya bebas yang masing-masing ditempuh per 50 meter sebanyak dua kali putaran. Ketika berenang gaya bebas di 50 meter pertama ia mencatatkan waktu 29,25 detik dan di gaya bebas kedua waktunya menjadi 28,93 detik. Kecepatan ini malah melebihi kecepatan perenang pria Ryan Lochte. Karena dianggap tak wajar banyak yang menduga ia melakukan doping. Namun banyak juga yang membela, termasuk para pelatihnya. Shiwen sendiri menyebutkan keberhasilannya itu sebagi hasil dari kerja keras. "Catatan waktu itu saya dapat dari kerja keras serta latihan keras dan saya tidak akan pernah menggunakan obat-obatan yang dilarang," katanya.
3. Melissa Jeanette Franklin, pemegang rekor gaya punggung 200 m
Perempuan kelahiran 10 Mei 1995 ini merebut empat medali emas di
Olimpiade 2012 London yaitu dua dari gaya punggung (100 m dan 200 m),
estafet gaya bebas (4 x 400 m) dan estafet gaya ganti (4 x 100 m). Di
gaya punggung 200 m ia mencatatkan rekor dunia dengan waktu 2 menit
04,06 detik. Menurutnya ia selalu berusaha rileks setiap kali
bertanding. Selain itu adalah dukungan orangtua. Orangtuanya selalu
berada di belakangnya apakah ia menang atau kalah. Hal ini penting
karena dengan dukungan saat kalah hal ini justru akan mendorongnya untuk
memperbaiki kekurangan. “Kekalahan bukan akhir dari segalanya,”
katanya.
4. Om Yun-Chol, pemegang rekor angkat berat kelas 56 kg
4. Om Yun-Chol, pemegang rekor angkat berat kelas 56 kg
Prestasi Om Yun-Chol (Korea Utara) di cabang angkat berat kelas 56 kg
mengejutkan. Hampir tak ada yang menduga ia akan memenangkan medali
emas. Bahkan ia ditempatkan di kelompok B yang main di pagi hari. Juara
dunia Wu Jingbiao (Tiongkok) berada di kelompok A bersama unggulan
lainnya. Kelompok B ini umumnya tak diunggulkan akan meraih medali.
Namun prestasi yang dibuat Yun-Chol di pagi hari sudah membuat rekor
Olimpiade baru untuk angkatan clean & jerk dengan total angkatan 293
kg (125 kg snatch dan 168 kg clean & jerk). Ternyata total angkatan
itu tak bisa disamai para unggulan yang bertanding sore harinya hingga
Yun-Chol berhak atas medali emas.
Ia melakukannya dengan trik menarik. Dalam tiga kali angkatan ia melakukannya dengan langsung mengangkat beban yang berat, 160 kg yang kemudian tambah menjadi 165 kg dan 168 kg. Padahal Jingbiao saja memulainya dengan angkatan 156 kg. "Saya ingin mengangkat beban yang berat dan membuat atlet lain gugup. Saya ingin menciptakan tekanan lebih kepada atlet-atlet lain," katanya. Taktiknya itu berhasil.
5. Erba Tiki Gelana, pemegang rekor maraton putri
Ia melakukannya dengan trik menarik. Dalam tiga kali angkatan ia melakukannya dengan langsung mengangkat beban yang berat, 160 kg yang kemudian tambah menjadi 165 kg dan 168 kg. Padahal Jingbiao saja memulainya dengan angkatan 156 kg. "Saya ingin mengangkat beban yang berat dan membuat atlet lain gugup. Saya ingin menciptakan tekanan lebih kepada atlet-atlet lain," katanya. Taktiknya itu berhasil.
5. Erba Tiki Gelana, pemegang rekor maraton putri
Pelari yang diunggulkan meraih medali emas maraton putri sebenarnya
adalah pelari-pelari Kenya dan Rusia. Namun kenyataannya yang jadi
pemenang justru pelari debutan asal Etiopia, Tiki Gelana. Ia bahkan
mencatatkan rekor Olimpiade baru 2 jam 23 menit 7 detik.
Ini adalah medali emas pertama Etiopia dari cabang maraton setelah Fatuma Roba melakukannya pada Olimpiade Atlanta 1996. Karena itulah kemenangan ini menjadi berarti bagi Tiki dan negaranya. Apa rahasia kemenangannya? “Ini pertama kalinya saya ikut Olimpiade. Yang saya catat dari pengalaman ini adalah betapa pentingnya persiapan lebih dini (jauh-jauh hari). Saya akan bekerja dua kali lebih keras agar meraih waktu terbaik di Rio de Janeiro (Olimpiade 2016),” katanya.
6. Sally Pearson, pemegang rekor lari gawang 100 m putri
Ini adalah medali emas pertama Etiopia dari cabang maraton setelah Fatuma Roba melakukannya pada Olimpiade Atlanta 1996. Karena itulah kemenangan ini menjadi berarti bagi Tiki dan negaranya. Apa rahasia kemenangannya? “Ini pertama kalinya saya ikut Olimpiade. Yang saya catat dari pengalaman ini adalah betapa pentingnya persiapan lebih dini (jauh-jauh hari). Saya akan bekerja dua kali lebih keras agar meraih waktu terbaik di Rio de Janeiro (Olimpiade 2016),” katanya.
6. Sally Pearson, pemegang rekor lari gawang 100 m putri
Perempuan kelahiran 19 September 1986 ini sudah sejak lama memimpikan
meraih medali emas di Olimpiade. Ketika ia masih duduk di SMP ia mulai
belajar atletik. Dan saat usianya 14 tahun ia sudah memenangkan
kejuaraan nasional 100 m lari gawang. Saat itulah ia diperkirakan akan
menjadi pelari masa depan Australia. Namun saat berlaga di Olimpiade
Beijing, ia hanya meraih medali perak. Kekalahan itu membuatnya terus
berlatih agar bisa meraih medali emas di Olimpiade London. Terbukti di
Inggris, ia bisa menjadi yang tercepat di 100 m lari garang putri.
Bahkan ia juga membukukan rekor Olimpiade baru dengan catatan waktu 12
menit 35 detik.
”Saya menginginkan medali emas. Saya sudah bekerja empat tahun untuk mendapatkan medali emas itu dan sudah memimpikannya sejak 12 tahun lalu ketika Cathy Freeman (pelari Australia pemenang lari 400 m Olimpiade 2000 Sydney) memenangkan medali emas di Sydney,” paparnya.
Setiap atlet memang punya cara sendiri untuk memotivasi dirinya sendiri supaya mampu memberikan kemampuan terbaiknya di pesta olahraga dunia. Dengan motivasi itu mereka terdorong untuk selalu berlatih keras, fokus pada tujuan, dan akhirnya berhasil meraih apa yang diimpikannya bahkan dengan hasil yang mengagumkan. Luar biasa! Bagaimana dengan Anda?
”Saya menginginkan medali emas. Saya sudah bekerja empat tahun untuk mendapatkan medali emas itu dan sudah memimpikannya sejak 12 tahun lalu ketika Cathy Freeman (pelari Australia pemenang lari 400 m Olimpiade 2000 Sydney) memenangkan medali emas di Sydney,” paparnya.
Setiap atlet memang punya cara sendiri untuk memotivasi dirinya sendiri supaya mampu memberikan kemampuan terbaiknya di pesta olahraga dunia. Dengan motivasi itu mereka terdorong untuk selalu berlatih keras, fokus pada tujuan, dan akhirnya berhasil meraih apa yang diimpikannya bahkan dengan hasil yang mengagumkan. Luar biasa! Bagaimana dengan Anda?
sumber andriewongso
No comments:
Post a Comment